🐻Eps.20🦊

665 62 17
                                    

Renjun : Apa aku boleh ikut makan siang bersama mu?

Y/n : Ah, sebentar lagi aku akan selesai. Nanti aku juga akan pulang ke apartemen kita

Y/n : Kita bertemu di sana saja ya

Renjun : Baiklah. Padahal aku merindukanmu

Y/n : Aku juga merindukanmu

Ini bukan salah satu bentuk perselingkuhan.

Y/n berkali-kali bergumam dalam hati, setidaknya perasaannya lebih tenang sebab memikirkan Renjun saat dia sedang makan siang bersama Haechan.

Tidak. Dia tidak melakukan kontak fisik berlebih dengan Haechan, tidak memanggil Haechan dengan panggilan sayang dan tidak menyertakan perasaan saat sedang bersama Haechan.

Dia tidak selingkuh dari Renjun.

"Selingkuhan mu itu menghubungi mu ya?"

Haechan menukar piringnya dengan piring milik Y/n. Dia memberikan Y/n steak yang sudah dipotong olehnya agar lebih mudah dimakan Y/n.

Y/n menaikan sebelah alisnya. "Siapa yang kau sebut selingkuhan?"

Haechan terkekeh pelan mendengar pertanyaan tersebut. "Tentu saja Renjun."

"Dia calon suamiku," ralat Y/n. Wanita itu memberi jeda, "yang sebenarnya lebih pantas disebut selingkuhan adalah kau, Haechan."

Haechan berhenti memotong daging yang ada di piringnya. Tersenyum kecil pada Y/n. "Aku yang bersama mu lebih dulu."

"Tidak penting siapa yang bersama ku lebih dulu, yang terpenting siapa yang terakhirnya akan bersamaku."

Dengan percaya dirinya Haechan membalas, "tentu saja aku."

Y/n mendengus. Dia memilih tidak menujukan pandangannya pada Haechan, wanita itu tertuju pada makanannya sudah mulai dingin. "Rasa percaya dirimu yang sungguh luar biasa itu, yang dulunya membuat aku jatuh cinta padamu. Tapi untuk perihal ini, ku harap kau bisa mengurangi sedikit rasa percaya dirimu agar tidak begitu kecewa."

"Kata siapa hanya dulu? Sampai sekarang kau masih mencintaiku Y/n."

"Jangan melucu Haechan."

"Saat kita di New Orleans dan kau mabuk, kau bilang padaku jika kau sangat mencintaiku."

"Uhuk!" Y/n terbatuk disela makannya. Dia segera meminum air putih yang diberikan Haechan.

Y/n sama seperti orang kebanyakan yang lupa dengan apa yang terjadi saat dirinya mabuk. Kata teman-temannya dia juga akan lebih berbicara jujur ketika alcohol mengambil alih tubuhnya.

Melihat raut wajah Haechan, Y/n yakin Haechan tidak tengah berbohong padanya.

Y/n meringis mengetahuinya. Bagaimana bisa di alam bawah sadarnya dia masih menyukai Haechan?!

Untung saja saat itu tidak ada Renjun.

"Dan Renjun tahu itu," lanjut Haechan seakan tahu isi pikiran Y/n yang tengah berkecamuk.

"Hah?"

Satu kata dari Y/n yang cukup baginya untuk mengetahui lebih jauh apa yang terjadi padanya saat mabuk waktu itu.

"Aku mengantarmu ke kamar. Dan saat aku keluar kamar aku mendapati Renjun yang sudah siap membunuhku dengan benda tajam yang dibawanya." Haechan menjelaskan dengan ekspresi biasa saja seolah kejadian saat itu bukan masalah. "Memangnya tak ada yang berubah setelah kita kembali dari New Orleans? Dia yang jadi lebih cemburu atau semakin mengekangmu?"

"Tidak," jawab Y/n serupa gumaman. "Dia malah memperlakukan aku lebih baik lagi."

Perasaan tidak nyaman semakin memenuhi hatinya.

Haechan tersenyum miring meneguk sedikit minumannya. "Ah... jadi begitu cara main Renjun."

***

"Aku pulang."

Kedua sudut bibir pria itu tertarik ke atas, dia menoleh pada sosok wanita yang baru saja masuk ke apartemen mereka.

"Kau lebih cepat pulang dari pada jam seharusnya, chagiya," ujar Renjun.

Y/n menaruh sepatu dan tas kerjanya di rak. Dia menghampiri Renjun yang duduk di sofa, dia tidak ikut duduk di samping tunangannya itu, melainkan berbaring dengan kepalanya yang berada di pangkuan Renjun. Dia pun memeluk Renjun.

Renjun mengusap lembut puncak kepala wanita itu. "Hei, jangan tertidur dulu, chagiya. Kau belum mandi."

"Kau sudah mandi?"

"Belum."

"Bersama saja nanti."

Renjuk terkikik geli. "Kau tidak biasanya manja seperti ini. Seperti telah melakukan kesalahan padaku."

Renjun tengah mengetest Y/n. Sebagai seorang psikiater yang belajar mengenai psikologis manusia, mudah sekali mengetahui bagaimana jika seseorang tengah berbohong.

"Ah tidak. Aku hanya merindukanmu saja, belakangan ini kita sibuk dan hanya menghabiskan waktu dengan saling memeluk saat tidur."

Y/n menatap matanya dengan begitu lama, seolah berusaha untuk dipercayai olehnya.

Wanita itu tengah berbohong. Kebiasaannya beberapa hari belakangan ini.

Dan kebiasaan bagi Renjun juga selama beberapa hari belakangan ini untuk pura-pura mempercayai Y/n. Tidak seperti Y/n mudah sekali baginya agar Y/n mempercayai ucapannya.

"Bagaimana dengan hari ini? Berjalan lancar?" tanya Renjun.

Y/n mengangguk. Wanita itu menunjukan senyum kecil. "Teman kantorku senang mendapatkan undangan pernikahan kita dan mereka bertanya padaku apa kita akan tetap tinggal di sini atau di tempat kelahiranmu."

"Berarti Haechan juga senang mendapatkan undangan pernikahan kita?"

Butuh beberapa saat bagi Y/n untuk menjawab, "begitulah."

Jawaban ambigu yang berarti dua hal bagi Renjun; Haechan tentu saja tidak menyukainya dan yang kedua, Y/n tidak memberikan undangan pernikahan mereka. Tapi Renjun lebih yakin dengan opsi kedua.

"Kalau kau sendiri bagaimana? Apa reaksi teman-temanmu saat kau memberi undangan itu?"

"Tentu saja mereka mengucapkan selamat dan –ah, iya, kecuali Yeonjun."

Kedua alis Y/n bertaut. "Kenapa dengan Yeonjun?"

"Dia tidak langsung mengucapkan selamat untuk kita yang akan menikah, dia malah memberitahu padaku kalau dia melihat mu makan siang dengan Haechan."

Pupil Y/n melebar. Ucapannya tepat sasaran.

Dia pun mengulik lebih dalam dengan mempermainkan pola pikiran Y/n.

"Aku tahu kau pasti tidak makan siang berdua saja dengan Haechan bukan? Dan pada saat makan siang itu pula kau pasti memberikan undangan pernikahan kita pada Haechan."

"Jadi begini, aku sedang makan siang berdua saja dengan Leeseo. Kemudian Haechan datang, mungkin Yeonjun melihat aku dan Haechan saat Leeseo sedang ke toilet. Ya benar, saat makan siang itu aku memberikan undangan pada Haechan."

Y/n terlalu panik sehingga tidak sadar dia menyebutkan nama orang yang salah.

Sudah tahu Y/n berbohong, tak ada untungnya dia mendesak wanita itu untuk berkata jujur. Renjun menanggapinya dengan biasa saja.

Toh, ini sudah berjalan sesuai dengan rencananya.

"Pasti berat bagimu memberikan undangan pernikahan kita ke mantan kekasihmu sendiri. Seharusnya aku yang memberikan itu langsung ke Haechan."

"Yang ada kalian malah bertengkar."

"Aku tidak akan menanggapinya dengan serius, karena ujungnya pun kau akan menikah denganku."  

Author note:

Setelah baca Devil Beside Me yang penuh plot twist. Di Obsessed ini, kalian pilih tim mana? Atau tim ikutin alur aja? 😂

Obsessed » Haechan X You X Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang