Bab 1

22.5K 1.9K 205
                                    

Suasana di ruang rapat dewan istana tampak lengang. Bukan karena mereka kehabisan topik untuk dibahas, melainkan sedang menunggu keputusan sang Raja atas usulan yang mereka cetuskan tadi.

Sudah lima tahun berlalu sejak pernikahan sang Raja, tetapi Ratu belum juga melahirkan keturunan untuk regenerasi kerajaan. Bahkan sampai saat ini, tanda-tanda kehamilan sang ratu belum juga ada.

Asthon Heroes, dalam rapat hari ini tiba-tiba mencetuskan ide agar Raja mau menikah lagi. Ide itu disambut baik oleh sederet bangsawan yang tergabung dalam jajaran dewan istana. Mereka turut mencemaskan keberlangsungan kerajaan jika Raja memang ditakdirkan tidak memiliki anak dengan ratu saat ini.

"Yang Mulia, tolong pertimbangkan usulan Tuan Asthon. Ini semua demi kebaikan kita bersama," celetuk salah satu dewan istana. Asthon Heroes tersenyum tipis saat namanya disebut.

Sebagai penasihat Raja, Asthon Heroes memang dikenal lebih dekat dengan sang Raja. Selain karena usianya yang sudah sangat matang, laki-laki paruh baya itu juga dikenal akan pengalamannya dalam dunia perpolitikan yang mengesankan. Menjabat sebagai penasihat Raja selama dua masa kepemimpinan, bukankah hal itu sangat luar biasa?

Sang Raja, Albern, menghela nafas. Menikah lagi ya? Itu bukanlah perkara mudah karena keputusan itu juga harus melibatkan pendapat ratu, tetapi ... memberikan keturunan untuk regenerasi kerajaan juga sesuatu yang "wajib" baginya.

"Baik, namun hal ini tidak bisa aku putuskan hari ini juga." Albern memilih mengiyakan saja. Terkadang dewan istana memang jadi terlalu berisik jika usulannya tidak segera ia tanggapi. Usia memakan segalanya bukan? Tubuh bugar yang perlahan membungkuk, juga gerak mulut yang menjadi sangat aktif.

"Mohon ampun, Yang Mulia. Saya rasa untuk permasalahan satu ini harus diputuskan secepatnya. Sejujurnya ... keadaan ini sudah membuat kami resah akhir-akhir ini." Asthon Heroes kembali berbicara.

Lama-lama Albern kesal juga karena terus didesak. Tetapi tidak mungkin ia mengumpat, bukan? Hatinya menggerutu, memangnya menikah lagi segampang menyuap makanan ke dalam mulut!? Jika diusut tuntas pun ternyata tidak sesederhana itu. Untuk sesuap makanan, harus menanamnya dahulu, menyiramnya, me---

O-oke ... ia tidak pernah melakukan hal itu.

Tiba-tiba Berwyn Arches mengangkat tangannya. "Saya rasa keputusan Yang Mulia sudah sangat tepat. Meski hal ini sangat penting, tetapi belum terlalu mendesak. Tidaklah kalian lihat ... Yang Mulia masih sangat sehat. Masih banyak waktu untuk hal itu."

Sontak saja hal itu memancing keributan di kalangan dewan istana lainnya. Meski sang Raja tampak biasa-biasa saja saat ini, tetapi tidak ada yang tahu kejadian yang akan datang, bukan? Jika terjadi sesuatu padanya, bahkan sampai membuatnya tutup usia tanpa meninggalkan keturunan satupun ... siapa yang akan melanjutkan tonggak kepemimpinan kerajaan ini?

"Tetapi Tuan Berwyn, kita perlu berjaga-jaga atas sesuatu yang tidak kita inginkan," sahut Hendry Qores.

Albern mendengus geli, "Hal yang tidak kau inginkan seperti apa yang kau maksud, Tuan Hendry"?

Hendry Qores gelagapan lalu melirik Albern takut-takut, "Mohon maaf, Yang Mulia. Hamba hanya mengutarakan pendapat saja." Mendengar itu, Albern berdecih lirih. Terus saja seperti itu, mentang-mentang ia memberikan kebebasan berpendapat. Persetan dengan dalih mereka yang mengkhawatirkan dirinya, tetapi Albern jelas tahu bahwa itu semua hanya sebuah ... ancaman tersirat?

"Kita bisa menunda pembahasan ini. Melakukan sederet penyeleksian untuk calon selir juga bukan perkara mudah. Bagaimanapun juga, pendapat ratu juga diperlukan di sini. Lebih baik kita menunggu saja, jika dalam kurun waktu tiga bulan ke depan Yang Mulia Ratu belum juga mengandung, kita bisa berdiskusi lagi." Berwyn Arches kembali mengusulkan pendapatnya.

Queen of ArtantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang