Wooyoung semalaman tak bisa tidur memikirkan keadaannya yang tak bisa kembali. Perlu berapa lama ia berada disini, ia khawatir dengan Junmin. Bagaimana Junmin berangkat sekolah, bagaimana Junmin makan, bagaimana keadaan Junmin di sekolah.
'Tok.. Tok..'
Suara ketukan pintu terdengar dari kamar Wooyoung disusul dengan seseorang yang masuk membawa nampan berisikan makanan. Wooyoung tidak memperdulikan hal itu dan hanya duduk di atas kasurnya sambil memeluk kakinya.
"Wooyoung-ssi, kau harus makan sesuatu. Sejak semalam kemarin kau belum memakan apapun." itu adalah Yeosang yang membawakannya makanan. Sejak kemarin Yeosang selalu mendampingi Wooyoung atas perintah San dan tentu kemauannya sendiri. Yeosang mulai khawatir pada Wooyoung setelah menemui para tetua kemarin. Wooyoung sedari tadi hanya diam dan menundukkan kepalanya. Yeosang mengulurkan tangannya pada bahu Wooyoung. Ia memejamkan matanya dan sesaat kemudian tangannya mengeluarkan cahaya. Yeosang menggunakan kekuatannya untuk memeriksa sekaligus memberikan sihir untuk menenangkan Wooyoung. Tiba-tiba Wooyoung tersiak dan membuat Yeosang menghela nafasnya.
"Wooyoung-ssi, kami akan berusaha sebaik mungkin untuk mencari cara, dan kau tentu harus bertahan disini. Jangan buat adik mu semakin khawatir karna kau tak mau makan." Yeosang memeluk Wooyoung dan menepuk nepuk punggungnya. Ia paham betul perasaan Wooyoung saat ini, kekuatannya bisa merasakan apa yang dirasakan seseorang. Wooyoung mengangkat kepalanya menatap Yeosang dengan mata sembab.
"Kau tidak akan sendiri Wooyoung-ssi, aku akan menemanimu. Kami semua akan melindungimu. Jadi berjanjilah kau tidak boleh sakit ya?" Wooyoung yang sudah mulai tenang mengangguk pelan dan tersenyum tipis. Yeosang tersenyum melihat Wooyoung yang sudah baik, setidaknya untuk saat ini.
"Ini, makanlah. Ini sangat enak kau tau, masakan istana adalah makanan terbaik di Utopia." Yeosang memberikan nampan makanan pada Wooyoung. Wooyoung menerima nampan yang diberikan oleh Yeosang.
"Terimakasih.." Wooyoung menatap makanan itu, sepertinya apa yang dikatakan Yeosang benar. Semua makanannya nampak lezat.
'Kruukkk~' yaa sepertinya perut Wooyoung mendukung perkataan Yeosang. Yeosang yang mendengar itu terkekeh pelan.
"Baiklah, makanlah yang banyak Wooyoung-ssi. Lalu kau bisa membersihkan diri. Dan untuk pakaian, kau bisa mengambil di lemari itu. Para pelayan sudah menyiapkannya untukmu. Ahh dan juga kau bisa berjalan di sekitar istana. Kau tidak perlu khawatir tentang pelayan ataupun Guard mereka sudah diperintah. Aku pergi dulu Wooyoung-ssi." Yeosang berjalan kearah pintu meninggalkan Wooyoung untuk membiasakan diri.
"Mm Yeosang-ssi!" panggil Wooyoung sebelum Yeosang meninggalkan kamarnya. Yeosang yang merasa dipanggil berbalik menghadap Wooyoung.
"Itu.. jangan memanggilku terlalu formal. Aku ingin cukup dekat denganmu. Kau satu satunya yang menemaniku dari awal aku datang kemari." ucap Wooyoung malu malu. Yeosang yang mendengar permintaan Wooyoung tersenyum.
"Baiklah Wooyoung-a. Selamat berjalan jalan. Aku pergi ya." Ucap Yeosang melambaikan tangan sebentar lalu keluar kamar Wooyoung. Wooyoung tersenyum tipis. Ia berharap ia bisa segera beradaptasi disini untuk bertahan beberapa waktu kedepan.
➤➤➤➤
Untuk sebuah istana, ini cukup modern menurut Wooyoung. Awalnya di bayangannya istana berupa dinding batu tanpa ada polesan apapun. Tapi istana ini sepertinya menggunakan batu marmer terlihat licin, kokoh dan berkilau bila terkena sinar matahari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate from Nowhere
FanficTerdapat legenda yang secara turun temurun diceritakan oleh para tetua Utopia, dimana akan ada saatnya sang ratu turun atas izin Moon Goddess untuk kembali menemui sang raja yang sudah beratus tahun tidak muncul karena kutukkan yang diberikan Moon G...