15. Donor Darah

50 18 0
                                    

Pertemanan zaman sekarang ngeri yaa. Pinter-kaya-baik-penyayang tak menjadi tolak ukurnya.


Rehan terbaring diatas brankar samping Alana, anggota Axlesaria yang lain pulang sekarang hanya tersisa mereka berlima. Rehan masih sangat lemas karena dokter tadi mengambil darahnya banyak. Cakra menghampiri Rehan dengan membawa satu gelas berisi susu guna untuk memulihkan kondisinya.

"Han, minum dulu." setelah itu Cakra membantu Rehan untuk duduk. Sedangkan kedua curut itu yang tak lain Farizan dan Jaya sedang tertidur pulas disofa.

"Thanks ya." ujar Cakra merasa sedikit khawatir dengan Rehan.

Rehan lantas mengangguk seraya mengambil gelas itu. "Gua gatau lagi kalo gak ada lo gimana sama nasib mama gua." gumamnya.

Rehan sedikit iba terhadap sahabatnya itu. Cakra hanya tinggal bersama Alana ketika ia menginjak bangku kelas 11 SMA, karena ayahnya tidak bertanggung jawab jadi mau tak mau Alana yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan mereka berdua dan untung saja dulu orang tua Alana mewariskan sebuah butik kepadanya.

"Mama lo bakal baik-baik saja, sebentar lagi pasti sadar." balasnya menguatkan Cakra.

"Apasih Yak jangan peluk gua." Farizan menghempaskan tubuh Jaya, Jaya yang masih berada dialam bawah sadarnya itu sedikit kaget saat kakinya terkena ujung meja didepannya.

"Awss." ringisnya. Jaya pun langsung membuka kedua matanya merasa tak terima dengan sikap semena-mena Farizan.

"Kurang ajar lo gak enakin orang tidur aja." lanjutnya dengan mengusap-usap kakinya.

"Sebelum tidur baca doa dulu makanya dodol." Farizan mengubah posisinya menjadi duduk.

"Jadi gatel badan gua Yak." ucap Farizan seraya menggaruk badannya.

"Gua bukan kuman ya."

"Lo tadi peluk gua anjir." Farizan menghindar ketika Jaya melempar bantal sofa kearahnya.

"Gua ga sengaja."

Cakra dan Rehan sedari tadi menyimak keributan itu lantas geleng-geleng kepala. Sudahlah jika keduanya sudah bersama ibarat tom and jerry selalu ada saja tingkahnya.

Cakra mengalihkan pandangannya kearah Alana yang tetap memejamkan matanya. Jam sudah pukul 01.45 sudah 1 jam yang lalu untuk transfusi darah.

******

Nayla mengeliat dari tidurnya ntah kenapa malam ini dirinya merasa tidurnya ini tak nyenyak. Nayla pun menyalakan lampu dan pergi kekamar mandi untuk mencuci mukanya sekaligus untuk solat malam.

Rakaat demi rakaat dilakukannya dengan khusyu. Setelah menyelesaikan solatnya ia mengambil sebuah al-quran mini yang dirinya simpan dilaci nakas.

Nayla membaca dengan sangat pelan ia tak mau jika orang tuanya terganggu karenanya. Suara Nayla sangat lembut pasti kalau ada orang yang mendengar lantunan ayat suci itu langsung terbawa suasana.

Belum sempat ia menyelesaikan bacaannya ponselnya berbunyi tanda suatu notif dari chat seseorang.

+6281356725****
"Tante alana kecelakaan."

Nayla bingung dengan pesan chat dirinya terima barusan. Dirinya tentu tak mengetahui jika Alana ibu Cakra.

>><<
"Alana?"

Nayla menyudahi bacaan al-qurannya setelah itu menyimpan ditempat semula. Tak menunggu waktu lama pesan itu kembali muncul.

+6281356725****
"Mamanya cakra."

NAYLA CHANTIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang