27. Materi

15 0 0
                                    

Nayla berdiam diri di dalam kelas yang nampaknya begitu sepi, kali ini ia berangkat sangat pagi karena Dion dan juga Atika akan keluar kota, gadis itu memainkan ponselnya seraya menunggu sahabatnya datang.

Selang beberapa menit pintu kelas berbunyi menandakan akan ada siswa lain datang, Nayla menoleh kesumber suara.

"Eh tumben rajin banget udah datang." sindirnya.

"Kek gatau aja sih, Del, kan dia ambis gimana sih." papar Siti disampingnya.

"Oh iya ambis." mereka bertiga menuju bangkunya masing-masing.

"Eh ambis nyontek matematika dong." ujarnya dan mendekat kearah Nayla.

"Gak." tolaknya, Dela sangat kesal dengan jawaban yang ia terima, dengan sengaja Dela merampas tas milik Nayla dan membawanya menuju teman temannya.

"Tengkyuu ambiss." sahut Isma.

"Bawa sini itu tas guaa." gadis itu merebut paksa tas miliknya. Tentu hal itu tidak boleh terjadi bagi ketiganya apalagi ini menyangkut Pr matematikanya.

"Sutss, ambiss harus baik hati." Nayla merasa kesal ia pun langsung menarik tasnya dengan keras hingga tas tersebut sudah ditangannya.

"Bagi contekan napa." Siti menggebrak meja membuat Dela, Isma dan Nayla terpelonjak kaget.

"Makanya belajar gak ngandelin contekan mulu." dengan keberanian Nayla menjawab seperti itu, gadis itu langsung keluar dengan membawa tasnya.

Dela mengkode kedua temannya untuk menggagalkan niat Nayla. Isma dan Siti dengan cepat menahan tangan Nayla, pintu pun tertutup paksa akibat Dela.

"Lepasin gua." berontak Nayla.

"Kita akan lepasin lo asal lo bagi jawaban mtk." Dela mengangkat dagu gadis didepannya.

"Gak akan, Dela." ujarnya penuh yakin, lagi lagi itu membuat Dela semakin emosi, Dela mencengkeram dagu Nayla dengan kasar.

"Nurut sama kita."

"Nggak, Del." Dela menampar keras pipi kanan Nayla.

"Gimana masih gamau nurut?" Nayla berusaha tidak mengeluarkan air matanya meskipun tamparan tersebut sangat keras terasa dipipinya.

Nayla menggeleng, hal itu membuat Dela melanjutkan aktivitasnya. Dela menampar keras pipi sebelah kirinya dan menjambak rambut Nayla, rambut yang semula tertata rapih kini sudah berantakan seperti tidak disisir beberapa bulan.

"Apa apaan ini." gadis itu melangkah mendekati Nayla, gadis tersebut langsung menghempaskan tangan Siti dan juga Isma.

"Lo berani banget celakai sahabat gua." Yuna menarik rambut Dela dengan sangat kuat, Dela yang belum siap meringis kesakitan.

"Lepasin bego, sakit." keluhnya tapi tak diindahkan oleh Yuna.

"Yuna stop." suara bariton menggema, Yuna mengendurkan tarikan di rambut Dela.

"Kalian bertiga ikut saya." jujur saja ia tak kenal dengan lelaki itu, tapi ketiganya sangat takut dengannya.

Setelah sampai diruang Bk lelaki itu mengadukan semuanya kepada guru, lelaki itu kembali untuk kekelas XI Bahasa 1.

"Sayang, kamu gapapa kan." saat ini Nayla sedang merapihkan rambutnya dengan dibantu Yuna.

"Kak." Cakra menghampiri Nayla.

"Apa yang sakit, hm." lelaki itu mengelus puncak kepala Nayla lembut.

"Gapapa kak."

"Ekhemm." dehem Yuna membuat keduanya menoleh kearahnya.

NAYLA CHANTIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang