Bab 13

2.5K 215 46
                                    

Senyum dulu dongggg






"Kendalikan ekspresi wajahmu. Tidak perlu terburu-buru. Aku tidak ingin kegelisahan yang kamu tunjukkan memancing kecurigaan." Brianna mengingatkan Catrionna yang sejak tadi bermuka masam.

Mereka berdua tengah di perjalanan menuju ke kediaman penyeleksi calon selir. Setelah Putri Celine terpilih, para penyeleksi calon selir yang profesi aslinya adalah bangsawan yang mengajar di akademi tempat para bangsawan belajar, telah dipulangkan dari istana. Membuat Brianna mau tidak mau keluar dari istana. Supaya tidak menimbulkan rasa penasaran orang-orang yang berlalu-lalang di jalanan ibukota, ia mengenakkan pakaian bangsawan pada umumnya. Brianna menanggalkan atribut kerajaan sepenuhnya.

"Apakah kita akan mengunjungi kediaman mereka semua? Ini merepotkan," keluh Catrionna.

Brianna mendengkus. Tidak menanggapi ocehan Catrionna sejak mereka meninggalkan istana. Meski ekspresi wajahnya tampak biasa saja, tetapi dalam hati Brianna juga merasa gelisah. Jika memang ada persengkongkol dalam pemilihan calon selir maka hal ini tidak bisa dianggap remeh. Jika hal ini terungkap, seluruh kerajaan pasti akan gemar dan itu akan sangat merepotkan untuk ditenangkan.

"Kenapa kita tidak mengajak Matt? Karena ini misi yang sedikit menantang, bisa jadi ada bahaya di tengah jalan."

"Dan membuat semua orang memandang kita?" sarkas Brianna. "Matt terlalu mencolok," katanya. Tubuh tinggi tegap Matt dan wajahnya yang rupawan akan membuat orang-orang tertarik meliriknya, setidaknya dua kali. Itu lebih dari merepotkan.

Setelah sampai di kediaman penyeleksi calon selir yang pertama, mereka berdua turun dari kereta kuda sedikit jauh dari gerbang kediaman itu karena banyaknya kerumunan orang yang berkumpul di depan gerang. Mereka berdesakan, tidak hanya bangsawan yang tinggal di sekitar kediaman itu, tetapi juga dipenuhi rakyat jelata yang tidak sengaja melewati jalan di depan kediaman tersebut.

Sebelum menghampiri kerumunan, Brianna menatap Catrionna dengan lekat.

"Apa?" tanya Catrionna. Ekspresi Brianna tampak menggangu membuat alisnya menanjak, seperti dia adalah seorang bocah yang harus diberi tatapan peringatan agar tidak bertindak konyol. Padahal dari segi umur, jelas ia lebih tua beberapa tahun dari Brianna. Namun, konfrontasinya hanya sampai sana, ia masih ingat bahwa Brianna adalah seorang ratu.

"Jangan buka mulutmu. Cukup diam dan jadi anak baik."

Setelah itu, mereka berdua diam-diam memasuki kerumunan. Brianna mengambil tempat di sebelah wanita paruh baya berpakaian bangsawan yang tengah mengipasi wajahnya yang dipenuhi ekspresi keingintahuan. Sepertinya memang telah terjadi sesuatu di kediaman penyeleksi calon selir itu.

"Nyonya, aku tidak sengaja melewati jalan ini sekembali dari toko untuk membeli kain, lalu melihat kerumunan orang di sini dan itu menarik perhatianku. Sebenarnya ada apa?" Brianna tidak menatap wajah wanita paruh baya yang ia sapa, lebih memilih melongokkan wajahnya ke arah gerbang, membuatnya terkesan sangat penasaran dengan apa yang tengah terjadi di kediaman itu.

"Kau tahu?" Nyonya itu semakin keras mengipasi wajahnya yang merah padam karena terik matahari. Sepertinya ia telah cukup lama berdiri di sana. Membuat bau tidak sedap menguar di sekelilingnya, percampuran antara bau parfum yang menyengat dan keringat. Brianna tersedak tetapi mencoba lebih tenang dan memperhatikan ucapan nyonya paruh baya itu. "Kediaman ini adalah milik seorang bangsawan yang kemarin sempat menjadi penyeleksi calon selir di istana. Tadi pagi, ada kerabatnya dari luar kota datang ke sini, namun yang ia temui sudah menjadi mayat."

Brianna terkesiap. Tubuhnya menegang dan genggaman tangannya yang terlalu erat membuat kukunya tertancap di kulitnya. "Siapa saja di antara penghuni kediaman ini, Nyonya?" Suara Brianna berubah menjadi sedikit serak dan membuat nyonya paruh baya itu menoleh menatapnya, menyangka bahwa nona muda di depannya sedikit terkejut dengan kasus seperti ini.

Queen of ArtantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang