Dua Puluh Sembilan

7 1 0
                                    

Pagi hari di ArG Group sudah ramai dengan desas desus dari para karyawan. Ada yang mengatakan kalau akan ada bahan cetak baru di perusahaan. Tanpa sengaja Inara dan Nadira yang asyik berkutat dengan komputernya, mendengar setiap perkataan mereka. Inara heran sendiri, kenapa Arka tidak mengatakan padanya kalau ada bahan cetak baru? Anehnya para karyawan disana saja tahu, tapi kenapa Inara tidak tahu-menahu soal itu?

"Ra, kamu tahu soal bahan cetak baru itu?" bisik Nadira penasaran.

"Nggak. Pak Arka nggak mengatakan apapun padaku"

"Terus kenapa mereka bisa tahu semua itu?"

"Entahlah. Nanti aku akan tanyakan padanya"

Di tengah mereka asyik memperhatikan gosip-gosip dari para karyawan, tiba-tiba saja ada yang menyapa pendengaran mereka. "Hay, Inara, Nadira!" seru seorang gadis yang tak lain adalah Alana.

"Hemh" mereka berdua terlalu malas untuk membalas sapaan Alana.

"Itu mereka bergosip apa?" tanya Alana heran sambil melihat ke arah karyawan yang saling bergosip.

"Kalau kamu ingin tahu, tanya saja sendiri sama mereka" jawab Nadira sewot.

"Ya kan aku hanya bertanya, nggak perlu sewot begitu dong!" Alana tak kalah sewot juga.

"Ya lagian, mau tahu banget jadi orang!"

"Sudah sudah! Ini di kantor ya!? Bisa nggak, nggak bertengkar?" ucap Inara sedikit emosi.

"Kamu juga, Alana! Kalau kamu ingin tahu, tanya sendiri ke mereka. Kita nggak ingin ikut campur" Inara sebenarnya muak dengan Alana yang bersikap sok akrab dengannya dan Nadira. Alana tentu saja kesal dengan jawaban Inara itu yang kesannya marah kepadanya.

"Dhani, ajak timmu ke ruangan Pak Arka sekarang!" tiba-tiba suara tegas dari seseorang membuyarkan mereka semua dan memaksa mereka untuk menoleh ke sumber suara. Ternyata itu Adrian.

"Baik" singkat Dhani.

"Inara, Nadira, Alana..ayo ikut aku!" tegasnya.

Mereka bertiga pun bergegas berdiri dan mengikuti langkah Dhani menuju ruangan Arka. Kenapa Alana ikut? Jawabanya, karena dia anak magangnya Arka dan termasuk bagian divisinya Dhani juga. Jadi secara otomatis dia harus ikut. Inara dan Nadira perasaannya mulai berkecamuk karena setiap dipanggil oleh Arka pasti akan ada kesalahan. Berbeda dengan Alana, dia bersikap santai saja. Bahkan perasaannya senang karena bertemu dengan pujaan hatinya tanpa harus dia yang kesana duluan.

Tokk...tokk...tokk

"Permisi, Pak! Mereka sudah disini" ucap Adrian sambil membukakan pintu untuk mereka.

"Masuklah kalian!" tegas Arka. Mereka mulai memasuki ruangan tersebut dengan langkah kaki yang sedikit bergetar. Setiap kali para karyawan yang masuk ke ruangan Arka, pasti akan ada hal buruk yang terjadi. Kali ini apa lagi?

"Aku ingin mengatakan kalau akan ada bahan baru cetak datang ke perusahaan kita. Aku ingin kalian bisa mencatat kedatangan bahan itu sekaligus surat masuknya. Kalian juga harus mencatat penjualan yang kita hasilkan dari semua bahan produksi kita. Setelah itu serahkan padaku" ucap Arka dingin sambil saling menyatukan jari jemarinya di atas meja.

"Dhani, aku ingin kamu membuat invoice untuk bahan baru masuk dan serahkan padaku" tegasnya sambil menatap Dhani di depannya.

"Baik, Pak"

"Nadira, aku ingin kamu mengurus administrasi untuk bahan cetak baru dan serahkan juga padaku" Arka beralih menatap Nadira yang berdiri di sebelah Dhani.

"Baik, Pak"

"Inara, aku ingin kamu mencatat penjualan cetakan yang di produksi dari perusahaan kita. Setelah itu serahkan padaku" kali ini giliran Inara yang ditatap Arka.

Kenapa Kamu Datang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang