Bab 7

3.5K 299 38
                                    

Senyum dulu dooonggg













Brianna tersenyum mana kala mendapati sang ayah yang berjalan mondar-mandir di depannya. Sesaat setelah makan malam usai, Herwyn Arches ingin berbicara berdua dengannya. Dan di sinilah mereka berada, di sebuah paviliun dekat kediamannya.

"Kenapa kamu tidak mengatakan apa-apa kepada Ayah mengenai rencana itu?" desak Herwyn. Raut wajahnya masih muram, membuatnya tidak enak dipandang. Ia tidak tahu kemelut seperti ini akan dihadapi oleh putri semata wayangnya. Ia tidak akan tahu kalau saja Kenard tidak mengundangnya malam ini. Sejak menikah dengan Raja, Brianna memang sedikit-sedikit mulai melepaskan kebiasaan bercerita apapun kepadanya seperti dulu. Dan ia maklum akan hal itu, tetapi ... Raja menikah lagi? Ini bukan perkara sepele. Demi Tuhan, Brianna. Herwyn mengalami gejolak hati yang menyesakkan.

Herwyn pandangi seraut wajah putrinya yang tersenyum terhadapnya. Ia menggeleng tidak habis pikir. "Katakanlah sesuatu. Jangan membuat Ayah kebingungan seperti ini, Anna."

Brianna berjalan mendekat, memeluk ayahnya dengan tenang. "Memang hanya itu solusinya, Ayah."

"Solusinya macam apa yang hanya bisa diselesaikan dengan menikah lagi?!"

Brianna terkekeh, lalu merenggangkan pelukan. Kepalanya meneleng demi mengamati wajah ayahnya yang semakin frustasi. "Punya anak?"

"Kau kan bisa juga punya anak! Bagaimana kau ini?" gerutu Herwyn kesal. "Tinggal buat saja dengan si Albern itu."

Brianna berdecak. "Jangan mengomel seperti itu, Ayah. Albern, Albern. Dia itu suamiku, tahu."

"Ya memang suamimu, dan seharusnya tetap suamimu seorang," tandas Herwyn lagi.

"Dan seorang Raja?" gumam Brianna. "Ayah juga tahu, selama lima tahun ini kami belum dikaruniai seorang anak. Kerajaan ini juga butuh penerus. Maka dari itu, para dewan istana mengusulkan hal tersebut." Brianna mengucap dengan nada rendah untuk menenangkan ayahnya. Tangannya mengelus lengan pria paruh baya di depannya ini dengan sayang.

"Hanya lima tahun! Dasar tidak sabaran," desis Herwyn. "Lagipula siapa yang bisa menjamin wanita yang akan dinikahi Albern nantinya juga bisa memberikan keturunan."

Brianna terdiam cukup lama. Hatinya berdesir, namun kemudian menggeleng-gelengkan kepala. "Hanya usaha untuk memperbesar kemungkinan saja, Ayah."

Seketika itu Herwyn Arches berbalik membelakanginya. Ia tidak habis pikir kenapa putrinya tampak tidak keberatan sama sekali.

Pria itu tampak mengurut kening, seiring bahunya yang perlahan terguncang.

Brianna membeku. Seumur hidupnya, ia tidak pernah melihat sang ayah menangis. Lekas Brianna mendekat dan mendekap tubuh sang ayah. Brianna merasa kerongkongannya terasa kering, "Ayah ... kenapa harus menangis? Aku tidak ap------"

"Diam," kata Herwyn dengan mata memerah. "Apa yang akan ayah katakan pada ibumu? Dia pasti sangat kecewa pada Ayah karena telah membuatmu berada pada posisi ini. Jika Ayah tahu akan seperti ini, Ayah tidak akan menginzinkanmu menikahi si Albern itu. "

Brianna lagi-lagi hanya mampu terdiam. Ayahnya kini makin menatapnya dengan sendu. "Bagaimana ini, Anna? Ayah takut dimaki-maki oleh ibumu di surga nanti."

"Ayah tidak pernah mengecewakanku, bahkan sampai saat ini." Brianna kembali memeluk Herwyn. "Cukup ingat itu. Soal Ibu ... Ibu pasti bangga pada Ayah karena telah membesarkanku sendirian dengan sangat baik."

"Ayah akan mengirimkan beberapa pengawal pribadi kepadamu, secepatnya." Herwyn Arches berdecak saat Brianna akan menyelanya. "Jangan membantah, Anna. Ayah mampu membaca situasi di meja makan malam tadi. Sangat tidak menyenangkan. Ayah hanya ingin menjagamu lebih dekat."

Queen of ArtantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang