Seorang gadis tengah meringkuk diatas ranjang dengan keadaan yang mengenaskan.
Mulut gadis itu di tutup dengan sebuah kain yang di lilitkan kebelakang kepala gadis itu.
Tangan dan kakinya juga di ikat kuat dengan sebuah tali.
Gadis itu mengerang, mata gadis itu terlihat sembab oleh air mata.
Clek!
Pintu terbuka lebar menampakkan sesosok orang berpakaian serba hitam.
Dia mendekat kearah gadis yang meringkuk diatas ranjangnya itu.
Tangannya bergerak untuk membuka kain yang menutupi mulut gadis itu.
"Lyana Axellyn," panggil pria itu dengan sedikit tertawa.
Melihat pria itu sudah melepaskan kain yang sedari tadi menutupi mulutnya, membuat Lyana menggeram.
"Lo siapa si4lan!" pekik Lyana dengan nada tinggi.
"Santai dulu, kita baru ketemu kenapa udah marah-marah begini?" ucap pria itu.
Wajah pria itu sama sekali tidak dapat di kenali karena memakai penutup wajah.
Ingin sekali rasanya Lyana menarik penutup wajah itu agar mengetahui siapa dibalik ini semua.
"Lo siapa bangs4t! Gue gak punya masalah sama lo!" bentakan itu keluar dari mulut Lyana yang sudah tak tahan.
"Yakin gak punya masalah sama gue? Gausah di pikirin sekarang. Pikirin nanti aja gak lama lagi semuanya bakalan terungkap," jelas pria itu memegang dagu Lyana.
"Kalau lo gak punya masalah gak mungkin juga gue culik lo, justru gue culik lo karena lo punya masalah. Jangan berfikir hidup lo gak punya masalah,"
"Lo itu biangnya masalah dan lo masih belum nyadar itu semua?"
Lyana yang mendengar itu hanya diam, dirinya benar-benar tak paham dengan kondisi saat ini.
Seharusnya waktu itu dirinya menuruti Zayyan, untuk diantar dan tidak pulang sendiri.
"Gue gak kenal lo! Dan mana mungkin gue punya salah ke lo," ucap Lyana.
"Yakin?"
"Lo mau ketemu seseorang gak?"
"Siapa?" tanya Lyana mengerutkan keningnya.
"Masuk," teriak orang itu.
Seorang gadis dengan rambut diikat kuda itu masuk ke dalam, membuat Lyana sontak terkejut saat melihat gadis itu.
"A-alya? V-Vania?" pekik Lyana kaget saat melihat kedua gadis yang masuk itu adalah Alya dan Vania.
"Kejutan!" ucap kedua gadis itu seraya tersenyum penuh arti kearah Lyana.
Kedua gadis itu mendekat kearah Lyana dengan tatapan tajam, terutama Vania tatapan gadis itu menyorot tak suka.
Vania menatap Lyana dengan penuh kebencian, dirinya benar-benar benci saat melihat Lyana yang ada di depannya.
"Gimana? Bagus nggak kejutannya?" tanya Vania menaikan sebelah alisnya.
Lyana hanya diam mulutnya seakan-akan tak bisa mengeluarkan sepatah-katapun.
"Jangan diem aja dong," balas Alya.
"Kalian ngapain nyulik gue?" tanya Lyana.
"Yaampun lo masih belum sadar juga? Perlu gue jelasin?" sahut Vania kedua tangannya membekap mulutnya dengan ekspresi terkejut.
"Jelasin aja," titah seseorang yang berpakaian serba hitam itu.
"Dengan senang hati,"
Vania merogoh kantung jaketnya untuk mencari sesuatu.
Vania mengeluarkan sebuah gambar, di gambar itu terdapat dua orang pria dan satu orang gadis di tengah-tengah mereka.
Vania memperlihatkan foto itu pada Lyana, Lyana awalnya tak paham dengan apa yang di lakukan Vania sampai pada akhirnya gadis itu menjelaskannya.
"Lo kenal dia?" tunjuk Vania pada salah satu cowok yang berada di gambar itu.
Lyana menyipitkan matanya dirinya melihat lebih dekat gambar yang ditunjuk oleh Vania itu.
Deg!
"A-arka?" Mulut Lyana terasa keluh.
"Kenalkan?" Vania menaikan sebelah alisnya.
Lyana hanya diam dirinya menunduk dalam.
Vania mengangkat dagu Lyana untuk menatapnya, Vania menatap tajam Lyana.
"Lo tau yang di dalem foto itu siapa? Dia abang gue! Abang gue yang meninggal beberapa tahun lalu karena lo! Karena nyelamatin manusia si4lan kayak lo! Andai abang gue dulu gak nyelamatin lo mungkin sekarang dia masih ada!"
"Lo itu pembawa sial! Lo ngerusak impian abang gue! Lo ngerusak kebahagiaan keluarga gue! Andai lo gak dateng di kehidupan Arka mungkin dia masih ada sampai sekarang! Lo itu penyebab Arka jadi kayak gini!"
Panjang penuh emosi itulah kalimat yang dilontarkan oleh Vania, tak cukup sampai disitu saja Vania terus melontarkan semua kata-kata yang sangat menyakitkan.
"Andai lo gak dateng di kehidupan abang gue pasti sekarang dia masih bareng sama gue! Lo bener-bener cewek pembawa sial! Kenapa dulu abang gue gak biarin lo mati aja? Kenapa dia malah ngorbanin dirinya sendiri?"
"Pake pelet apaan si lo sampe bisa ngebuat abang gue jadi tergila-gila sama lo? J4lang kayak lo harus enyah dari dunia ini!"
"Lo pikir gue kemarin baik ke lo itu karena gue beneran baik? Nggak bro gue kayak gini buat kelancaran misi gue,"
"Bisa aja gue langsung habisin lo sendiri ditangan gue,"
"Apasi yang abang gue suka dari lo? Lo cuma cewek pembawa sial! Lo bikin hidup abang gue sial, lo gak tau betapa hancurnya gue pas denger abang gue gak ada!"
"Dan lo malah asik-asikan sama temen-temen lo? Seakan-akan itu semua gak pernah terjadi dimana otak lo anj1ng!"
"Lo itu gak pantes ada di dunia ini! Lo cuma beban di dunia ini! Lo cuma beruntung ketemu abang gue! Tapi sebaliknya! Abang gue gak beruntung ketemu orang kayak lo di dunia ini! Andai dulu gue ngelarang abang gue buat berhubungan sama lo mungkin dia masih ada sekarang,"
Lyana hanya diam mulutnya seakan terkunci, air matanya keluar tanpa aba-aba.
Sungguh ia tak menyangka bahwa Vania adalah adik kandung Arka, yang sering Arka ceritakan dulu.
Tunggu? Jika Vania adalah adik Arka, lalu Devano?
"Lo kalau mau bunuh gue silakan gue ikhlas," ucap Lyana.
"Gue pengen orang yang lo sayang yang ngeliat langsung ketika gue ngebunuh lo, jadi lo harap bersabar buat nunggu mereka dateng," sahut Vania.
Alya menatap Lyana dengan senyum miring yang terukir di bibirnya, sepertinya Alya sangat menyukai kondisi Lyana yang seperti ini.
"Enakan? Nikmatin aja dulu jangan so kuat gue jijik liat orang kayak lo," bisik Alya di telinga Lyana.
"Gue lebih jijik punya saudara yang gak tau diri kayak lo," balas Lyana tak Terima tatapan gadis itu memincing.
"Kurang ajar lo!" Alya hendak melayangkan tangannya pada pipi Lyana.
Namun, tangan justru di cekal oleh Vania.
"Punya hak apa lo nampar dia? Yang boleh nyakitin dia itu cuma gue doang dan lo gak berhak!" tegas Vania.
Alya yang mendengar itu mengumpat kesal, dirinya kesal pada tingkah Vania yang semenah-menah padanya.
"Tunggu aja gak bakal lama lagi pangeran lo itu pasti bakalan dateng buat jemput lo," ucap Vania.
"Cabut," Vania, Alya dan seseorang berpakaian serba hitam itu akhirnya pergi meninggalkan Lyana.
Lyana memejamkan matanya, "Tuhan, aku serahkan semuanya padamu. Aku sudah ikhlas menjalani takdirku,"
𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠...
𝐌𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝐟𝐨𝐥𝐨𝐰 𝐢𝐠 𝐠𝐮𝐞 𝐥𝐚𝐡, @Zyndinne3
KAMU SEDANG MEMBACA
When Am I Happy [End]
Fiksi RemajaCerita ini menceritakan perjalanan seorang gadis bernama Lyana Axellyn, yang tak pernah bahagia selama hidupnya. Lyana terus di siksa oleh Ayah dan Ibu tirinya bukan hanya mereka namun, saudari tirinya juga. Mereka terus menyakiti Lyana baik mental...