1. Sial, Aku Tidak Tahu Namanya! : Damdo

134 14 3
                                    

Kedatangan bus itu disambut baik oleh Doyoung. Namun,

"Maaf, Dek. Ikut yang belakang ya."

Oke.

Dengan senyum terpaksa, Doyoung mengangguk dan kembali menyandarkan lengannya pada dinding halte.

Dua bis sudah menolak Doyoung. Memang, karena ia sengaja memakai bus umum, padahal harusnya ia memakai bus khusus anak sekolah yang sudah disediakan.

Mau pergi kemana?

Doyoung ingin membeli cupcake. Dua hari lalu, ia melihat wallpaper ponsel Jaechan menampilkan foto cupcake berwarna biru laut yang cantik dengan hiasan permen payung yang terlihat sangat lezat.

"Chan, kau car-"

"Apa? Maksudmu foto itu? Aku pergi bersama Ayah ke toko kue yang berada di ujung jalan dekat toko sepatu yang waktu itu kita beli. Terus aku beli dan aku foto hihihi."

Doyoung mengerutkan dahi. "Memang ada toko kue disana?"

Jaechan mengangguk mantap. "Ada. Baru buka semingguan ini berarti."

Dan, yah.

Tanpa harus ditemani Jaechan, Doyoung langsung "minggat" setelah bel pulang berbunyi.

Apapun yang ia inginkan, harus ia dapatkan.

Memajukan bibir dengan pipi menggembung. Tanda sebal yang selalu muncul ketika sudah bosan menunggu.

Apa jalan kaki saja?

Tidak apa lelah, asal ia bisa membeli cupcake itu!

Doyoung membuka layar ponsel yang menampilkan list beberapa jenis cupcake yang ia dapatkan dari sahabatnya itu. Menimbang sebentar hingga beberapa menit kemudian, ia mulai melangkahkan kakinya mantap.

Ia bertekad jalan kaki daripada harus menunggu lagi.

Sudah rela tidak makan siang, masa harus sia-sia?

Doyoung mencoba menatap sekeliling dengan wajah datarnya. Memperhatikan beberapa pemandangan yang biasanya ia abaikan demi buku.

Senyum Doyoung merekah ketika melihat dua anak kecil yang sedang duduk di pinggir trotoar menatapnya.

Mulut mereka penuh eskrim dengan tatapan ramah. Karena pendek, kedua kaki mereka bergoyang.

Doyoung mengangguk sekilas dan berjalan dengan sopan melewati keduanya.

"Hihihi. Kakak-kakak ini lucu nunduk-nunduk lewatnya."

Kakak-kakak? Perasaan hanya ia seorang.

Penasaran, dengan pelan Doyoung segera membalikkan badan.

Disana, lelaki dengan wajah memerah tengah berdiri canggung menatapnya. Diselingi tawa lucu dari anak-anak yang memperhatikan keduanya.

Siapa?

Seragamnya sama.

Dengan wajah datar, Doyoung hanya diam dan langsung membalikkan badan. Berjalan segera sebelum menyadari suara langkah juga menyamainya.

Tiba-tiba rasa kesal muncul dan Doyoung langsung berbalik tanpa aba-aba. Untungnya, jarak mereka agak jauh, sehingga Doyoung sungkan untuk siap membogem wajahnya.

Lelaki itu langsung menampilkan wajah seperti berharap.

"Aku. Bang. Yedam." Ucap lelaki itu dengan pelan.

"Tidak kenal." Doyoung balas dengan cepat.

Sepersekian detik, Doyoung bisa melihat wajah itu sedikit terkejut, namun langsung memberikan senyum manis.

"Aku teman Kyoungyoon. Mungkin kau kenal dia."

"Tapi aku tidak kenal kamu, Kak. Maaf."

Dengan segera, Yedam mengejar Doyoung yang langsung berbalik dan berjalan cepat meninggalkannya.

"Hei, aku hanya memastikan kau baik-baik saja. Karena di depan nanti, aku takut kau bertemu dengan anak nakal sekolah lain!"

Berhasil!

Doyoung berbalik dengan menyipitkan mata.

"Jadi aku harus lewat mana? Tolong beritahu aku agar aman."

Yedam yang sedikit kelelahan, mengatur nafas dan telunjuknya mengarah ke kanan. Menunjuk berulang kali.

"Berbeloklah ke kanan. Disana banyak orang dan juga taman kanak-kanak. Pemukimannya juga ramai, bila terjadi sesuatu kau bisa langsung mendapat pertolongan."

Doyoung sepenuhnya menghadap ke arah Yedam. Lalu membungkukkan badan sembilan puluh derajat beberapa detik.

"Arigatou, Kak."

Belum sempat membalas, Yedam terkejut dengan langkah cepat Doyoung setelahnya.

"Hei! Hei! Perlu aku temankan tidak?!"

"Tidak!"

Yedam menghela nafas. Berusaha memaklumi anak manis itu dalam senyum yang ia kembangkan sekarang.

"Bisa-bisanya ia melewat jalanan ini sendirian. Tidak tahu kah, kalau lurus kedepan lagi, ia akan bertemu preman sekolah lain?"

Yedam menggelengkan kepala. Membalikkan badan dan berjalan menjauh.

Lalu menoleh ke belakang.

Anak itu sedang menoleh ke kanan dan ke kiri untuk menyebrang.

Menunggu.

Anak itu berlari kencang dan langsung berbelok ke arah yang ia tunjuk tadi.

Yedam membalikkan badan.

Lalu menoleh lagi. Kali ini memastikan sedikit lebih lama.

Ia tertawa. Mengusap kepalanya berulang kali. Lalu menunduk.

"Ya Tuhan, selamatkan anak keras kepala itu."

Lalu berhenti sebentar.

"Sial, aku tidak tahu namanya!"

Hello, Kak! ( Random Short Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang