🐻Eps.11🔞🦊

3K 82 0
                                    

                "Y/n! Benarkan ucapanku? CEO kita yang baru amat tampan!" pekik Hanni.

Mendapati temannya yang tidak merespon apa pun, dan mata memandang datar kopi yang sudah dingin di genggamannya. Hanni mengernyit. Dia menepuk pundah Y/n untuk menyadarkan, "Y/n!"

Y/n tersentah, beruntung kopi yang dipegangnya tidak tumpah. "Kenapa?"

"Seharusnya aku yang tanya begitu," cemasnya, "kau yang kenapa? Kau sakit? Selesai meeting dengan CEO, kau jadi tidak bersemangat sama sekali?"

Tentu saja. Orang waras mana yang tidak kepikiran sama sekali, setelah bertemu dengan mantan kekasih yang tidak putus dengan cara yang tidak baik?

"Apa kau gugup setelah ditunjuk sebagai sekretaris utama?"

"Ah –sepertinya iya," balas Y/n asal.

Terlebih lagi, mantan kekasihnya adalah atasannya di tempatnya bekerja. Dan karena jabatannya, membuat Y/n akan lebih sering bertemu dengan mantan kekasihnya.

Y/n jadi punya firasat buruk. Sepertinya, dia akan lebih banyak bertemu dengan Haechan dari pada Renjun. Jika dirinya masih tetap bekerja di perusahaan ini.

Dan Y/n pun ragu hidupnya akan baik-baik saja setelah bertemu kembali dengan Haechan.

"Nona Jeon Y/n?"

Y/n menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya, diikuti oleh Hanni yang berada di sampingnya.

Pria yang memanggilnya adalah sekretaris utama Haechan yang lama, Jake. "Ada apa?" tanya Y/n.

"Kau dipanggil sajang-nim ke ruangannya."

"Baiklah. Terimakasih sudah beritahu."

Jake mengangguk.

"Aku ke ruangan sajang-nim dulu ya," pamitnya pada Hanni.

"Iya, Y/n."

Y/n beranjak dari kursinya dengan ragu. Meski begitu dia mencoba untuk terlihat biasa-biasa saja di depan banyak orang. Sama sekali tidak ingin menunjukan bahwa pikirannya kalut. Dia tidak ingin muncul rumor antara dirinya dan Haechan apa lagi sampai ke telinga Renjun.

"Hahh..."

Y/n menghembuskan napas panjang, mempersiapkan diri sebelum membuka pintu geser yang terdapat tulisan.

Lee Haechan. Chief Executive Officer.

Langkahnya semakin memberat ketika sudah memasuki ruangan yang luas. Namun hanya ada dirinya dan mantan kekasihnya saja.

"Chagiya," panggil Haechan dengan senyum manis yang terpatri di wajahnya.

Panggilan yang sama seperti saat mereka masih menjalin hubungan.

Haechan duduk di pinggiran meja kerjanya. Dia mengambil sebuah remote, dan dapat Y/n dengar pintu di belakangnya seolah terkunci.

Panik. Dia segera membalikan tubuh untuk mengecek satu-satunya pintu keluar yang berada di ruangan ini.

Sial. Pintu ini benar-benar terkunci rapat.

Y/n terlalu sibuk mencoba untuk membuka pintu yang sangat mustahil dibukanya ini. Sampai tidak sadar Haechan melangkah pelan mendekatinya.

Jika Haechan tidak dengan tiba-tiba memeluknya dari belakang. Sudah dipastikan Y/n tidak akan sadar dengan keberadaan Haechan yang terlalu dekat dengannya.

Y/n membeku karena pelukan Haechan pada pinggang rampingnya.

"Harum vanilla yang aku sukai. Parfum mu selama bertahun-tahun tidak berubah ya?" Haechan terkekeh pelan.

Pria berkulit tan itu menyampingkan rambut yang menutupi tengkuk Y/n. Di saat tidak ada yang menghalangi leher jenjang wanita itu, Haechan menghirup wangi yang menguar dari tubuh Y/n, wangi yang dia rindukan, sesekali dia memberikan kecupan di titik yang sama.

"Berhenti, Haechan." Y/n mencoba menutupi lehernya dengan tangannya agar tidak menjadi sasaran Haechan lagi.

Tapi Haechan malah membalikan tubuh Y/n agar menghadapnya. Membuat mereka berdua saling beradu pandang dalam jarak yang sedekat ini.

Pria itu memiliki penampilan yang tidak begitu jauh dari saat terakhir Y/n melihatnya. Wajah tampan yang masih sama, dan senyum memikat yang dulu pernah membuat Y/n jatuh cinta. Perbedaan kontras yang dapat terlihat jelas adalah sorot mata hazel yang menatapnya penuh damba dan sarat ingin memiliki yang sungguh kuat.

"Kau... jauh lebih cantik berkali-kali lipat, Y/n." Haechan memainkan ujung rambut coklat Y/n dengan telunjuknya, sebelum mencium rambut yang digenggamnya itu.

Haechan semakin menghimpit tubuhnya hingga tidak ada cela untuk bisa kabur dari dekapan Haechan.

Dia berbisik. "Pantas saja Renjun menjaga mu sebaik mungkin dari pria diluar sana."

"Hmph!"

Tanpa ada aba-aba, dia menarik tengkuk Y/n, mencium wanita itu secara agresif seolah menumpahkan rasa rindu yang dipupuknya bertahun-tahun.

Tidak peduli wanita yang diciumnya ini adalah tunangan dari direktur rumah sakit terbesar di Korea, tidak peduli wanita yang diciumnya ini menolaknya secara terang-terangan, berusaha setengah mati untuk melepaskan ciuman yang Haechan berikan.

Jika saja Y/n tidak dengan sekuat tenaga mendorong tubuh pria yang jauh lebih besar darinya ini. Dia yakin Haechan tidak akan melepaskan pangutan bibirnya.

"Hah... hah..."

Y/n menghirup napas sebanyak-banyaknya, mengisi paru-paru dengan oksigen yang hampir habis karena perbuatan Haechan.

Benang saliva antar bibir mereka masih menyatu.

Haechan mengusap bibir Y/n dengan ibu jarinya. Bibir wanita itu sedikit bengkak, keindahan tersendiri bagi Haechan yang berhasil menyentuh kembali wanitanya ini.

"Bibirmu terasa lebih enak, chagiya. Apa mungkin karena aku baru merasakannya lagi?"

Tangannya yang berada di bahu Y/n merambut turun menyentuh kancing pertama kemeja yang Y/n kenakan.

"Aku ingin merasakan kembali sensasi menyenangkan lebih dari menciummu."

Haechan berhasil membuka beberapa kancing kemeja Y/n. Hingga dada wanita itu terekspos.

"Aku tidak mau Haechan! Aaa!"

Haechan membekap mulut Y/n agar tak mengganggu aktivitasnya. Dengan satu tangannya yang lain, dia menaiki bra berwarna hitam tersebut.

Mengecup tiap sisi payudara sintal tersebut dan beberapa kali membuat tanda kemerahan di sana yang kontras dengan kulit putih Y/n.

Ketika tangannya mulai turun untuk membuka rok span yang Y/n kenakan, dia mendengar suara isakan tertahan dari wanita cantik itu.

Haechan menghentikan aktivitasnya. Dia menegakan tubuh untuk kembali melihat Y/n.

Tanpa merasa bersalah membuat wanita yang dicintainya itu menangis. Haechan mengusap air mata Y/n, dia kembali merapihkan pakaian Y/n seperti semula meskipun tubuh Y/n masih gemetar ketakutan.

Dan terakhir dia memberikan kecupan singkat di dahi Y/n, mengusap lembut puncak kepala Y/n seolah tidak terjadi apa-apa.

"Aku tahu tipikal dirimu yang tidak mau kekasih mu sakit hati. Dengan tanda yang aku buat ditubuhmu, paling tidak kau tidak akan membiarkan Renjun tidur dengan mu sampai tanda yang aku buat itu menghilang. Ya... walau pun nantinya akan aku terus buat lagi sehingga Renjun tak akan bisa menyentuhmu."

Haechan tersenyum miring. Dia menyeriang begitu senang dengan pemikirannya sendiri.

"Dan Renjun yang berselimut pada topeng malaikatnya tidak mungkin memaksa mu untuk tidur dengannya. Tenang saja, chagiya. Aku tidak akan membiarkan mu disentuh oleh Renjun lagi."

Obsessed » Haechan X You X Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang