Dua Puluh Lima

9 2 0
                                    

Sampailah mereka di tempat tujuan yaitu Bangkok-Thailand dengan menempuh waktu 3 jam lebih 30 menit, tentu saja dengan menggunakan pesawat pribadi Arka. Inara, Arka, Dio dan anak buah lainnya mulai keluar dari bandara Bangkok dengan dijemput beberapa mobil di depan pintu keluar bandara. Inara yang melihatnya langsung tercengang dan tanpa sadar mulutnya sedikit terbuka.

"Heh, itu mulut ditutup. Nanti lalat masuk lagi!?" bisik Dio pada Inara yang berdiri di sebelah kirinya.

"Haiissh...kamu ini, Dio!" ucap Inara sedikit kesal sambil menyenggol lengan Dio dengan sikunya.

"Ayo masuk!" titah Arka.

"Tunggu! Ini semua mobil siapa?" tanya Inara terheran-heran.

"Tch...ini semua mobil perusahaan cabangku yang disini. Tentu kamu nggak lupa kan kalau tunanganmu ini punya perusahaan dimana-mana!?" ucap Arka santai sambil tersenyum kecil dan menatap datar Inara.

"Iya aku ingat. Kamu punya cabang perusahaan disini juga?" tanya Inara sedikit terkejut dan menatap balik Arka.

"Hhaa...tunanganmu itu bos besar di dunia, Inara! Banyak tender perusahaan yang dimenangkan olehnya. Masa' calon istri bos besar nggak tahu apa-apa!?" ucap Dio mendengus malas dan berjalan masuk ke dalam mobil yang terparkir paling depan.

"Hiissh...dasar!" dengus Inara kesal dan mengikuti Dio masuk ke dalam mobil yang sama. Begitu juga dengan Arka. Lalu mobil itu mulai meninggalkan bandara Bangkok dan diikuti beberapa mobil di belakangnya.

"Ka, kita ini langsung menemui Tuan Decha atau ke hotel dulu?" tanya Dio menoleh ke Arka yang duduk di belakang kursi kemudi. Sedangkan Dio duduk di sebelah kursi sebelah kemudi. Inara tentu saja duduk di belakang kursi Dio.

"Kita ke cabang perusahaanku dulu. Aku ingin melihat keadaan disana" ucap Arka datar dan diangguki oleh Dio.

"Ka, kamu benar-benar punya perusahaan di seluruh dunia?" tanya Inara penasaran.

"Kenapa memangnya?" tanya balik Arka dengan mengangkat kedua alisnya.

"Ya~~aku nggak menyangka saja. Gadis sederhana seperti aku, akan menikah dengan seorang pria miliarder seperti kamu!? Wahh...mimpi apa aku!?" ucap Inara menatap Arka kagum.

"Ya namanya takdir, nggak bisa dirubah juga. Memangnya kamu mau menentang takdir?" ucap Arka heran.

"Ya nggak. Cuma..aku takut akan banyak musuh kamu karena kamu menikah dengan seorang gadis sederhana sepertiku. Akan banyak yang nggak suka nantinya" ucap Inara khawatir dengan tatapan sendu.

"Ya namanya orang jatuh cinta. Nggak memandang miskin atau kaya, Ra! Arka itu sudah bucin akut padamu, akan susah menghilangkannya. Lagipula siapa yang akan berani melawan Arka? Yang ada justru mereka mengantar nyawanya sendiri pada Arka. Benar nggak, Ka!?" ucap Dio santai sambil melirik ke belakang.

"Hemh. Sudahlah, Ra..nggak perlu mendengarkan apa kata orang lain. Tutup telingamu dan ikuti kata hatimu" ucap Arka sambil mengkerutkan keningnya. Inara hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Hingga sampailah mereka di tempat tujuan yaitu cabang perusahaan Arka di Bangkok. Cukup besar dan tinggi, tak kalah dengan perusahaannya di Jakarta. Bedanya perusahaan ini lebih mewah dekorasinya karena mengikuti trend di Thailand. Inara yang mulai ikut turun dari mobil mengikuti Arka dan Dio, menatap perusahaan itu penuh kekaguman.

"Kenapa memasang wajah begitu, sayang?" tanya Arka pelan dengan tatapan heran ke Inara.

"Ng--nggak apa-apa sih. Cuma ini~~perusahaan kamu juga?" tanya Inara sambil tetap menatap kagum gedung bertingkat di depannya itu.

Kenapa Kamu Datang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang