Cahaya terang yang memancar melalui jendela mengusik mata Wooyoung yang terpejam. Perlahan ia membuka matanya dan menormalkan pandangannya. Kepalanya terasa sangat pusing membuatnya sulit untuk bangun dari tidurnya. Setelah sepenuhnya sadar Wooyoung menelisik seluruh ruang yang ia tempati saat ini. Interiornya sangat asing baginya, terasa seperti rumah tradisional kerajaan yang ada di negeri dongeng. Wooyoung mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya dan mengapa ia bisa berada disini.
Ckleekk~
"eoh, kau sudah bangun?" suara itu membuyarkan lamunan Wooyoung dan membuatnya menoleh ke sumber suara. Seseorang itu masuk dan mendekati ranjang Wooyoung.
"Bagaimana keadaanmu? merasa lebih baik?" tanyanya sambil meletakkan baskom berisi air dan kain yang ia bawa di nakas dekat meja. Wooyoung yang masih bingung bagaimana ia bisa berada disini hanya diam dan hanya memperhatikan kegiatan yang seseorang itu lakukan. Orang itu menyadari Wooyoung bingung dengan pertanyaan tiba tiba itu pun akhirnya menghentikan kegiatannya dan duduk di kursi dekat ranjang.
"Aku Yeosang, temanku yang membawamu kemari. Keadaanmu sangat buruk, mungkin bisa ku bilang sekarat? tapi untungnya kau berhasil selamat." jelasnya dengan senyum yang tidak luntur dari wajahnya. Wooyoung yang mendengar penjelasan itu kembali diam dan melamun. Mengetahui dirinya yang sekarat membuatnya terkejut tetapi bersyukur disaat bersamaan. Suasana menjadi sunyi dan canggung karena respon Wooyoung yang masih diam.
"Boleh aku tau siapa namamu?" pertanyaan itu membuat Wooyoung menoleh. Ia lupa memperkenalkan diri karena terlalu larut akan kejadian yang terjadi dan lupa berterimakasih kepada orang yang telah menyelamatkannya.
"Aku Wooyoung, Jung Wooyoung. Mmm dan terimakasih Yeosang-ssi sudah menyelamatku." Ucapnya dan tak lupa berterimakasih pada Yeosang karena sudah menyelamatkannya.
"Tak masalah Wooyoung-ssi itu sudah menjadi tugasku. Ah benar apa kau lapar? Aku lupa aku harus menyiapkan makanan." Yeosang beranjak dari kursi yang ia duduki tadi dan membereskan baskom air yang ia bawa tadi. Awalnya Yeosang berniat mengompres Wooyoung tapi karena Wooyoung sudah sadar jadi ia tidak jadi melakukannya.
"Maaf, tapi aku berada dimana? aku harus kembali pulang. Adikku pasti sedang mengkhawatirkan ku." Pertanyaan Wooyoung menghentikan aktivitas Yeosang. Yeosang nampak berpikir sejenak dan meneruskan membereskan barangnya.
"Kau berada di rumah singgah ku, dan bila kau bertanya tentang kota, kau berada di Utopia." Jawabnya tanpa menoleh pada Wooyoung. Utopia? Wooyoung tidak pernah mendengar kota itu sebelumnya. Apa arus sungai membawanya sampai ke negeri asing? Tapi itu tidak mungkin, tidak ada arus sungai penghubung sepanjang itu. Sebenarnya dimana ia sekarang? Kepalanya kembali pening memikirkan dirinya terdampar di tempat asing.
"Wooyoung-ssi, aku harus ke pusat kota sebentar untuk membeli beberapa bahan makanan. Tolong tetaplah disini sampai aku kembali. Terlalu berbahaya bila kau keluar nanti. Jadi tunggu disini ya, simpan dulu pertanyaanmu." Terkejut karena sepertinya Yeosang membaca pikirannya. Yeosang tersenyum manis kepada Wooyoung dan pergi meninggalkannya.
"Apa yang terjadi? Utopia? Kota apa itu? Setahuku tidak ada nama kota itu di Korea. Aku harus pergi dari sini." Wooyoung beranjak dari ranjangnya. Mengabaikan peringatan Yeosang sebelumnya ia memilih keluar dari rumah itu. Wooyoung membuka pintu yang ia yakin itu adalah pintu utama rumah ini. Betapa terkejutnya ia ketika membuka pintu dan keluar rumah. Yang ia lihat sekelilingnya pohon tinggi dan rerumputan. Apa ia berada di tengah hutan? tapi sepertinya ini bukan sekedar hutan liar luas yang tak berpenghuni. Jalan setapak yang memperlihatkan jalur menuju pusat permukiman membuatnya yakin ini bukan hutan bebas yang seperti ia pikirkan. Wooyoung meyakinkan dirinya untuk keluar mencari jalan pulang. Ia tak mau adiknya mengkhawatirkannya. Dengan bermodalkan keberanian dan mengikuti jalan setapak menuju pusat kota ia keluar dari rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate from Nowhere
Fiksi PenggemarTerdapat legenda yang secara turun temurun diceritakan oleh para tetua Utopia, dimana akan ada saatnya sang ratu turun atas izin Moon Goddess untuk kembali menemui sang raja yang sudah beratus tahun tidak muncul karena kutukkan yang diberikan Moon G...