Unfaithful 2.3 ⚠️

5.9K 122 17
                                    

Mark membawa Jaemin ke dapurnya untuk mendengar segalanya yang Jaemin ingin sampaikan pada Mark. Sebagai tuan rumah yang baik, Mark memberikan segelas air pada Jaemin.

"Terima kasih," ujar Jaemin pelan.

"Katakan semuanya," perintah Mark tegas.

"Yah, pertama-tama, kau pasti penasaran kan kenapa aku ada di sini? Kenapa aku ada di Toronto?"

Mark diam saja, hanya menunjukkan wajah tidak peduli.

"Aku mencari Jeno, tentu saja, selalu. Aku akan melakukan apa pun untuk menemukannya."

Jaemin sepertinya memahami bahwa Mark tidak akan bicara kecuali dia sudah menyelesaikan penjelasannya, jadi Jaemin melanjutkan bicaranya.

"Aku menemukannya, sekitar delapan bulan lalu, tanpa adanya dirimu. Aku sadar aku tidak bisa langsung menerobos masuk, jadi aku menemukan jendela kamar utama kalian."

"Aku mengetuknya dan akhirnya Jeno membuka jendela setelah penantian lamaku. Tapi sebelum itu, bagaimana aku bisa bernyali untuk mengetuk jendelamu? Karena aku telah lama mengawasi rumah ini dari kejauhan dan aku sangat menyadari bahwa saat itu kau tidak pulang selama tujuh hari berturut-turut."

"Dan Jeno sepertinya tidak pernah keluar rumah, jadi aku merasa khawatir dan memutuskan untuk... yah, membuat keberadaanku diketahui Jeno."

Jaemin menghela napas, "maaf sudah membobol teralis jendela kamar kalian, karena waktu itu aku sangat ingin bertemu Jeno."

Tiba-tiba saja Mark menggebrak meja dan beranjak dari duduknya, mengobrak-abrik lemari laci dapur, mengambil sebilah pisau daging dan langsung mengarahkan benda tajam tersebut ke arah leher Jaemin.

"Cepat katakan intinya, aku tidak mau dengar prolog dari bagaimana kau menemukan Jeno, atau pisau ini akan mengiris nadimu," ancam Mark dengan suara yang sudah tidak terdengar ramah lagi.

Ancaman itu sama sekali tidak membuat Jaemin gentar, Jaemin bahkan tidak keberatan jika Mark akan sungguhan membunuhnya nanti, asalkan dirinya bisa memberi tahu pada Mark betapa Jeno sangat mencintai suaminya itu, Jeno tidak mencintai dirinya.

"Aku sadar Jeno sudah tidak bisa Hangul lagi, dan dia sepertinya tidak memahami apa yang aku bicarakan. Kau sungguh tidak perlu khawatir, karena Jeno tidak membiarkanku menyentuhnya sedikit pun. Aku bahkan tidak bisa menyentuh tangannya. Jeno terlihat begitu membenciku."

Pandangan Mark sedikit melunak setelah mendengar penjelasan Jaemin barusan.

"Kau mungkin penasaran bagaimana Jeno bisa bertahan selama ini. Tapi aku tidak tahu kalau ternyata dia tidak bisa keluar dari rumah. Aku hanya bingung kenapa Jeno sangat berterima kasih padaku telah membobol teralis jendela kalian."

"Setelah sebulan, Jeno mulai keluar rumah lewat jendela dan memanjat keluar dari balkon kamar kalian. Jeno rutin berjalan kaki ke pasar terdekat dari sini, dan kau tahu betapa jauhnya itu. Lagi, aku pun tidak tahu bahwa Jeno kehabisan bahan makanan. Dia bahkan tidak pernah menawarkan makanan padaku, pun menolak saat kutawarkan persediaan makananku. Dia lebih memilih untuk berjalan kaki jauh dan melelahkan demi mendapat makanan dari usahanya sendiri."

"Awalnya kupikir Jeno membeli makanan di pasar, tapi aku salah. Jeno... dia membantu pasangan tua yang memiliki kios sayur-mayur di pasar itu. Aku menyaksikan Jeno membantu pasangan itu mengelola kios dari pagi buta hingga siang dan Jeno baru bisa sampai di rumah saat sore menjelang malam. Jeno bekerja keras di kios itu dan sebagai bayarannya, Jeno mendapatkan sayuran yang tidak laku terjual."

Jaemin mendengus miris saat mengatakan kalimat terakhirnya, lalu kembali menjelaskan.

"Aku sangat ingin membantu Jeno mengelola kios itu, tapi sialnya bahasa Inggrisku sangat buruk. Jadi aku memutuskan untuk mengawasi Jeno dari kejauhan saja dan memastikan bahwa Jeno baik-baik saja karena Jeno akan langsung ketus padaku begitu mata indahnya melihat keberadaanku."

Beautiful | Jeno HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang