Tiga Belas

19 5 0
                                    

Sepeninggal Gibran dari ruangan itu, Arka benar-benar dibuat emosi dan menatap pintu yang tertutup rapat itu dengan tatapan nyalang. Inara? Jangan ditanya. Hatinya benar-benar sakit dengan semua yang terjadi barusan. Ditambah lagi sikap Gibran yang ingin memilikinya, tapi mementingkan bisnisnya. Egois! Itu yang ada dipikiran Inara terhadap Gibran.

Inara mulai menitihkan air matanya. Menangis sejadi-jadinya. Dia tak habis pikir, kenapa bisa jatuh cinta dengan Gibran yang egois!? Gibran yang mementingkan diri sendiri dan bisnisnya, tanpa mengerti perasaan Inara yang sakit. Inara sempat berpikir, sekali saja Gibran mempertahankannya. Tapi tak disangka, Gibran melepasnya dan merendah pada Arka demi bisnisnya. Cukup kecewa bagi Inara.

"Ra, kamu baik-baik saja!? Ayo, duduk dulu!" ucap Arka khawatir sambil menuntun Inara ke sofa panjang dekat meja kerjanya. Mereka mulai duduk saling berhadapan.

Arka mengambil segelas air minum di mejanya dan memberikannya pada Inara dan diminum olehnya. "Kamu kenapa menangis seperti ini, Ra? Aku belum pernah melihatmu menangis seperti ini!?" ucap Arka lembut sambil mengusap punggung Inara pelan.

"Hikss...hikss...hikss...aku nggak habis pikir, kenapa aku bisa sempat jatuh cinta sama dia? Hikss...aku menyesal pernah mengenalnya" ucap Inara sambil menangis sesegukan.

"Sebenarnya ada apa denganmu dan Gibran? Sepertinya masalah percintaanmu dengannya belum selesai!?" ucap Arka sambil menyentuh bahu Inara.

"Apa kamu akan marah kalau aku bercerita tentangnya di masa laluku?" tanya Inara dengan kedua mata yang sembab akibat menangis.

"Tidak. Ceritalah, aku akan mendengarnya!" ucap Arka berusaha tenang.

Inara mulai menarik nafasnya perlahan dan menghembuskannya kasar. Dia mulai menatap kedua manik Arka dengan serius. Mau tidak mau, dia harus jujur pada Arka agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.

"Setelah kelulusan SMA, aku dan keluarga terpaksa pindah ke Jakarta karena aku keterima kuliah di Universitas Jakarta, bersama dengan Rheva dan Rachel. Kami mendapatkan keringanan biaya kuliah disana. Sampai suatu ketika aku tak sengaja bertemu dengan Gibran yang beda jurusan denganku. Dia ketua BEM di kampusku yang banyak disegani para mahasiswa disana, sama sepertimu dulu yang terkenal se-SMA Antariksa" ucap Inara menatap Arka sendu sambil tersenyum kecil.

"Sejak perkenalan kita, dia selalu berusaha untuk lebih dekat denganku. Aku sebenarnya tak ingin membuka hati lagi sejak kamu pergi. Tapi usaha Gibran mampu membuatku luluh. Akhirnya aku jatuh cinta untuk kedua kalinya sama orang yang berbeda. Sejak pacaran dengannya dia selalu berusaha membuatku bahagia. Kamu tahu!? Dia mampu membuatku melupakanmu"

"Sampai akhirnya, kita lulus kuliah bersama dan itu menjadi hari terakhirku bersamanya. Dia pergi melanjutkan bisnis ayahnya di Kalimantan. Sebelum pergi, Gibran mengatakan padaku kalau dia akan tetap mengabariku dan menghubungiku. Tapi setelah dua minggu kepergiannya, dia sudah tak ada kabar sama sekali. Sampai aku mendengar berita tentangnya yang sukses membawa nama harum perusahaannya, aku bergegas menghubunginya untuk mengucapkan selamat dan aku ikut bahagia juga. Tapi apa yang aku dapat? Dia tak bisa dihubungi sama sekali. Hatiku sakit, sesakit-sakitnya. Sampai akhirnya aku--hikss...aku~~~" kalimat Inara terhenti karena menahan tangisnya.

"Sudah cukup, Ra! Nggak perlu dilanjutkan lagi, oke!?" ucap Arka lembut sambil menyibak rambut Inara ke belakang telinganya dengan lembut.

"Hikss...aku menganggap hubungan kita sudah berakhir sejak tak ada kabar darinya lagi dan aku sengaja mengganti nomorku agar dia tak menghubungiku lagi hikss...Hingga setelah beberapa bulan, akhirnya aku bisa melupakan Gibran. Sampai aku bertemu denganmu lagi disini. Tapi entah kenapa dia datang lagi!?" ucap Inara sambil menatap Arka dengan sedih.

Kenapa Kamu Datang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang