Empat

30 10 2
                                    

"Hee..Ra! Kenapa jadi malah melamun sih? Jawab dong?" ucap Nadira memecah lamunan Inara.

"Ng--nggak kok. Nggak ada apa-apa serius" Inara berusaha meyakinkan sahabatnya itu.

"Ya ampun, Inara! Apa susahnya sih untuk jujur? Aku juga nggak akan terlalu kepo seperti Rheva. Bisa nggak kamu terbuka ke aku? Aku ini sahabatmu lho, Ra!?" ucap Nadira  sambil menahan emosinya.

"Dir, apa ketara banget aku seperti menyembunyikan sesuatu?" tanya Inara lemah.

"Iya. Dari wajahmu itu ketara kalau kamu sedang menyembunyikan sesuatu. Ceritakan padaku sebenarnya ada apa, Ra?" ucap Nadira tulus.

"Iya, aku akan ceritakan padamu. Tapi tidak sekarang, Dir. Nanti kalau sudah tepat waktunya. Saat ini aku sedang tidak ingin mengingat perasaanku itu" ucap Inara dengan raut wajah ditekuk.

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Kalau perasaanmu sudah baik, kamu boleh cerita padaku" jawab Nadira tulus sambil mengelus pelan sebelah bahu Inara.

Dengan perlakuan Nadira seperti itu, membuat Inara merasa tenang. Sekarang dia akan berusaha berdamai dengan masa lalunya karena jika mengingatnya terus dan terbawa perasaan lagi, pasti akan membuatnya sedih dan hancur lagi.

*****

Tokyo Jepang..

"Selamat datang Tuan Arka Gennadi" ucap pria itu ramah sambil berjabat tangan dengan Arka. Pria itu berumur sekitar 50-an.

"Oh...terima kasih Tuan Ren Hiroshi" balas Arka dengan santai dan membalas jabatan tangan Ren.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 7 jam dengan menggunakan pesawat pribadinya, akhirnya Arka pun sampai di Tokyo, lebih tepatnya di tempat tujuan melakukan tender-nya itu. Disana dia telah disambut oleh orang-orang ternama di Jepang, contohnya seperti Ren Hiroshi. Dia merupakan pemilik perusahaan mesin percetakan nomor 1 di Jepang (Komori Factory) dan merupakan pebisnis handal di Jepang serta banyak perusahaan yang bekerja sama dengannya.

Ren tidak kalah kejamnya dengan Arka. Namun jangan salah, mereka memiliki perbedaan dalam memperlakukan musuh-musuhnya. Ren memperlakukan musuh-musuhnya dengan terang-terangan, langsung membunuhnya di depan matanya. Kalau Arka, dia lebih suka melakukannya dengan cara bersih yaitu menyiksanya di ruang tertutup tanpa sepengetahuan orang sampai musuhnya itu meminta sendiri kematiannya.

Tak heran jika banyak orang disana mengenali seorang Arka Gennadi karena namanya terkenal di kalangan pebisnis dan di seluruh dunia. Kehebatannya dalam berbisnis pun diacungi jempol oleh banyak orang. Tak diragukan lagi kan!?

"Mari, Tuan Arka. Silahkan masuk!" ucap Ren ramah dan mempersilahkan Arka untuk berjalan berdampingan bersamanya memasuki gedung besar disana.

Arka dan Ren mulai berjalan masuk ke sebuah ruangan di dalam gedung itu yang cukup luas dengan penerangan yang memadai. Disana sudah tertata rapi meja kursi, dimana meja coklat panjang ditata berjajar dan berhadapan. Di atas masing-masing meja juga sudah tertata rapi satu dokumen dengan bolpoin di sampingnya. Para pebisnis mulai berdatangan ke ruangan itu dan mulai duduk disana.

"Aku sering mendengar tentangmu dari Tuan Gennadi. Kau mampu menaklukan semua musuh-musuhmu sampai tunduk. Kau juga mampu mengalahkan dalam segala macam tender. Kau sungguh hebat Tuan Arka" ucap Ren kagum dan diangguki oleh pebisnis lain.

"Terima kasih atas pujiannya, Tuan Ren. Namun sebenarnya tidak seperti itu, aku hanya tidak suka dengan orang-orang yang mengusikku. Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan" ucap Arka dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Begitukah? Dari raut wajahmu benar-benar menunjukkan bahwa kau seorang Bos yang terkenal dingin dan cukup kejam" ucap Ren dengan tersenyum kecil.

"Hemh, tentu saja. Aku hanya kejam pada orang-orang tertentu saja. Tuan Ren tenang saja, kita nanti akan jadi rekan bisnis dan kita tidak akan merugikan satu sama lain. Bukan begitu?" ucap Arka dengan tatapan penuh arti .

Kenapa Kamu Datang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang