Tiga Puluh Tiga

6 0 0
                                    

Di rumah sakit, dokter masih sibuk memeriksa seorang gadis yang baru saja dibawa oleh Arka ke dalam ICU. Di dalam sana Inara masih setia memejamkan kedua matanya. Sedangkan Arka sibuk mondar-mandir di depan pintu ICU dengan perasaan gusar. Pikiran negatif mulai berputar di otaknya karena kata orang banyak yang tidak selamat setelah masuk ruang ICU.

Perasaan Arka kacau, dia takut kehilangan gadis terpenting dalam hidupnya. Terlihat Arka masih gusar di depan pintu ICU dan menatap pintu tersebut dengan tatapan nanar. Disana Arka ditemani oleh beberapa anak buahnya. Sedangkan Adrian masih sibuk menelepon keluarga Arka dan Inara untuk mengabari keberadaan mereka.

Cklekk..

Pintu ICU tiba-tiba terbuka lebar dan menampilkan seorang pria bertubuh tegap dengan setelan jas dokter berwarna putih. Ketampanannya tak jauh beda dengan Arka.

"Dokter, bagaimana keadaannya?" Arka mulai menghampiri dokter tersebut dengan perasaan khawatir tak karuan.

"Syukur alhamdulillah masih bisa diselamatkan. Beruntung Anda segera membawanya ke rumah sakit, Pak Arka!" ucap dokter tersebut dengan ramah. Arka mulai bernafas lega mendengar kabar baik itu.

Kenapa dokter itu mengenal Arka? Tepat sekali, karena pendiri rumah sakit itu adalah Arka sendiri. Jadi kebanyakan perawat bahkan dokter yang bekerja disana sangat mengenal Arka.

"Untuk saat ini dia akan dirawat di ICU terlebih dahulu. Besok baru bisa dipindahkan ke ruang rawat inap" lanjutnya.

"Aku ingin siapkan ruang rawat inap VIP, Dok" ucap Arka datar.

"Baik, Pak. Akan saya siapkan. Sekarang Anda bisa masuk melihatnya"

Sepeninggal dokter itu dari ruang ICU, Arka bergegas masuk ke dalam ruangan tersebut dengan perasaan berkecamuk. Arka mulai berjalan perlahan mendekati ranjang putih yang di atasnya ada seorang gadis manis yang masih memejamkan kedua matanya. Terpasang juga selang infus di tangan kanannya dan hidungnya.

Tiitt...Tiitt...Tiitt

Terdengar suara mesin detak jantung di ruangan tersebut. Arka mulai duduk di kursi samping ranjang dan memegang tangan kiri tunangannya itu. Dia menatap Inara dengan tatapan sedih dan dengan perasaan tak karuan. Rasa syukur dalam hatinya karena Tuhan masih menyayangi tunangannya itu dan masih merestui hubungan mereka untuk tetap berjalan sesuai rencana.

"Sayang, cepat bangun ya!? Aku merindukanmu. Kamu ini selalu bisa membuatku sangat khawatir. Aku mohon kamu jangan seperti ini lagi. Kamu hal terpenting dalam hidupku yang nggak boleh terluka. Aku berusaha menjagamu agar kamu nggak terluka sedikit pun. Tapi kali ini aku lalai menjagamu sampai kamu harus dirawat disini. Maafkan aku sayang! Cepat bangun. Aku merindukanmu" ucap Arka pelan dengan suara parau sambil mengusap pipi kiri Inara lembut.

"Maaf, Pak. Pasien butuh istirahat cukup saat ini. Besok Anda bisa menjenguknya di ruang rawat inap" ucap sang perawat ramah. Arka langsung menganggukkan kepalanya mengerti.

Arka mulai berjalan keluar ruangan bersama dengan perawat tersebut. Diluar sudah ada kedua orang tua Arka dan juga keluarga Inara. Setelah ditelepon oleh Adrian, mereka langsung bergegas menuju rumah sakit yang dimaksud Adrian. Tak disangka, disana juga ada keluarga Gibran di antara mereka.

Bagaimana bisa? Setelah dapat penolakan dari Inara untuk diantar pulang tadi, Gibran bergegas menyusul Inara ke rumahnya untuk memastikan Inara sampai rumahnya dengan selamat. Tapi saat sampai rumah Inara, Gibran dikabarkan oleh ayah Inara kalau putrinya belum sampai. Disitulah Gibran mulai khawatir. Sampai akhirnya ada telepon masuk dari ponsel ayah Inara dan mendapatkan kabar kalau putrinya masuk rumah sakit. Tanpa basa basi mereka bergegas ke rumah sakit dan Gibran ikut juga. Tak lupa dia menghubungi kedua orang tuanya untuk menyusulnya ke rumah sakit. Jadilah mereka disini.

Kenapa Kamu Datang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang