Dua Puluh Delapan

9 2 0
                                    

Sesampainya Arka di rumahnya, dia langsung duduk di sofa ruang tamu dengan perasaan lelah. Setelah mengantar Inara pulang ke rumahnya, Arka langsung pulang ke rumah karena merasa sangat lelah. Seharusnya hari ini ada jadwal pertemuan dengan seorang investor, tapi rasa lelahnya tak bisa terbendung lagi.

"Arka, kamu sudah pulang nak?" tanya sang mama sambil berjalan ke arah Arka.

"Baru saja, ma!" singkat Arka pelan yang masih memejamkan kedua matanya sambil bersandar di senderan sofa belakangnya.

"Sebaiknya kamu ke kamarmu untuk istirahat. Mama tahu pasti kamu sangat kelelahan" ucap Inez lembut.

"Oh iya, Inara sudah sampai di rumah juga kan?" tanyanya penasaran.

"Sudah, ma! Aku baru saja mengantarnya pulang. Aku menyuruhnya untuk istirahat di rumah dulu. Besok baru boleh bekerja lagi. Aku juga sebentar lagi ingin ke kantor dulu, ada pertemuan dengan salah satu klienku" ucap Arka lemah sambil memposisikan duduknya dengan benar.

"Apa harus sekarang? Kamu baru pulang dari perjalanan jauh lho, Ka!? Kenapa nggak besok saja? Kamu harus istirahat dulu. Jangan terlalu ketat dengan pekerjaanmu. Papamu juga nggak menuntut kamu dengan terus bekerja kan!?" Inez merasa kasihan sekaligus khawatir dengan kesehatan putranya itu jika terus bekerja.

"Aku akan istirahat sebentar setelah ini, ma! Soal pekerjaan, itu tanggung jawabku. Aku harus total dengan pekerjaanku. Kehidupan karyawanku ada di tanganku, ma!" ucap Arka dengan suara parau karena kelelahan.

"Terserah kamu saja, Arka! Percuma juga mama memberikan saran, tapi tetap saja kamu akan terus bekerja. Kamu sama seperti papamu, gila kerja" gerutu Inez sedikit kesal.

Arka yang mendengar gerutuan dari mamanya itu, hanya tersenyum kecut dan berlalu ke kamarnya untuk istirahat sejenak. Lelah yang dirasakan Arka benar-benar melanda tubuhnya. Setelah sampai di kamarnya dia langsung menghamburkan tubuhnya ke atas ranjangnya dan mulai menjelajahi alam mimpinya.

Sedangkan di tempat lain, lebih tepatnya dalam rumah kecil di pinggiran kota, Inara langsung menghamburkan tubuhnya ke atas kasurnya setelah dia sampai di rumahnya. Rasa letih dan lelah juga sudah melanda sekujur tubuhnya. Dia menghembuskan nafasnya kasar dan mencoba untuk memejamkan mata sebentar.

Belum sampai ke alam mimpi, tiba-tiba saja ada ketukan pintu dari luar rumah. Siang bolong begini, siapa yang bertamu? Inara langsung bangun dari acara tidurnya dan duduk sebentar untuk mengumpulkan nyawanya. Inara pikir ibunya akan segera membuka pintunya, tapi kok pintunya semakin terus diketuk. Tentu saja itu membuat Inara heran.

Akhirnya Inara bergegas keluar kamar dan ternyata tidak ada seorang pun di ruang tamu, di ruang tengah, maupun di dapur. Sepi pamring. Ayahnya dan adiknya sedang bekerja saat ini. Kalau ibunya, mungkin sedang istirahat di kamarnya. Tanpa berpikir panjang, Inara mulai berjalan ke depan dengan malas karena masih merasa lelah.

Saat pintu itu terbuka, yang tadinya Inara tersenyum kecil tiba-tiba saja langsung memasang wajah datar. Dia menatap seseorang di depannya ini dengan tatapan tajam. Dia tidak suka orang ini ada di hadapannya.

"Mau apa kamu kesini lagi?" ketus Inara tanpa ekspresi apapun.

"Hay, Ra! Aku kesini karena ingin mampir saja dan kebetulan lewat juga" jawab orang itu ramah.

Gibran. Itulah orang yang saat ini berhadapan dengan Inara. Dia benar-benar tidak ingin berurusan lagi dengan Gibran. Rasa kecewa sekaligus benci masih ada dalam hatinya.

"Nggak ada yang kebetulan, Gibran! Pergilah dari sini!"

"Aku sebenarnya hanya ingin bertemu denganmu saja. Aku dengar kamu baru pulang dari Thailand, jadi aku sengaja mampir kesini ingin melihatmu" Gibran tak habis-habisnya untuk meluluhkan hati Inara.

Kenapa Kamu Datang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang