Park Jihoon adalah salah satu siswa populer di sekolahnya.
Alasannya?
Karena ia memiliki sekuter nyentrik.
Iya betul. Dia bahkan menjadi satu-satunya murid yang memakai sekuter di sekolah ini. Terlebih jika sekuter itu sedang berjalan, maka lampu bagian roda belakang akan berkedip. Lalu, jika diparkirkan, sekuter itu akan dilipat menjadi minimalis. Siapapun yang melihatnya pasti akan terkagum dengan teknologi canggih itu.
Berterima kasihlah pada Ibu Jihoon yang ikut merayu sang Ayah agar membelikannya sekuter alih-alih sepeda sebagai hadiah kelulusan.
Selain itu, Jihoon terkadang suka ngebut seperti Valentino Rossi. Mengeluarkan suara khasnya seperti,
"WUHU!!"
terkadang,
"HEY YO MAMEN!"
Tapi semua itu dimaklumi dengan sangat. Karena Jihoon memiliki wajah rupawan. Imut tapi tampan. Manis tapi cantik juga. Suaranya juga bagus.
Jihoon juga sangat terkenal di antara teman seangkatannya. Ia ramah, bahkan Jihoon hampir mengenali wajah mereka semua. Tidak heran, anak IPS 2 ini jika sedang lewat ada saja yang menyapa. Tapi permasalahannya adalah..
"Jihoon, kamu kenal dia siapa?"
"Yang tadi? Aku tidak asing memang. Tapi lupa namanya. Sapa balik sajalah prinsipku."
Oke.
Saat ini, Jihoon tengah melipat sekuternya ketika ada seseorang yang tengah memperhatikannya -bukan, tapi sekuternya.
Wajahnya serius bahkan sampai memiringkan kepala.
Jujur, bagi Jihoon dia lucu.
Tapi, ia tidak terlihat asing. Mungkin mereka pernah bertemu?
Sembari menyandarkan sekuter lipatnya pada tembok parkiran, Jihoon mencoba mengingatnya.
Jaket Varsity berwarna hitam. Tas punggung polo berwarna navy dan juga gantungan ponsel berwarna ungu bergambar anjing lucu.
Jihoon menoleh sebentar. Wajah lelaki itu terkejut, namun beberapa detik kemudian pergi dengan segera. Jihoon tidak berniat untuk mengejarnya.
Untuk apa?
Jihoon tidak mengenalnya.
Lalu, tiba-tiba Jihoon tersenyum geli. Ia teringat beberapa sekon sebelum lelaki itu membalikkan badan, Jihoon yakin kalau lelaki itu sempat tersenyum tipis. Wajah itu mengingatkannya pada satu minggu lalu ketika ada lelaki dengan wajah tenggelam dalam jaket sport berwarna hitam berkerah putih juga mengamatinya. Lalu ketika Jihoon berjalan mendekatinya, lelaki itu hanya tersenyum dengan pandangan tak beralih padanya.
Jelas, Jihoon ganteng, gitu.
Oke, pointnya bukan itu sekarang.
"Ahh.. itu orang yang sama!" Ucap Jihoon kemudian.
Belum sempat Jihoon masuk pintu koridor, ia terkejut dengan lelaki itu yang masih menyandarkan punggungnya di tembok ditemani beberapa siswa yang berlalu-lalang.
Kali ini, Jihoon mengamati dengan jelas wajah lelaki itu.
Iya. Lelaki itu benar-benar sama seperti yang ia temui satu minggu lalu.
Sedang menatapnya.
Jihoon berniat menyapa ketika kedua matanya menemukan badge kelas dan jurusan pada lengan kanannya. Jaket itu sudah terlipat dalam pelukannya.
XI. IPA 1.
Oh! Kakak kelas!
Jujur, Jihoon terkejut dan agak takut.
Ia takut mungkin Kakak itu marah karena ia melakukan tindakan yang kurang ajar. Atau Jihoon mengucapkan kata tidak pantas? Tindakan menyakiti? Atau menyenggolnya saat mengendarai sekuter tadi? Atau bagaimana?
Sembari mengingat, Jihoon tetap melangkah dengan pandangan ke segala arah.
Karena kakak itu masih melihatnya!
Saat setelah menaiki tangga keempat, yang berarti hampir dekat dengan tubuh Kakak itu, Jihoon langsung menunduk.
"Mohon maaf, Kak!" Ucap Jihoon dengan suara agak keras.
Lalu suasana hening sebentar, hingga..
"Eh? Kamu minta maaf ke siapa?"
Ya Tuhan, suaranya Kakak ini lucu. Benar-benar lucu.
Walaupun begitu, Jihoon tidak berani mendongakkan wajah.
"Sama Kakak. Mungkin saya melakukan tindak kurang ajar. Entah tadi atau kapan lalu. Saya minta maaf, Kak."
"Aku? Eh? Tidak. Kamu tidak melakukan apa-apa, kok."
Jihoon mendongak dan menemukan raut agak panik dari Sang Kakak. Kedua tangan itu membentuk tanda silang di depan wajah.
"Soalnya tadi Kakak liatin saya."
"Eeehh?? Ahh?? Ahh.. anu mungkin saya melamun tadi hehe. Tapi kamu tidak ada salah. Santai saja. Jangan dipikirkan. Jangan meminta maaf, hehehe."
Jihoon agak bingung karena suara Kakak itu seolah sedang panik. Jihoon berniat untuk membalas, namun..
"A-anu mungkin aku.. anu sekutermu?"
"Hah?"
"Ahh anu sekutermu bisa ditekuk-tekuk begitu jadi aku agak melamun. Hahaha. Tapi keren."
Jihoon menahan tawa dengan cara menggigit bibir gemas ketika Kakak itu mempraktekkan ucapannya dengan gerakan tangan yang cepat. Seperti melipat baju malah.
Kakak itu bertemu pandang dengannya sebentar lalu dengan segera mengalihkannya ke arah lain. Bibirnya seolah ingin mengatakan sesuatu lagi namun sesekali hanya ia basahi dengan lidah.
"Oh anu, yasudah. Aku mau ke kelas. Mau sekolah."
Belum Jihoon menjawab, Kakak itu pergi dengan langkah cepat. Ia memasukkan kedua tangan di saku celana dan masih memperhatikan punggung Kakak itu sampai hilang di ujung sana.
Jihoon menggembungkan pipi sebelum suara helaan disertai tawa kecilnya terdengar kemudian.
"Kakak itu kenapa coba? Ya dia kesini memangnya mau jualan cilok?"
![](https://img.wattpad.com/cover/347365786-288-k7027.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Kak! ( Random Short Story )
De TodoKisah manis seorang adik kelas yang jatuh hati pada kakak kelasnya. Tidak semua sih, ada kakak kelas yang jatuh duluan. Tapi entahlah... >.<