19. Halaman Belakang Markas

37 7 1
                                    

Cakra menghampiri Nayla yang sedang berlatih disana. Keringat dipelipisnya mengalir, baju yang tadinya barsih wangi kini basah akan keringat.

"Latihan sama gua." ucapnya membuat gadis itu menoleh kesumber suara.

"Kak Cakra." Nayla mengelap keringat dengan tangan kirinya.

"Minum dulu." Nayla mengambil sebotil air mineral dan meneguknya hingga tandas.

Setelah itu Cakra mengajaknya untuk menjauh dari sana, tak begitu jauh namun kali ini tempatnya begitu luas yang tadinya semua orang bisa melihat dirinya berlatih kini hanya beberapa saja yang bisa melihat keduanya.

"Mau latihan sekarang?"

Nayla mengambil posisi kuda kuda dan segera menyerang Cakra didepannya. Cakra dengan gesit menghindar dari setiap pukulan yang diberikan gadis didepannya. Cakra begitu pandai untuk memahami pergerakan lawannya.

Nayla merasa ngos-ngosan setiap serangannya meleset tidak tepat sasaran. "Semangat semangat." ujar Cakra.

Nayla kembali melayangkan serangannya kearah Cakra. Nayla melotot tak percaya ketika wajah Cakra menerima bogeman mentah darinya.

"Kak maaf." ujarnya melihat kondisi wajah cowok itu.

"Gapapa, ayo lanjut lagi."

"Tapi itu pipinya."

"I am alright, ayo latihan lagi." cowok itu tersenyum.

Nayla beberapa kali memainkan tangannya untuk menyerang cowok itu, kali ini Nayla hampir mengenai wajah mulus cowok itu dengan cekat Cakra menangkis serta menggenggam pergelangan tangan Nayla.

Posisi keduanya lumayan dekat, wajah mereka hanya berjarak lima senti, deru nafas keduanya beradu, jantung Cakra berdetak tak beraturan begitu juga dengan Nayla.

"A, Maaf." Nayla sedikit menjauh dari cowok itu. Cakra membalas dengan anggukan kepalanya.

"Your skills are already good, improve your abilities so they can be perfect."

"Thanks." keduanya itu duduk dibangku tak jauh dari dirinya berdiri, bangku tersebut sudah berisi air dan beberapa cemilan.

Kedua orang itu mengambil air untuk membasahi tenggorokannya. Biasanya Nayla berlatih dengan seorang diri kali ini ia mempunyai partner yang mampu mengarahkannya.

"Persoalan Sani sudah ketemu kak?" tanya Nayla membuka pembicaraan.

"Untuk kasus itu susah dipecahkan, kami semua udah cari tau tapi data dia susah ditemukan." dua hari sebelum Alana kecelakaan ketiga inti Axlesaria itu mencoba untuk mencari informasi tentang Sani, mulai dari rumah perusahaan dan data lainnya tapi hasilnya nihil.

"Oke." balas Nayla tersenyum smirk.

"Nanti malam ada balapan, woi kalian berdua ikut gak." teriak Farizan membuat keduanya menoleh kearah anggota lainnya kumpul.

"Gas lah bu bos." timpal Jaya. Kedua orang itu lantas mendekat kearah semuanya.

"Gak gak jangan dengarin ni curut Nay." ujarnya penuh posesif kepada Nayla.

"He waketu bu bos kan belum pernah ikut diarena balap jadi sekali kali lah ya gak Zan."

"Gak baik buat kamu." ujarnya lagi kepada Nayla.

Nayla tak membalas ucapannya itu dan menyimak pembicaraan antar anggotanya.

"Eleh eleh lo posesif amat jadian aja belum." sindir Jaya, sedangkan Cakra mendelik tajam.

"Oke." Cakra pun berdiri didepan semua anggotanya.

"Gua Cakra Roland Watford akan mengatakan gua jatuh cinta kepada gadis bernama Nayla Chantika, apa kamu mau menjadi pacarku?"

NAYLA CHANTIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang