16||Dekat-dekat||

0 0 0
                                    

Setelah diizinkan pulang oleh dokter, Lyana pun langsung menjalankan aktivitasnya seperti biasa yaitu masuk kembali ke sekolah setelah dirinya di rawat.

Lyana tengah berjalan melewati lorong untuk bisa sampai ke kelasnya.

"Hei, Lyana berhenti dulu dong!" panggil seseorang dari belakang.

Lyana pun, langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya untuk menatap orang itu.

Kedua tangannya bersedekap dada setelah melihat siapa yang memanggil dirinya.

"Hah? Ada apa lo?" cetus Lyana menaikan satu alisnya.

Cowok itu pun tersenyum hangat, "Ngga gue cuma mau bareng lo aja ke kelas, ngga papakan kalo kita ke kelasnya bareng?" tanya cowok itu terkekeh.

"Serah lo." Lyana memutar bola mata malasnya lalu membalikkan tubuhnya dan kembali melanjutkan langkahnya.

Saat Lyana tengah berjalan seraya memainkan ponselnya.

Tiba-tiba..

Ada tangan kekar yang melingkar di bahunya, Lyana langsung melihat ke samping saat tangan kekar itu mengeratkan rangkulannya.

"Apaan si lepasin gue Devano!" pekik Lyana mencoba menepis lengan Devano dari bahunya.

Devano menggeleng, "Emangnya kenapa? Biarin aja lah lagian gue pacar lo," ucap Devano santai.

"Lo pendek Ly." sambung Devano dengan kekehan.

Memang benar tinggi Lyana dan Devano itu sangat berbeda, tinggi Lyana hanya sebahu Devano.

Ntah Devano yang terlalu tinggi atau Lyana yang terlalu pendek.

"Gue gak pendek lo aja yang ketinggian." cetus Lyana.

"Lepasin tangan lo!" pekik Lyana tak suka dengan perlakuan Devano padanya.

"Ngga, emang kenapa si? Lagian lo pacar gue emang salah gue ngerangkul pacar gue sendiri?" tanya Devano sembari menundukkan pandangan untuk menatap gadis yang berada di bawah rangkulannya.

"Gue risih, tangan lo kuman ntar gue terinfeksi." sahut Lyana asal.

"Gue bukan kuman." ucap Devano.

Bukannya melepaskan rangkulan justru Devano semakin mengeratkan rangkulannya di bahu Lyana.

"Lepasin atau gue tonjok!" ancam Lyana.

"Coba aja." sahut Devano dengan senyum mengejek.

Bugh!

Lyana langsung memukul perut Devano, Devano yang belum siap harus menerima pukulan dari Lyana yang lumayan membuatnya memekik kesakitan.

"Rasain tuh, makannya jangan macem-macem sama gue." ucap Lyana lalu berlari meninggalkan Devano yang memegangi perutnya.

"Boleh juga."

*****

Setelah berlari cukup lama akhirnya Lyana sampai di depan pintu kelasnya, nafasnya tersengal-sengal karena ia berlari cukup lama dan cepat.

Lyana menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali keluar, detak jantungnya berdebar kencang.

Setelah beberapa menit menetralkan kembali detak jantung dan nafasnya, Lyana langsung masuk kedalam kelasnya.

Terlihat empat curut yang menunggu dirinya.

"Apa lo liat-liat?" cetus Lyana saat keempat sobinya itu menatap dirinya dengan tatapan mengintimidasi.

When Am I Happy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang