Senyum dulu donggg
Belakangan ini istana menjadi dua kali lebih sibuk dari biasanya. Banyak orang berlalu-lalang mengurus seleksi calon selir yang sedang berlangsung. Dan dalam kurun waktu tersebut Brianna yang waktu lalu dengan lantang ingin berkontribusi penuh dalam seleksi tersebut belum sempat menampakkan dirinya. Brianna tidak tahu sejauh mana selesai tersebut telah berlangsung. Ia terlalu disibukkan oleh ini dan itu. Maka dari itu, hari ini ia berencana mencari tahu informasi apa saja yang berhubungan dengan seleksi sang calon selir.
Brianna dengan Matt yang senantiasa berada di sampingnya kini, berjalan dengan tenang memasuki wilayah khusus yang disediakan istana untuk pagelaran seleksi calon selir. Brianna melangkahkan kaki memasuki pintu gerbang dan memantau situasi. Di halaman gedung tempat seleksi diadakan, terlihat para putri bangsawan tengah bersantai. Mereka duduk berpencar di sana dan di sini. Sepertinya waktu istirahat tengah berlangsung.
Kedatangan Brianna membuat para putri terkesiap. Mereka berbondong-bondong menghadap dengan wajah tunduk dan patuh. Bahkan dua di antara mereka menundukkan kepalanya terlalu dalam. Brianna tahu siapa mereka, Putri Inessa dan Putri Keynes, para putri dewan istana. Namun, ada yang luput dari penglihatannya. Putri Celine tidak berada di sana.
"Salam hormat, Yang Mulia Ratu." Mereka mengucap salam dengan nada halus yang amat manis didengar, tetapi tidak mampu membuat Brianna terkesan. Wajah Brianna tidak menampakkan perubahan ekspresi apapun. Hal ini membuat semua orang di sana tidak berani membalas sorot matanya. Sudah berwajah tegas, ditambah jarang tersenyum, membuat Brianna terkenal tidak ramah. Meskipun begitu, jauh di dalam lubuk hati, mereka tidak bisa memungkiri bahwa Sang Ratu dianugerahi wajah yang begitu rupawan dan aura yang sangat kuat. Sejujurnya, jika ingin membandingkan paras cantik, mereka sepenuhnya menyadari bahwa Putri Celine adalah lawan yang kuat. Namun, dibanding dengan aura lembut yang dimiliki Putri Celine, mereka lebih terkesan dengan aura kuat yang memancar dari diri Sang Ratu.
Para putri bangsawan telah mendapat informasi dari ayah masing-masing yang turut menghadiri acara makan malam di istana kala itu. Bahwa, seleksi calon selir akan berada di bawah pengawasan Sang Ratu langsung. Maka dari itu, membuat Brianna terkesan mungkin saja akan membantu penilaian atas dirinya.
Namun, dari sepuluh putri bangsawan tersebut, tujuh di antaranya telah lebih dulu kehilangan semangat mengingat saingan mereka adalah Putri Celine yang dulu pernah memenangkannya. Putri Inessa dan Putri Keynes yang juga memiliki kualifikasi tidak kalah menterang, ditambah dengan berasal dari keluarga bangsawan kelas atas. Dibanding bersaing menjadi calon selir, mungkin lebih baik memikat Sang Ratu dan menjadi salah satu temannya saja. Tetapi gagasan tersebut hanya mampu mereka lafalkan di dalam pikiran saja. Jangankan berteman, bertegur sapa saja mereka menciut.
Para putri bangsawan tersebut kebingungan. Mereka menahan nafas sejak salam hormatnya belum mendapatkan respon apapun. Bola mata saling bergulir, melirik teman di sampingnya dalam keadaan kepala masih menunduk dan sesekali mencuri pandang ke wajah Brianna.
Brianna yang menyadari situasi telah berada di dalam kendalinya melepaskan senyum tipis. Sangat tipis namun mampu membuat para putri bangsawan menghembuskan nafas lega.
"Bagaimana kabar kalian?" Pertanyaan tersebut membuat segenap putri bangsawan menegakkan tubuh. Tiba-tiba saja merasa beban di dada telah terhempas hingga tarikan nafas terasa begitu melegakan.
Putri Inessa dan Putri Keynes yang berdiri di barisan paling depan merasa berhak untuk mewakili menjawab pertanyaan itu. "Baik, Yang Mulia," jawab Putri Inessa tersenyum. "Terima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia Ratu, kami sepenuhnya merasa nyaman berada di istana," imbuh Putri Keynes tidak mau ketinggalan. Sedangkan putri bangsawan yang lain hanya mengangguk-anggukan kepala saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Artanta
Historical FictionSpin off; Ken & Cat Bagi sebuah kerajaan, pewaris tahta adalah segalanya. Oleh karena itu, untuk menjaga keberlangsungan kekuasaan, Pangeran Albern yang telah naik tahta menjadi Raja Artanta dituntut untuk memenuhi tanggung jawab itu. Namun, setela...