🐻Eps.42🦊

501 43 20
                                    

Haechan : Aku sudah sampai

Y/n menghela napas pelan membaca pesan dari suaminya. Renjun juga melihat pesan tersebut.

Tak lama setelah mendapatkan pesan, terdengar bunyi pintu café yang terbuka. Tanpa Y/n menoleh dia tahu siapa yang datang.

Setelahnya, dapat dia lihat pria yang dirindukannya berdiri di samping Renjun.

Matanya tak bisa lepas dari Haechan. Walau dia pun merasa sakit melihat pria itu yang tampak tidak terima ketika Renjun berada di samping wanita yang sampai detik ini masih berstatus sebagai istrinya.

"Kau bisa duduk di depan kami," ujar Renjun.

Haechan mengigit bibir bawahnya, terlihat sekali dia tidak terima, tapi mungkin tidak ingin membuat keributan di sini. Jadi dia mengikuti perkataan Renjun.

"Apa kau sekarang jadi pengawal istriku? Sepertinya kau selalu ada didekatnya, dari pada aku yang notabene adalah suaminya sendiri." Haechan menyindir Renjun, terutama ketika pria itu menekankan identitas hubungannya dengan Y/n.

"Iya benar, aku pengawalnya. Agar calon istriku tidak diculik lagi olehmu." Tak mau kalah dari Haechan, Renjun juga menekankan status Y/n dihubungan mereka.

"Dia sudah menikah denganku. Tidak mungkin dia bisa menikah denganmu."

"Aku tahu, maka dari aku keluarganya sedang mengurus perceraian kalian, sebab tidak ada keluarganya yang setuju dengan hubungan kalian," jelas Renjun yang membuat dirinya merasa lebih unggul dari Haechan. Terlebih ketika dirinya melibatkan Y/n dalam dialog ini, "bukankah begitu, sayang?"

Pandangan suaminya tertuju padanya. Tenggorokannya terasa kering sehingga sulit berkata, tapi anggukan yang dia berikan, cukup mewakilkan pertanyaan Renjun.

"Y/n," panggil Haechan, "kau bisa bilang pada keluargamu kalau kita saling mencintai, kita bisa mempertahankan pernikahan kita, kau benar-benar bisa lepas dari si brengsek ini." Pria bermarga Lee itu menunjuk Renjun.

Seakan meremehkan Haechan. Renjun mendengus geli. "Kau mau tahu sesuatu yang menarik? Aku dan Y/n membuat kesepakatan, aku mengijinkan dia untuk bertemu denganmu asalkan dia mau menurut denganku. Jadi, Y/n berada di sini, adalah bentuk kalau dia memutuskan cerai darimu, untuk menikah denganku."

Haechan memilih tidak mendengarkan perkataan Renjun. Pria itu masih terus mendesak Y/n untuk berbicara. "Sayang, kau tidak akan mengorbankan dirimu untuk menikah dengan pria yang tidak kau cintai 'kan?"

Haechan menggenggam kedua tangannya.

"Aku–!"

Y/n menghentikan ucapannya saat dia merasa jari telunjuk Haechan bergerak di bawah tepak tangannya menuliskan sesuatu, memberikan kode.

Dalam dua kali dengan gerakan cepat Haechan melakukannya. Beruntung Y/n bisa membaca kode yang pria itu berikan.

Agar tidak dicurigai Renjun. Y/n kembali melanjutkan, "aku akan menikah dengan Renjun, setelah keluargaku mengurus perceraian kita."

"Dan kami akan tinggal di Jilin," Renjun melanjutkan perkataan Y/n, "ini adalah hari terakhir kau bisa bertemu dengan Y/n. Setelahnya, aku tidak akan membiarkan kalian bertemu lagi."

Renjun menarik tangan Y/n, lepas dari genggaman tangan Haechan. Renjun melihat jam tangannya. "Sepertinya sudah cukup kita bertemu calon mantan suami mu."

"Aku ingin ke toilet dulu."

Y/n beranjak dari kursi, berusaha tidak terlihat tergesa agar Renjun tidak curiga padanya.

Tapi tetap saja, jantungnya berdebar cepat saat kakinya melangkah menuju ke toilet. Dan ketika melihat ada Dami di sana, dia tahu alasan Haechan memintanya untuk ke tempat ini.

"Y/n!"

Dami berhambur memeluknya, dia meremas pelan pundak Y/n. "Syukurlah Haechan bisa menyampaikan pesannya untuk menyuruhmu ke sini. Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya supaya rencana ini bisa berhasil semisal aku tidak bertemu denganmu."

"Ada apa?" tanya Y/n dengan tergesa. Dia tidak bisa berlama-lama di sini.

Dami pun menyadari itu. "Haechan berencana membawamu pergi dari Korea. Kau mau 'kan? Kau masih mencintainya 'kan?"

Tentu saja Y/n mengiyakan dua pertanyaan tersebut. Tapi yang mengganjal dihatinya, bagaimana dengan hidup Haechan jika mereka kembali bersama?

Dami meraih kedua tangan Y/n. "Ini akan jadi pelarian terakhirmu dan Haechan. Aku bisa pastikan setelah ini tidak perlu ada yang kau takutkan lagi, kau bisa hidup bahagia dengan Haechan tabpa harus takut diketahui Renjun. Kau percaya saja padaku dan Haechan ya?"

Y/n mengangguk pelan.

"Yang butuh kau lakukan sekarang. Buat Renjun tidak mencurigai hubunganmu dan Haechan lagi. Tenang saja, kau akan tetap menjadi istri Haechan."

Senyum kecil Y/n mengembang. "Iya."

***

Renjun mengusap punggung tangan Y/n selama berkendara. Dia menoleh ke wanita yang duduk di kursi sampingnya.

"Kau tahu? Alasanku tidak ingin kau bertemu dengan Haechan, karena aku tidak mau membuatmu lebih sakit hati sebab kau merasa ini adalah terakhir kalinya bertemu dengan Haechan."

"Apa menurutmu pilihan mu itu adalah suatu bentuk kebaikan untukku? Aku kagum dengan definisi baik menurutmu," Y/n mendengus, menyindir Renjun. Wanita itu menghembuskan napas pelan, "aku tidak menyesali pilihanku meskipun tadi adalah sosok terakhir Haechan yang aku lihat."

Tidak. Y/n justru senang dengan pertemuan tadi.

Membuatnya yakin untuk kembali bersama pria yang sangat mencintai dan cintai olehnya itu. Untuk kali ini dia memutuskan untuk tidak mudah menyerah dengan banyak hal yang akan menjadi hambatan di hubungan mereka.

Haechan saja selalu mempertahankan hubungan mereka. Lantas, kenapa Y/n tidak bisa melakukannya?

"Rekam sosoknya baik-baik diingatanmu supaya kau tidak lupa. Aku masih berbaik hati membiarkanmu menyimpan masa lalu mu dan tidak memaksamu untuk mencintaiku."

"Terimakasih atas kebaikanmu itu," sarkas Y/n.

Y/n menopang dagu. Pandangannya tertuju pada jalanan yang dilewatinya bersama Renjun. Dibanding menyimpan Haechan dalam pikirannya, sepertinya lebih baik bagian otaknya digunakan untuk menyimpan segala yang pernah dialaminya di Negara kelahirannya ini.

Sebab tak lama lagi. Dia tidak akan pernah bisa menginjakan kaki ke sini lagi. Meninggalkan banyak hal yang sudah dilewatinya.

"Y/n," panggil Renjun kembali.

"Ada apa?"

"Kapan terakhir kali kau haid?"

Irisnya membola mendengar pertanyaan tersebut. Dia pun baru menyadari itu. Tangannya segera meraih ponselnya, mengecek tanggal hari ini sebelum menjawab pertanyaan Renjun. "Saat akan kembali ke Korea," gumamnya.

Jantungnya berdebar cepat saat menyadari sudah terlambat beberapa hari.

Setelah sampai ke Korea, Renjun membawanya ke dokter kandungan untuk memastikan Y/n tidak hamil.

Tapi... tidak mungkin jugakan dirinya hamil anak Renjun di saat seperti ini? Walau pun memang Y/n tidak pernah terlambat haid sama sekali.

Dia mencoba berpikiran baik. Mungkin karena sedang banyak masalah yang dialaminya sehingga dia terlambat dari tanggal seharusnya.

"Kau mau memeriksanya?" tanya Renjun memastikan.

Y/n menggeleng. "Sepertinya aku hanya kelelahan saja."

Obsessed » Haechan X You X Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang