1. Beginning of the end

922 89 4
                                    

wooyoung terbangun dari tidurnya dengan nafas yang terengah engah dan peluh yang membasahi dahinya. Ia langsung mendudukkan diri pada ranjang dan menyandarkan tubuhnya. Melihat jam yang ada pada nakas kamarnya yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia menghela nafas dan memejamkan matanya sejenak untuk menormalkan nafasnya.

"Lagi - lagi mimpi itu." Ini sudah keberapa kalinya ia memimpikan hal yang sama. Berada dalam hutan, bertemu rusa putih, mendengar lolongan, tertarik menuju sesuatu yang gelap dan berakhir terbangun dengan keadaan saat ini. Bagaimana bisa mimpi yang sama terus berulang selama beberapa hari. Yang membedakan hanyalah wooyoung yang semakin mendekati rusa putih yang ada di dalam hutan ini. Rasanya seperti mimpi berkelanjutan setiap malamnya.

"Hyung!! Bangunlah aku lapar!" Teriak seseorang yang berada diluar kamarnya. Junmin adik Wooyoung menyadarkannya untuk segera menyiapkan sarapan sebelum ia berangkat ke sekolah.

"Eoo! aku akan segera keluar." Tak ingin terlalu banyak berpikir akan mimpi tadi, Wooyoung segera turun dari ranjangnya dan menuju kamar mandi membersihkan dirinya setelah itu ia keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur. Ia melihat adiknya sudah menunggu di meja makan dengan buku pelajaran di tangannya. Melihat adiknya Wooyoung tau adiknya sedang menjalani ujian sekolah. Wooyoung segera menyiapkan sarapan dan bekal untuk adiknya. Tak butuh waktu lama Wooyoung selesai memasak Kimchi Bokkeumbap dan menyiapkan untuk sarapan bersama. Mereka berdua makan dengan tenang. Wooyoung dan Junmin sudah tinggal berdua semenjak kedua orang tua mereka meninggal karena kecelakaan saat perjalanan mengantarkan pesanan ke luar kota. Orang tua Wooyoung dan Junmin memiliki usaha kecil memproduksi kimchi yang siap makan. Saat itu mereka masih berada di Ilsan, namun setelah kejadian tersebut Wooyoung memutuskan untuk pindah ke Seoul untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang setidaknya lebih banyak dari mereka di desa, dan tentunya Junmin akan mendapatkan pendidikan dengan fasilitas yang memadai. Dengan berbekal uang simpanan dan uang asuransi kedua orang tua mereka, akhirnya mereka menyewa apartemen kecil yang cukup murah walaupun terkadang sering sekali mengalami listrik mati, air panas yang tidak menyala atau bahkan kebocoran pipa air. Untungnya Wooyoung sudah menyelesaikan sekolah menengahnya sehingga dia hanya perlu mencari uang untuk adiknya meneruskan sekolahnya. Tentunya wooyoung selalu menyisihkan uang untuk persiapan adiknya masuk universitas. Wooyoung benar benar menyayangi adiknya karena bisa dibilang hanya mereka ada Wooyoung dan Junmin. Seluruh sanak saudaranya berada di Ilsan dan sangat kecil kemungkinan mereka dapat berkunjung mengingat mereka termasuk dalam ekonomi kelas bawah. Karena itulah Wooyoung selalu menyiapkan segala sesuatunya dengan baik sebagai bentuk persiapan akan apapun yang terjadi.

Junmin melihat kakaknya yang melamun dan hanya mengaduk aduk makanan itu.

"Hyung kau tak apa?" Merasa dirinya terpanggil, Wooyoung segera sadar dan melihat Junmin yang memperhatikannya heran.

"Eh? iya hyung baik baik saja." Ucap Wooyoung dan tersenyum tipis dan memakan sarapannya. Junmin melihat sesuatu yang tidak beres pada kakaknya. Wooyoung bukan tipe orang yang menceritakan segala sesuatu kepada orang lain bila ia tidak ditanya atau dipancing agar mau bercerita.

"Kau.. memimpikan hal itu lagi hyung?" Pertanyaan Junmin membuat Wooyoung menghentikan kegiatan makannya. Terkejut akan pertanyaan Junmin yang tau akan hal itu. Junmin memang tau Wooyoung memimpikan hal itu karena Wooyoung pernah menceritakannya dan juga Junmin pernah melihat kakaknya terbangun dengan nafas memburu dan keringat yang membasahinya. Tak heran bagaimana Junmin dapat mengetahui kakaknya yang bersikap aneh. Wooyoung tak menjawab pertanyaan itu dan hanya menunduk sambil memainkan sendoknya. Junmin menghela nafas dengan sikap kakaknya dan Junmin tau kalau hal itu benar terjadi pada kakaknya.

"Hyung, tidakkah kau harus menemui dokter? Aku takut itu ternyata dapat membahayakanmu." Junmin terlihat khawatir pada kakaknya. Awalnya Junmin tidak terlalu mengkhawatirkan karena ia pikir hal itu akan hilang dalam waktu dekat. Namun ini sudah terhitung ketujuh kalinya hal ini terjadi pada kakaknya.

Mate from NowhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang