17||Pelukan-Cemburu?||

2 0 0
                                    


Btw harap bersabar buat kalian yang kesel sama liat Lyana oke?

Lyana tengah duduk termenung di taman belakang sekolah, dirinya kini tengah sendirian disana sambil beberapa kali mengingat kejadian tadi pagi.

Ia heran mengapa Devano tiba-tiba jadi baik padanya? Bukankah selama ini dia selalu menyakitinya? Mengapa kali ini dia bertingkah manis.

Tak!

Lamunan Lyana buyar kala melihat sebuah teh kotak, yang ada di samping dirinya.

Lyana mengangkat pandangan keatas untuk melihat orang yang menaruh teh kotak itu.

Pria itu tersenyum hingga matanya menyipitkan saat Lyana, memandang dirinya dengan rasa heran.

Pria itu pun, duduk di sebelah Lyana.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Lyana sedikit menggeser duduknya agar tidak terlalu dekat dengan pria itu.

"Iseng aja gak sengaja lewat eh, liat pacar gue di sini sendirian." Jelas pria itu yang tak lain adalah Devano.

"Diminum teh nya, ntar takut lo m4ti kehausan." Gurau Devano tertawa kecil.

Lyana yang mendengar itu mendengus kesal, "Gak, makasih lo pasti udah ngeracunin teh itu jadi udah gak higienis." Celetuk Lyana.

"Astagfirullah, fitnah banget mana bisa gue naroh racun ke teh kotak itu sedangkan kotaknya aja masih bener." Sarkas Devano.

Lyana menggeleng lalu menyerahkan kembali teh kotak itu pada Devano.

"Ambil, tenang aja gue gak ngeracunin lo Lyana." Terang Devano jujur.

"Awas lo yah kalo sampe gue keracunan gak segan-segan lo gue gantung di pohon cabe." Ancam Lyana.

Dirinya mulai membuka sedotan teh kotak itu, lalu mulai meminumnya.

Devano memandang Lyana yang tengah meminumnya teh kotaknya, Lyana seperti orang yang tengah kehausan.

"Haus banget yah?" Tangan Devano mengelus pipi Lyana.

Lyana langsung berhenti meminum teh kotaknya, dirinya menepis tangan Devano dari pipinya.

"Tega amat tangan pacar sendiri di tepis terus, lagian kan gak aneh-aneh cuma ngelus pipi doang emangnya gak boleh yah?" Tanya Devano dengan tangan yang bersedekap dada.

"Gak mau di pegang-pegang sama virus kayak lo, ntar gue jadi ketularan beg0." Celetuk Lyana asal.

Devano mengepal tangan kanannya, tak ingin Lyana melihatnya Devano pun menyembunyikan tangan kanannya kebelakang seragamnya.

Dirinya tersenyum getir sembari menatap Lyana, "Lama-lama pengen gue makan juga lo Ly."

"Lo gak kanibal mana bisa." Ucap Lyana menyenderkan tubuhnya di kursi.

"Jangan nyender disitu ga enak," Devano langsung menarik tangan Lyana.

Lyana menutup matanya kala dirinya saat ini tengah berada di pelukan Devano.

Devano menarik tangan Lyana, lalu memeluk gadis itu erat.

Devano meletakkan dagunya di kepala Lyana, tangan Lyana memegang bidang dada Devano.

Detak jantung Lyana tak beraturan saat ini, rasanya ingin menendang Devano hingga mental ke galaksi bimasakti.

Lyana memberontak tangannya memukul bidang dada Devano, agar cowok itu mau melepaskannya.

"Nanti dulu Ly, gue lagi kangen sama lo. Lo buat gue inget sama seseorang," lirih Devano mata cowok itu terpejam.

Karena merasa kasian Lyana membiarkan Devano memeluknya dengan erat.

When Am I Happy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang