35||Terungkap?||

8 0 0
                                    

"Pa-papah," lirih Lyana dirinya menatap kearah Alex dengan senyum yang mengembang dibibir pucatnya.

Dirinya sangat senang saat melihat Alex yang begitu khawatir akan kondisinya saat ini.

"Lepasin anak saya Devano!" bentak Alex.

Zayyan yang sudah tak tahan mulai berlari ke arah Devano.

"Stop!" teriak Devano.

Dirinya mengeluarkan sebuah senjata api, itu adalah pistol berwarna hitam.

Pistol itu Devano arahkan kearah kening Lyana.

Zayyan yang melihat itu langsung berhenti, dirinya melangkah mundur.

"Tolong jangan sakiti anak saya!" mohon Alex pria itu bersujud kearah Devano.

"Pa-papah bangun, jangan kayak gini Lyana gak papa," ujar Lyana dengan nada pelan.

Jujur kepalanya sudah merasakan sakit, karena sebelum mereka datang Devano sempat menggoreskan sebuah beling kearah kening Lyana.

Alex mengangkat pandangannya pria itu menampakkan air mata yang menggenang di pipinya.

"Papah jangan nangis, Lyana baik-baik aja kok,"ucap Lyana tersenyum kearah Alex dengan deraian air mata.

"Lyana bertahan yah sayang? Papah pasti nyelamatin Lyana. Lyana jangan tidur dulu," ujar Alex dirinya benar-benar takut dengan keadaan saat ini.

Siapapun yang melihat kondisi Lyana saat ini, akan mengeluarkan air mata. Clara sudah menangis sedari melihat kondisi Lyana ini.

Mata Zayyan berkaca-kaca dirinya memandang senduh kearah Lyana, ketakutannya benar-benar terjadi.

Lyana yang melihat perubahan ekspresi dari wajah Zayyan itu tersenyum, itu membuat hati Zayyan semakin sakit.

Dirinya tau senyum yang Lyana ukir itu bukan tanda kebahagiaan tapi tanda kesakitan yang mendalam.

"Dev? Tolong lepasin Lyana gue mohon," ucap Zayyan.

Devano yang melihat itu hanya diam dirinya tak peduli walau mereka memohon sekali pun.

Karena di dalam pikirannya hanya nyawa di bayar nyawa.

Dirinya pun, sama sekali tidak peduli dengan urusannya dengan hukum nanti. Yang dirinya inginkan hanyalah dendam itu terbalaskan.

"Saya akan memberikan semua yang kamu mau, tapi tolong lepaskan Lyana. Dia adalah anak saya satu-satunya tolong lepaskan dia jangan buat di seperti ini," Alex kembali bersujud.

Lyana yang melihat itu menatap tak suka, dirinya tak suka melihat Alex bersujud hanya untuknya.

"Pah.. Bangun jangan kayak gini, Lyana gak suka papah kayak gini," lirih Lyana.

"Tolong turunkan senjata api anda Devano, kita bisa bicarakan ini baik-baik," ujar Zean.

"Baik-baik?" Devano tersenyum miring.

"Kalian bilang baik-baik? Abang gue meninggal gara-gara nyelamatin dia! Dan kalian bilang kita harus selesain ini baik-baik? Gak bisa! Nyawa harus dibayar dengan nyawa," bentak Devano penuh penekanan.

"Lo boleh ambil gue sebagai pengganti nyawa Arka, tapi tolong jangan Lyana," ujar Zayyan.

Devano tersenyum remeh, "Gue gak butuh nyawa lo,"

"Gue cuma butuhnya dia enyah dari dunia ini!" teriak Devano seraya menunjuk kearah Lyana.

Devano masih menodongkan pistol itu kearah kening Lyana, keadaan saat ini membuat Zayyan kalap.

"Ambil nyawa gue Devano! Tapi jangan lo apa-apain Lyana," ujar Zayyan.

"Zayyan... Jangan kayak gini cuma karena aku. Aku gak papa kamu gak boleh ngorbanin diri kamu cuma buat aku," ujar Lyana dirinya benar-benar tak suka dengan ucapan Zayyan.

"Gak masalah apapun yang terbaik bakalan aku lakuin Lyana," sahut Zayyan dirinya menatap Lyana dengan tatapan penuh ketakutan.

Dirinya benar-benar takut Devano akan berbuat lebih jauh dari ini.

"Devano saya mohon. Tolong lepasin anak saya," ujar Alex dirinya terus bersujud.

"Papah bangun! Lyana gak suka papah kayak gini!" ucap Lyana dengan nada yang meninggi.

Alex yang mendengar itu mengangkat pandangannya, "Lyana? Maafin papah karena selama ini selalu nyakitin kamu,"

"Kamu tolong bertahan ya? Papah yakin kamu anak yang kuat."

"Papah janji, papah nanti bakalan ngajak kamu ke tempat yang kamu mau dan papah bakalan beliin semua yang kamu mau,"

Air mata turun dari pelupuk mata Lyana, dirinya benar-benar senang karena perubahan sikap Alex sekarang.

Namun, di sisi lain dirinya tidak yakin bahwa masih bisa bertahan.

"Papah janjikan?"

"Yah, Papah janji Lyana harus kuat ya? Gimana pun, caranya papah bakalan bebasin kamu dari sini dan nanti kita jalan-jalan,"

Ucapan itu justru membuat dada Zayyan dan yang lainnya terasa sakit, mereka yang mendengar itu ikut menintikan air mata.

Pipi Alex kini sudah benar-benar basah oleh deraian air mata, begitu pun Lyana gadis itu menangis terharu.

"Papah jangan bohong ya? Lyana pengen jalan-jalan bareng papah. Papah gak boleh ingkar nanti Lyana sedih," ucap gadis itu.

"Papah bakalan tepatin semua janji itu, asal Lyana harus kuat demi papah ya? Dan demi orang-orang yang kamu sayangi,"

Ingin sekali Alex mendekat dan memeluk Lyana, namun ancaman Devano itu terlalu kuat.

"Zayyan? Kalau semisalnya aku udah gak ada kamu jangan sedih terus ya? Kamu harus fokus ngelanjutin masa depan kamu."

"Jangan cuma karena aku kamu jadi kehilangan arah, bagaimana pun juga kamu orang yang paling aku cinta setelah papah,"

"Buat papah, kalau Lyana pergi nanti papah gak boleh sedih.. Papah harus selalu semangat,"

"Papah juga jangan jahatin orang nanti Lyana sedih,"

"Lyana juga kangen bunda.. Lyana pengen ketemu bunda,"

"Lyana harap impian Lyana ketemu bunda segera terwujud, Lyana udah benar-benar kangen bunda."

"Buat tante Clara sama Om Zean makasih ya? Lyana banyak berhutang budi sama kalian. Maaf Lyana belum bisa ngebales semua itu,"

"Sayang? Kamu ngomong apasi? Jangan kayak gini," ucap Zayyan tak suka.

"Titip salam buat Luna juga, bilangin ke Luna makasih udah jadi teman yang baik buat aku, makasih udah selalu ada buat aku, aku seneng ketemu orang baik kayak Luna."

"Dan buat Arlan, Mahen, dan Deo juga aku ucapin makasih banget ke mereka karena mereka selalu ngebantu aku."

Ucapan Lyana itu membuat semua yang ada diruangan itu menintikan air mata, terkecuali Devano.

"Zayyan juga gak boleh dendam ya? Zayyan nanti jangan sedih terus Lyana gak suka Lyana Zayyan pergi,"

"Zayyan harus percaya kamu itu cinta kedua Lyana setelah papah,"

"Lyana sakit.. Dan Lyana gak yakin kalau Lyana bisa bertahan," lirih Lyana.

"Papah jangan berubah ya? Papah harus jadi orang baik. Papah gak boleh jadi orang jahat lagi,"

Lyana menghapus air mata yang menggenang di pipinya dadanya seakan sakit, ditambah rasa sakit dikepalanya yang kian bertambah.

"Nanti kalau kalian kangen Lyana, kalian liat keatas nanti kalau malam Lyana bakalan jadi salah satu bintang,"

Devano sudah muak mendengar semua ocehan Lyana, dirinya mendekatkan senjata api itu kearah kening Lyana.

"Banyak drama lo anj1ng mati ya mati aja,"

Dor!

𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠...

When Am I Happy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang