Sunyi

2.4K 109 5
                                    

Jaemin dan Jeno berdiri berhadapan, pasangan yang baru menikah itu sedang menjalani ritual tradisional setelah melangsungkan seluruh upacara pernikahan. Di kamar mereka yang telah ditata sedemikian rupa, perlahan Jaemin menurunkan tubuhnya untuk berlutut di hadapan Jeno.

Kedua tangan kekar Jaemin menyentuh kedua sisi pinggang ramping Jeno, mengusapnya lembut, menyibakkan jubah hanbok yang dikenakan Jeno lalu perlahan mengarahkan tangannya ke tali yang mengikat rapi hanbok Jeno.

Jaemin membuka ikatan hanbok Jeno dengan perlahan walau agak susah, karena Jaemin tidak terlalu tahu tata cara melucuti pakaian tradisional itu dengan baik dan benar.

Namun pergerakan Jaemin terhenti saat dirinya merasakan ada cairan yang menetes di punggung tangannya. Diarahkan pandangannya ke wajah Jeno yang masih berdiri di hadapannya.

"Jen-" Jaemin segera menghentikan kegiatannya membuka hanbok Jeno saat melihat ke arah wajah pasangan sahnya yang ternyata sedang menangis itu.

Jaemin menghapus lelehan air mata yang tak hentinya keluar dari mata indah Jeno.

"Maaf," ujar Jaemin lembut, "maaf," ujarnya lagi sambil terus menghapus air mata di pipi Jeno.

Jeno terus terisak dan tidak memedulikan suaminya yang berusaha keras untuk menenangkannya.

Jaemin mendorong pelan tubuh ramping Jeno untuk mendekat ke kasur mereka, mempersilakan pasangan sahnya itu untuk duduk saja.

"Kita gak akan ngelakuin itu malem ini kalo kamu gak mau," ujar Jaemin menenangkan.

Dan Jeno tetap menangis.

"Kamu mau lepas hanbok ini sendiri, ya?" Jaemin bergegas menyiapkan pakaian ganti untuk Jeno.

Jaemin mengambil satu set piama satin, lengkap dengan robe-nya.

"Aku gak mungkin keluar kamar, di luar ada banyak pelayan dan penjaga, kamu mau ganti di kamar mandi, atau aku yang ke kamar mandi?" tanya Jaemin lembut sambil berlutut di hadapan Jeno.

Tapi respons Jeno tetap saja menangis.

Jaemin memejamkan matanya, mencoba untuk selalu sabar menghadapi pasangan sahnya yang baru saja dinikahinya beberapa jam belakangan.

Jaemin mencoba tersenyum, "kamu ganti baju ya, gak enak tidur pakai hanbok," dan Jaemin akhirnya memindahkan set piama satin Jeno ke kamar mandi.

"Ayo, piama kamu udah di kamar mandi," ujar Jaemin yang berekspektasi Jeno akan beranjak dari duduknya di pinggir kasur.

Tapi Jeno tidak bergeming.

Jaemin mengembuskan napasnya kasar, tapi tetap mencoba menahan amarah atas sikap acuh Jeno.

Didekatinya lagi Jeno, dan Jaemin bersiap membopong tubuh ramping Jeno untuk dibawanya ke kamar mandi, agar pasangan sahnya itu bisa leluasa berganti pakaian.

Tapi apa yang tidak Jaemin ekspektasikan terjadi...

bugh

Jeno menepis uluran kedua tangan Jaemin yang hendak membopongnya, tak lama kemudian Jeno akhirnya bangkit dari duduknya di pinggir kasur dan bergegas masuk ke kamar mandi.

Pintu kamar mandi tertutup rapat, kemudian terdengar kunci yang terpasang.

Suara tertutupnya pintu kamar mandi terdengar begitu nyaring di telinga Jaemin, walau Jeno sama sekali tidak membanting pintunya.

*

Sudah lewat tengah malam, suasana canggung masih saja meliputi pasangan yang baru menikah itu.

Beautiful | Jeno HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang