"Ini kelasnya?"
"Iyap. Jangan bilang kamu-"
"Aku emang gatau." Jawab Doyoung santai.
Jaechan hanya menggelengkan kepala maklum. Lelaki berwajah kelinci disampingnya memang lebih diam daripada dirinya. Padahal, jika dilihat secara seksama, dari fisik malah Jaechan yang terlihat lebih kalem daripada Doyoung. Tapi memang, jangan melihat buku hanya dari cover saja.
Wajah sumringah Doyoung itu hanya cover dari sifat introvert sesungguhnya. Doyoung tipe siswa yang lebih senang berada di tempat sepi daripada harus berkeliling untuk menjelajahi sudut sekolah seperti Jaechan ketika waktu istirahat tiba.
Alasannya?
"Aku ngga suka capek."
Kali ini, Jaechan berhasil memaksa Doyoung yang nyaris terpejam untuk menemaninya pergi menuju kelas sebelas.
Bukan tanpa alasan.
"Bajunya kan udah aku cuci, terus.."
Jaechan mendekatkan hidungnya pada pakaian olahraga yang terlipat rapi dalam pelukannya.
"..udah wangi juga ya kan." Lanjut Jaechan.
Doyoung yang sedari tadi diam berdiri dibelakang Jaechan memutar bola mata malas.
"Ini kapan kamu mau ketuk pintunya sih, Chan?" ucap Doyoung dengan raut lelah.
Jaechan menoleh dan menyipitkan mata sebal pada wajah datar Doyoung.
"Ya sebentar dong. Perutku mual banget takut muntah kupu-kupu pas liat Kak Kyoungyoon-"
"Ya Tuhan! Sini aku aja deh yang ketuk."
"Kim Doyoung jangan gila! Heh-"
Terlambat.
Doyoung sudah mengetuk pintu kelas. Sementara Jaechan terlihat panas-dingin dibelakang tubuhnya.
Pintu terbuka. Menampilkan seorang lelaki dengan wajah ramah menatap mereka. Terutama pada Doyoung yang berdiri persis di depannya.
"Eh? Cari siapa, Dek?" Ucapnya ramah.
"Kak Lee Kyoungyoon."
Jaechan hanya diam ketika Doyoung dengan nada datarnya -sumpah- menyebutkan nama tersebut.
"YOON! Ini ada dedek nyariin kamu!"
"Ck."
Baik Jaechan atau kakak yang berada di pintu tadi sama-sama terdiam kaku ketika mendengar decakkan lirih dari Doyoung.
"Eh-Oh-Ahahahaha sebentar ya. Kyoungyoon lagi- NAH SINI! Dam, kamu ngapain ngintil coba?"
Kakak tadi langsung pergi dengan raut yang Jaechan yakini sangat-sangat tidak natural. Lalu sedetik kemudian jantung Jaechan berdetak kencang ketika dibalik pintu yang terbuka separuh muncul Kyoungyoon dengan senyum ramah. Langsung padanya.
"Mau kembaliin baju?"
Duh.. suaranya Kak Kyoungyoon itu lhoo...
Doyoung memberi ruang pada jaechan untuk berbicara. Sementara dirinya berjalan menuju tembok pembatas dan menyandarkan punggung disana. Mengamati punggung Jaechan dan sesekali menatap wajah Kak Kyoungyoon yang tersenyum pada Jaechan.
Saat ini fokus pandangan Doyoung mengarah pada wajah Kak Kyoungyoon. Membaca gestur dan raut wajah lelaki itu membuat hasil analisa Doyoung terbagi menjadi dua.
Satu. Fakta jika Kak Kyoungyoon tertarik pada Jaechan.
Dua. Fakta tapi takut Kak Kyoungyoon memang "sehumble" itu tanpa memiliki perasaan apapun pada Jaechan.
Doyoung menunduk kemudian. Ia tidak boleh memiliki perasaan buruk seperti itu. Mungkin, perasaan ini timbul karena pada dasarnya, ia tak ingin sahabat sepemaksaannya itu terluka nanti.
Dilihat secara sekilas pun Doyoung sudah tahu bahwa keduanya sudah kenal jauh sebelum ia mengetahuinya hari ini. Jadi ia berusaha untuk tidak berpikir macam-macam dan tidak ingin terlibat lebih jauh saat ini tentang keduanya.
"Yuk ke kelas." Ajak Jaechan sembari menarik pelan ujung sabuk Doyoung yang keluar dari sengkelitnya (bagi yang tidak tahu, sengkelit sabuk adalah bagian jahitan kain-kain persegi panjang yang dijahit di bagian pinggang celana sebagai tempat memasukkan ikat pinggang).
Doyoung berjalan sembari mengamati leher Jaechan juga telinganya yang memerah. Memilih diam dan terus mengikuti langkah sahabatnya.
Sudah selesai?
"Pacar kamu?"
"Adek kelas kita. Pacar mulu pikirannya."
"Tapi nih ya, jarang banget seorang Kyoungyoon keliatan asyik gitu ngobrol sama orang lain selain anak kelas. Ya engga, Dam?"
"Dam? Mau sampai kapan berdiri depan pintu begitu?"
Yedam terkejut ketika Kyoungyoon menepuk pundaknya. Matanya berkedip beberapa kali sebelum menghela nafas. Sementara Sehyeon celingukan kanan-kiri guna memastikan sesuatu.
"Naksir Jaechan?"
Nyaris tersedak, Yedam mendelik menatap Kyoungyoon yang rautnya berubah serius.
"Engga lah."
"Berarti temennya hihihi. Tapi galak banget." Sahut Sehyeon kemudian.
"Apaan sih, Yeon. Dah kita beresin makalah biar ngga numpuk tugas kita." Ucap Yedam sembari mengganti tatapannya pada Sehyeon yang menampilkan raut menggoda. Mendorong cepat kedua punggung temannya menuju belakang kelas.
Sesekali bibirnya ia gerakkan aneh guna menahan senyum.
Untuk apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Kak! ( Random Short Story )
AléatoireKisah manis seorang adik kelas yang jatuh hati pada kakak kelasnya. Tidak semua sih, ada kakak kelas yang jatuh duluan. Tapi entahlah... >.<