"Dia pikir dia siapa? Bisa-bisanya marahin kita sampe segitunya!" Celoteh Arlan sembari mengaduk-aduk minuman miliknya.
Ntah kenapa dirinya jadi tidak berselera karena masalah tadi.
"Segitunya dia belain Lyana padahal jelas-jelas Lyana yang buat kita jadi kayak gini." Ucap Mahen menambah panas suasana.
"Lyana kayak gitu karena terhasut Devano, lo pada jangan nyalahin Lyana mulu dong!" Tegas Luna tak suka Lyana terus di salahkan.
Kedua cowok itu terkekeh mendengar ucapan Luna dengan nada yang tegas.
"Jujur gue kangen moment's-moment's kita dulu." Celetuk Arlan dirinya menampakkan raut wajah sedih.
"Yaps, biasanya kita kemana-mana selalu bareng eh sekarang misah-misah apalagi di tambah Zayyan marah ke kita sekarang." Mahen berujar lesu.
"Lagian kalian ngapain jujur coba, kalau udah kayak gini mau gimana lagi coba? Nasi udah jadi bubur." Cetus Luna.
Dirinya langsung menghentikan makannya, karena sudah tak nyaman oleh keadaan saat ini.
"Namanya juga hilaf," sahut Mahen.
"Hilaf apaan sampe kayak gitu? Itu hilaf atau sengaja?" Tanya Luna menaikan sebelah alisnya.
"Khilaf kan gak ada yang tau, mananya juga manusia tidak lepas dari kesalahan." Arlan menepuk bahu Luna.
Luna yang melihat itu langsung menepis tangan cowok itu, lalu menatap sinis Arlan.
"Kalau gak mau bikin kesalahan ya m4ti aja." Celetuk Luna.
"Kenapa si? Gak mau banget di pegang sama gue?" Arlan menggelengkan kepalanya.
"Tangan lo kuman, kata mamih papih gue gak boleh ada cowok yang pegang-pegang." Ujar Luna.
"Kalau gue yang minta izin langsung ke bokap lo buat megang lo boleh kagak?" Tanya Arlan.
Plak!
Luna menampar pipi Arlan dengan keras membuat cowok itu berteriak kesakitan.
"Sinting lo!" Pekik Arlan menatap tajam Luna seraya memegangi pipinya yang terasa nyeri karena ulah Luna.
"Jijik, ngapain si kayak gitu gak bakal di restuin juga lagian." Ucap Luna dengan percaya diri.
"Kata siapa? Kalau gue bilang ke bokap gue pasti bokap gue bilang ke bokap lo dan kita di restuin." Sahut Arlan.
"Berisik!" Teriak Luna menutup kedua telinganya.
*****
Zayyan menatap lesu pemandangan ruang rawatnya, dirinya terus memikirkan Lyana.
"Sayang? Makan dulu yah dari kemarin kamu belum makan," ujar Clara dirinya mengelus lembut rambut putra kesayangannya.
Zayyan menggeleng, "Zayyan gak mau makan sebelum ketemu sama Lyana bunda." Lirih Zayyan.
Tok!
Tok!
Tok!"Masuk aja." Ujar Clara saat mendengar ada yang mengetuk pintu kamar rawat anaknya.
Mereka pun masuk, terlihat tiga remaja yang membawa berbagai macam parsel yang berada ditangan mereka Masing-masing.
Zayyan menatap malas ketiga remaja itu,
"Udah dong ngambeknya, jadi cowok kok pundungan jangan pundungan nanti Lyana gak suka." Celetuk Mahen dengan senyum lebar yang terukir di bibirnya.
Zayyan menatap sinis Mahen, cowok itu benar-benar menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Am I Happy [End]
Novela JuvenilCerita ini menceritakan perjalanan seorang gadis bernama Lyana Axellyn, yang tak pernah bahagia selama hidupnya. Lyana terus di siksa oleh Ayah dan Ibu tirinya bukan hanya mereka namun, saudari tirinya juga. Mereka terus menyakiti Lyana baik mental...