Gadis Berkacamata

2.2K 91 0
                                    

Roy membelokkan mobilnya ke rest area. Perjalanan panjang yang ia tempuh dari jakarta-jogjakarta membuatnya lelah.

"Tau gini tadi ngajak bang glen atau ayah" Gerutunya.

Padahal awalnya ayahnya sudah menawarkan diri untuk turut serta dengannya. Karena beliau tau perjalanan jauh dan bakal capek bila meyetir sendiri. Tapi karena kemauan Roy sendiri yang tak ingin ditemani ayahnya maupun abangnya.

Ia sedikit mensejajarkan jok dibelakang kemudinya. Agar bisa dibuatnya bersandar dan mengurangi lelah di punggungnya. Tak lupa ia nyalakan sebatang rokok untuk mengurangi penat. Ia menikmati setiap hisapan dari rokoknya. Pikirannya mulai menerawang tentang tujuannya. Ia berpikir keras bagaimana kedepannya ia menjalankan bisnis ayahnya ini. Pasalnya ini baru pertama kali ia terjun dan langsung dipercaya ayahnya untuk mengelola salah satu cabang cafe di luar jakarta. Yang dimana dia akan jauh dari pantauan keluarganya. Meskipun sebenarnya keinginannya sendiri, tapi alasan dibalik itu karena dia ingin menjauh dari kota Jakarta.
Ia meyakinkan dirinya kalau ia pasti bisa menjalankan bisnis ini.

Setelah dirasa udah sedikit berkurang lelahnya, ia segera melajukan mobilnya. Tujuannya adalah ke apartmen milik ayahnya. Yang memang sengaja di beli keluarganya untuk tempat singgah kalau ada keperluan di Jogjakarta. Meskipun sebenarnya ada keluarga juga di Jogja, tapi jauh lebih privasi jika punya tempat tinggal sendiri. Itu alasan ayah Roy mengapa memilih membeli salah satu apartemen di Jogja.

Ia sudah keluar dari pintu TOL dan menuju tempat dimana apartmen nya berada. Mobilnya melaju pelan. Karena ternyata ia terjebak macet juga. Maklum jam-jam orang pulang kerja. Ia memutar volume musik yang sedari tadi menemaninya agar lebih keras lagi. Lagu 'don't let me down' milik the Beatles mengalun dengan asiknya. Sesekali Roy ikut bernyanyi. Ya, memang itu salah satu band legend kesukaannya.

Pandangannya tertuju ke arah trotoar di samping kirinya. Dimana ia dapati aksi kejar-kejaran seorang gadis berjilbab dan berkacamata dengan seorang laki-laki setengah baya yang sedang membawa tas.
'Mungkin pencopet' pikirnya. Roy melirik sekilas. Tapi sayang juga jika adegan seperti ini dilewatkan. Sambil menunggu mobil jalan ia mengedarkan kembali pandangannya ke arah tontonan itu.

Dengan sekali tendang, gadis itu berhasil membuat laki-laki setengah baya yang membawa tas tadi tersungkur. Tanpa perlawanan dari laki-laki paruh baya itu. Sehingga sedetik kemudian banyak massa yang mengerumuni mereka.

Mata Roy mencari-cari keberadaan gadis berkacamata tadi. Setelah ditemukan dari pandangannya ia tersenyum lega. Entah mengapa ia bisa tersenyum lega. Refleks dari sudut bibirnya sendiri yang menginginkan itu.

"Hebat juga tuh cewek" Ujarnya sendiri. Yaa sendiri karena ia hanya sendiri di dalam mobil kan. Hehe.

Entah apa yang dikatakan gadis itu, sehingga warga yang mulanya ingin menghajar si laki-laki paruh baya menghentikan aktifitasnya. Kemudian si laki-laki itu di bawa salah satu orang entah kemana. Mungkin saja ke pos. Setelah kepergian laki-laki tadi kerumunan pun bubar. Hanya tertinggal gadis berkacamata itu dengan tas yang di bawa pencopet tadi ditangannya.

Sejurus kemudian si gadis tadi melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Dengan wajah sebalnya tapi terlihat menggemaskan. Ia melewati mobil Roy berada. Roy hanya mengamati dari dalam mobil. Dan berlanjut ke kaca spion. Hingga bunyi klakson dibelakang mobil Roy yang berisik membuat ia menyudahi aktifitasnya barusan. Ia segera melajukan mobilnya.

***

"Aaaah, Sasaku makasiiih. Kau tak kenapa-napa kan? " Tanya Novia dengan nada paniknya pada Sasa yang membawakan kembali tasnya.

"Lain kali hati-hati kalean. Tau kan sini rawan banget copet" Tanpa menjawab ucapan novia ia malah mengomeli kedua sahabat nya itu sambil duduk di kursi sebelah Anggi.

Memang diantara dia dan kedua sahabatnya, hanya Sasa yang jago beladiri. Karena sejak kecil ia sudah mengikuti ekstra taekwondo untuk menjaga dirinya.

"Yaa namanya juga musibah sa, tapi elu kereeen. Mmuuuuaach" Puji Anggi seraya mencium sekilas pipi Sasa.

"Ihh, jijik nggi" Gerutu Sasa sambil mengusap pipinya.

"Nih minum dulu. jangan ngomel ngomel mulu kau" Novia menyodorkan segelas matcha hangat favorit Sasa.

"Yaa kalian tuh harus lebih hati-hati. Untung gua cepet datangnya. Barang penting semua kan tu isi tas lu" Kata Sasa sambil menyeruput minumannya.

"Iya sasaku, makasiiih yaa. Lain kali gua lebih hati-hati lagi deh" Ujar Novia.

Sasa tak menjawab, ia sangat menikmati matcha hangat, minuman favoritnya. Ia sedikit sebal kepada temannya itu. Mengapa teledor banget di tempat rawan copet seperti ini.

"Eh guys, karaokean yuk! " Ajak Anggi.

"Boleh tuh, penat juga abis di gledek makulnya pak Ringgo" Timpal Novia.

"Lu gimana Sa? " Tanya Anggi lagi karena tak mendapati respon dari Sasa.

"Gua ngikut aja deh" Jawab Sasa

Mereka melanjutkan obrolan sembari menghabiskan pesanan mereka. Setelah itu mereka bergegas menuju tempat karaoke yang tak jauh dari cafe mereka berada. Mereka menghabiskan waktu bertiga dengan bernyanyi dan bercanda sesekali dance ala-ala yang membuat tingkah mereka semakin absurd.

Senja dan Kamu _ End (Season 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang