Dua(revisi)

46 11 5
                                    

"Permisi, Pak!" sapa Adrian sopan sambil sedikit membungkukkan badan.

"Hemh. Ada apa? Ada masalah?" ucap Arka dingin sambil memposisikan duduknya kembali seperti semula.

"Saya hanya ingin mengabarkan kalau perjalanan Anda ke Jepang besok siang, sudah siap semuanya, Pak" jawab Adrian sopan dan cuek juga.

"Bagus. Jam berapa kita berangkat besok?" tanya Arka sambil membuka dokumen lain diatas mejanya.

"Jam 1 siang Pak!"

"Oke. Jangan lupa siapkan dokumen untuk bahan tender kita. Kita akan berangkat setelah aku bertemu dengan para calon pegawai besok"

"Baik Pak! Saya permisi" balas Adrian lalu berjalan keluar dari ruangan itu.

Setelah itu Arka mulai berkutat lagi dengan beberapa dokumen yang menumpuk diatas mejanya dengan wajahnya yang serius. Arka senang sekali bercinta dengan kertas-kertas putih bertuliskan kata-kata asing yang tak kita mengerti, namun tidak bagi dia. Sudah menjadi kebiasaannya.

Arka benar-benar serius untuk mempersiapkan tender  bisnis besok karena dia punya keyakinan bahwa dia akan menang. Seorang Arka Gennadi tidak mungkin kalah dalam hal apapun. Tak heran jika sering sekali Arka memenangkan setiap tender bisnis di Indonesia dan berbagai negara dengan kemampuan otak pintarnya. Itu kenapa orang-orang sering menyebutnya Raja Tender. Sekarang dia mau mencoba hal baru dengan memenangkan tender di Jepang agar semakin banyak koneksi bisnisnya nanti.

*****

Di dalam rumah nan asri di sore hari, terlihat sedang ada aktifitas manusia di dalamnya. Dimana lagi jika bukan di rumah gadis baik, Inara. Mereka sibuk sedang melakukan bersih-bersih rumah karena rencananya besok ada kerabat jauh ayah Inara yang datang dengan keluarganya.

"Ayah, memangnya siapa sih yang akan datang besok?" tanya Inara penasaran sambil menyapu lantai yang kotor.

"Teman lama ayah dari Semarang. Dulu  itu kita berteman baik dan bahkan dulu kita pernah punya mimpi untuk kuliah bareng. Tapi karena orang tua ayah dulu tidak mampu membiayai kuliah ayah, jadi ayah memutuskan untuk cari kerja saja disini. Sedangkan dia beruntung mendapatkan beasiswa kuliah di Semarang" jelas Tisna sambil membersihkan kaca jendela rumah.

"Ohh...terus kalau hanya teman, kenapa kita harus bersih-bersih kayak gini sih, Yah? Bukan pejabat juga kok yang datang!?" ucap Inara sambil membuang sampah ditempat sampah dekat kursi.

"Dia itu bukan sekedar teman biasa buat ayah, tapi seperti sahabat bahkan saudara buat ayah. Dia baik sekali orangnya. Dulu dia sering sekali membantu ayah dalam segala hal. Bahkan dulu kita pernah berucap, besok kalau kita punya keluarga dan punya anak, kita akan menjodohkan anak kita kalau laki-laki dan perempuan. Memang benar ya setiap kata adalah doa, buktinya sekarang ayah punya 2 anak perempuan dan dia punya 1 anak laki-laki" ucap Tisna sambil sedikit tersenyum dan menatap Inara.

"Iiihh...ayah! Tapi bukan berarti ayah asal menjodohkan anaknya dengan pria lain dong!? Mana nggak kenal lagi!?" ucap Inara kesal sambil sedikit menghentakkan sebelah kakinya.

"Hahaha...ya makanya ayah kenalkan nanti sama dia. Kalau ayah lihat di foto yang dikirim teman ayah sih, anaknya cukup tampan. Nggak kalah tampannya sama pemilik perusahaan ArG Group" ucap Tisna sambil sedikit tertawa.

"Hiih...kenapa ayah membanding-bandingkan mereka? Kalau memang dia tampan, mana sini aku mau lihat fotonya, Yah?" ucap Inara menengadahkan tangan kanannya yang siap untuk menerima ponsel sang ayah.

"Emm...ponsel ayah di kamar. Ayah malas mengambilnya. Besok saja kalau mereka sudah datang, jadi kamu bisa melihatnya sendiri langsung" jawab Tisna sambil menyengir tak jelas dan berjalan kearah dapur untuk membantu istrinya membersihkan dapur.

Kenapa Kamu Datang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang