Wooyoung kali ini sudah mulai bosan menunggu di taman dan mencoba menghampiri ruang kerja Yeosang. Sebelumnya ia senang karna ditemani oleh Yunho, sayangnya omega galak (Seonghwa) menjemputnya dan membuat Wooyoung tidak bisa menahan Yunho untuk tinggal lebih lama. Ya Wooyoung masih sedikit canggung dengan Seonghwa, menjadikan keduanya belum cukup dekat. Wooyoung memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk istirahat sejenak (mungkin), ia tidak ada kegiatan lain selain itu semua. Dengan murung ia menyusuri lorong menuju dalam istana. Dalam perjalanannya ia tak sengaja bertemu dengan seseorang yang tak asing menurutnya. Setelah berpikir beberapa saat, ia baru mengingat kalau pria ini ada di aula bersama San sebelum kejadian aneh itu terjadi padanya. Wooyoung tak sadar menatap pria itu terlalu lama tanpa sadar pria itu sudah ada di depannya.
"Jung Wooyoung?" Suara itu menyadarkan Wooyoung dari lamunannya, dan sedikit terkejut karna ternyata seseorang sudah ada di depannya.
"A-ah iya, aku Jung Wooyoung." Jawabnya terbata karna merasa canggung. Ia tak mengenal pria ini dan ia juga saksi dari kejadian aneh di aula. Bisa dibilang ini baru pertemuan resminya.
"Bisa bicara sebentar?" tanyanya memastikan kalau Wooyoung tak dalam keadaan terburu atau lainnya.
"Tentu." Jawab Wooyoung sambil mengangguk. Wooyoung juga ingin tau siapa pria ini. Kalaupun bisa ia juga ingin bertanya tentang kejadian saat itu.
Pria itu mengarahkan ke salah satu koridor sepi dengan pemandangan taman istana yang ia kunjungi sebelumnya. Pria itu mengulurkan tangannya pada Wooyoung. Wooyoung yang melihat hal itu langsung menerima jabatan tangan itu.
"Choi Jongho." singkat pria itu sebagai tanda memperkenalkan diri.
"Choi.. Jongho?" ucap Wooyoung sedikit terjeda. Wooyoung merasa seperti pernah mendengar nama itu.
"OOHH! ADIK DARI SAN?" pekik Wooyoung ketika berhasil mengingat siapa itu Choi Jongho. Jongho yang terkejut dengan pekikan Wooyoung, memegang telinganya kebisingan. Wooyoung yang melihat reaksi Jongho seketika menutup mulutnya merasa bersalah karna terlalu terkejut mengetahui kebenaran itu.
"Ma-maaf Jong- ah tuan muda choi." ucap Wooyoung sambil membungkuk meminta maaf.
"Tak perlu seformal itu. Aku tak masalah jika hanya dipanggil nama olehmu." jelas Jongho tanpa menatap Wooyoung tapi pandangannya menuju taman. Wooyoung mengangguk perlahan sebagai respon dan ikut menatap taman seperti yang dilakukan oleh Jongho. Sebenarnya Wooyoung diam diam memperhatikan Jongho. Wooyoung merasa Jongho berbeda dari San. Jongho terkesan lebih lembut walaupun ekspresinya datar, sedangkan San ekspresi apapun membuat suasana sekitar terasa seperti kutub selatan. Setelah mengamati Jongho, Wooyoung akhirnya memutuskan untuk mengajaknya berbicara dari pada hanya menatap ke arah Taman seharian.
"Jadi.. Jongho, ada apa?" tanya Wooyoung tanpa ragu. Jongho awalnya diam cukup lama akhirnya berbalik menatap Wooyoung.
"Kau, sudah seberapa dekat dengan kakak ku?" pertanyaan Jongho lantangkan pada Wooyoung dengan ekspresi super datar. Wooyoung terkejut dengan pertanyaan to the point dari Jongho.
'woah apa ini. Adik posesif? kenapa tiba tiba bertanya seperti itu? apa ini ujian kepercayaan keluarga? ah tidak, aku sejak awal tidak berniat mendekati San. Atau adiknya cemburu aku merebut kakaknya? atau dia yang ingin merebutku?' batin Wooyoung bermacam macam jenis pemikiran. Seolah kejadian di film film yang pernah ia tonton kembali muncul dalam ingatannya.
"Aku hanya bertanya, tolong jangan berpikir yang tidak tidak." Mata Wooyoung membelalak terkejut sekali lagi. Apa ini kekuatan dari para werewolf untuk membaca pikiran. Sepertinya kesalahan Wooyoung sebelumnya terulang kembali. Kakak dan adik sama saja menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate from Nowhere
FanfictionTerdapat legenda yang secara turun temurun diceritakan oleh para tetua Utopia, dimana akan ada saatnya sang ratu turun atas izin Moon Goddess untuk kembali menemui sang raja yang sudah beratus tahun tidak muncul karena kutukkan yang diberikan Moon G...