Dua Puluh Tujuh

7 1 0
                                    

Lima hari sudah mereka bertiga berada di Bangkok Thailand. Kehidupan di negara itu yang mampu membawa mereka pada suasana tenang. Inara mulai memasukkan pakaiannya ke dalam koper kecilnya. Merapikan segala alat mandi dan make up juga.

Hari ini mereka akan kembali ke ibu kota. Inara begitu senang karena dia sangat merindukan keluarganya. Sebenarnya Inara tak manja, namun dia tak bisa jauh dari keluarga. Apa itu disebut manja?

Inara mulai membawa kopernya keluar dari kamar hotel dan tak lupa barang oleh-olehnya yang di jadikan satu dalam tas besar. Arka dan Dio sudah menunggu di luar kamar Inara. Kamar mereka tentu saja terpisah. Tidak mungkin jadi satu, apalagi ada Inara!?

"Sini biar aku bawakan kopermu!?" tanpa mendengar jawaban dari inara, Arka langsung merebut koper yang ditarik oleh Inara. Dio yang melihatnya dari belakang mereka hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum simpul.

Mereka bertiga mulai menaiki lift dan memencet tombol lantai 1. Lift mulai turun ke bawah dan membawa mereka berhenti di lantai 1. Di depan hotel mereka sudah disambut oleh para anak buah Arka dan beberapa mobil mewah berjajar rapi ke belakang. Seperti presiden saja yang datang. Mereka mulai menaiki mobil paling depan.

Piipp...Piipp...Piipp

Tiba-tiba ponsel Arka berdering di saku celananya. Sebenarnya Arka tidak ingin menghiraukannya, namun ponsel itu terus berdering yang membuat Arka tak nyaman duduknya. Terpaksa dia melihatnya. Saat dilihatnya, tak ada nama si penelepon dan hanya tertera nomor tak dikenalnya. Tanpa ambil pusing, terpaksa dia mengangkatnya karena takut itu dari rekan bisnisnya yang lain.

"Hallo. Siapa ini?"

"Arka, kenapa kamu dari kemarin-kemarin tidak bisa ditelepon? Di kantor sepi nggak ada kamu"

"Alana!? Tahu dari mana kamu nomorku?"

Inara yang mendengar nama Alana disebut oleh Arka, langsung menolehkan kepalanya ke Arka yang duduk di sampingnya. Begitu juga dengan Dio yang langsung melirik ke belakang kursi kemudi.

"Dari papa. Habisnya sudah lima hari ini kamu pergi. Aku kan khawatir sama kamu, takutnya kamu betah di negeri orang dan nggak akan kembali"

"Ck..untuk apa kamu meneleponku? Jika ada hal penting, maka katakanlah. Jika tidak, maka aku tutup"

"Eihh...Arka, aku merindukanmu. Setiap hari aku ke kantormu, tapi kamu belum datang juga. Lama sekali kamu disana!? Seharusnya aku ikut denganmu juga"

"Itu tidak penting. Sekarang aku tutup"

Piipp...

"Hiissh...Arka ini kenapa main tutup saja? Kan aku belum selesai bicara!? Ck..menyebalkan!" gerutu Alana kesal karena Arka menutup teleponnya secara sepihak. Tak sopan sih sebenarnya, tapi ya dianya nggak ingin dengar.

"Alana kenapa meneleponmu, Ka? Ada masalah di kantor?" tanya Inara penasaran.

"Nggak ada. Itu nggak penting juga" singkat Arka sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.

"Ciih...wanita itu benar-benar nggak bisa lepas darimu, Ka!" cemooh Dio pelan sambil tersenyum ringan. Arka hanya menatap datar samping jendela mobilnya. Dia mendengar ucapan Dio, tapi dia tidak ingin ambil pusing.

"Arka, apa yang Alana katakan?" Inara benar-benar penasaran.

Arka yang mendengar pertanyaan dari tunangannya itu hanya menghembuskan nafasnya kasar dan memejamkan kedua matanya sebentar. Lalu Arka mulai menoleh ke Inara dan dilihatnya raut wajah tunangannya itu yang sedikit khawatir.

"Itu nggak penting, sayang. Kamu nggak perlu memikirkannya ya!?" Arka tidak ingin tunangannya itu terlalu memikirkan hal aneh jika dia mengatakan kerinduan dari Alana yang tak jelas itu.

Kenapa Kamu Datang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang