Tease

1.8K 115 16
                                    

Sesosok pria muda yang tampan nan tinggi itu terlihat sedang duduk tenang di kursi meja makan. Sebenarnya dirinya sedang menantikan pasangannya untuk selesai menyiapkan makan malam, yang entah kenapa kali ini terasa begitu lelet.

"Sayang?" panggil sesosok itu, akhirnya.

"Hmm?" hanya itu balasannya.

Mulai lagi. Batin si pria tampan. Akhirnya dirinya beranjak dari duduk nyamannya lalu mengarahkan kaki jenjangnya ke pasangan sahnya yang tengah menyiapkan entah-apa-itu.

Berdiri menjulang tinggi di belakang pasangannya yang lebih pendek namun lebih tua, lalu mengarahkan tangannya untuk melingkari pinggang ramping dari tubuh yang ada di depannya.

"Ngapain sih?" tanya sesosok yang dipeluk itu.

"Pelukan."

"Sana ih, aku gak bisa gerak kalo kamu peluk kaya gini."

"Nono marah?"

"Jangan sok imut ah, jangan panggil aku begitu," protes sesosok yang barusan dipanggil 'Nono' a.k.a Jeno.

"Jangan ngambek gitu dong, aku gak suka. Kalo aku salah, ngomong. Jangan ngediemin aku begini. Tega kamu sama suami sendiri?" lalu sesosok tinggi semampai itu makin erat memeluk Jeno.

ctak

Bunyi benturan antara pisau dan talenan menggema begitu kencang di dapur. Membuat wortel yang tidak bersalah menjadi korbannya dan terbelah tidak begitu estetik.

"Park Jisung! Kamu kalo gangguin aku masak, udah sana kamu pesen ayam kesukaan kamu di Lotteria aja kalo gitu!"

*

Jeno dan Jisung menyantap makan malam dengan sunyi. Jeno sedang dalam mood buruk dan Jisung sungguh tidak berani untuk menenangkan pasangannya itu, apa lagi dengan kartu 'Tega kamu sama suami sendiri?' Wah, bisa-bisa Jenonya mengamuk seperti tadi.

Jadi, kini Jisung hanya bisa berpasrah saja dulu dan menunggu sampai Jeno tenang dengan sendirinya.

Selesai makan pun, Jeno langsung membawa piring kosongnya ke wastafel dan segera mencucinya. Lalu melengos begitu saja keluar dari ruang makan, meninggalkan suaminya yang sejak tadi memperhatikan gerak geriknya – sambil melongo keheranan.

Biasanya Jisunglah yang bertugas untuk mencuci semua piring kotor, berbagi tugas karena Jeno sudah memasak. Dan Jeno pasti sedang tidak baik-baik saja karena dengan suka rela mau mencuci piring bekasnya makan.

Jisung menghela napas dan bergegas menghabiskan makanannya, lalu setelah urusan dengan alat makan selesai, Jisung akan segera menghampiri Jeno dan membujuknya.

Di kamar mereka, Jisung tidak menemukan keberadaan Jeno. Lalu Jisung segera membawa kakinya keluar kamar, dan mendekatkan diri ke arah balkon, tempat di mana biasanya dirinya dan Jeno akan mengobrol santai sambil melihat langit malam.

Dan benar saja, dari jarak yang tidak terlalu jauh sudah terdengar suara Jeno, dan Jisung ingin segera menghampirinya tapi suara tangisan Jeno menghentikan langkahnya.

"Kok abang malah ngetawain aku?" ujar Jeno lirih sambil menahan tangis.

Ah, rupanya Jeno sedang curhat dengan abangnya, Mark Lee.

"Ya tapi itu tetep aja pelecehan, bang!"

Jisung pun makin siaga memasang telinganya untuk menguping apa yang dibicarakan pasangan sahnya dengan kakak iparnya.

Pelecehan? Siapa yang melecehkan siapa? Kenapa Jeno sampai menangis begitu? Tanya Jisung dalam hati.

"Nih ya bang, aku kasih paham. Aku tuh lagi nyapu ruang TV, terus dengan santainya Jisung malah ngeremes bokong aku! Pelecehan dong itu!" ujar Jeno menggebu-gebu, jejak suara tangisannya sudah tidak terdengar lagi dan berganti dengan luapan rasa kesal.

Oh, itu...

Bahkan dari jauh saja, Jisung mendengar suara tawa kakak iparnya dari ponsel Jeno.

"Bukan itu aja, pas aku lagi jemur cucian, Jisung meluk aku dari belakang terus malah ngeremes dada aku, bang!"

Lagi, suara tawa Mark Lee sampai terdengar, dan Jisung yakin Jeno tentu saja tidak menggunakan mode loud speaker.

"Jangan ketawa!" tukas Jeno.

Mau tidak mau, Jisung pun tidak bisa menahan tawanya. Jadi, seharian ini Jeno ngambek padanya hanya karena afeksi itu? Ayolah, mereka sudah menikah, yah walau belum genap tiga bulan, masa Jeno malah merasa dilecehkan, sih?

"Kamu nguping ya?" mendadak Jeno sudah berdiri di hadapan Jisung sambil berkacak pinggang.

Ah, masa bodoh dengan tatapan sok galak dari Jeno, Jisung tetap tertawa dan mencoba meraih tubuh pasangan sahnya itu untuk didekap.

"Apaan sih?" oh, Jeno tentu saja masih marah.

"Maaf ya, aku gak tau kalo kamu ternyata gak suka afeksi yang kaya kamu curhatin ke bang Mark barusan," ujar Jisung lembut, sambil memeluk Jeno yang berdiri kaku, tidak mau membalas pelukannya.

Jeno pun diam saja mendengarkan penjelasan suaminya.

"Tapi kan aku suami kamu, udah sah dong kalo tiba-tiba aku begini..." dan Jisung langsung membawa tangan besarnya untuk meremas bokong Jeno, mempraktekkannya langsung.

Tentu saja Jeno memberontak, mendorong badan Jisung yang kelebihan kalsium itu agar menjauh darinya.

"Tuh kan!" bentak Jeno.

"Tuh kan apa? Aku loh, udah pernah liat kamu gak pake baju juga, kenapa malu?" ujar Jisung penuh logis.

Ah, benar juga.

Dan fakta itu menghantam Jeno dengan keras, lalu dirinya jadi merasa malu sendiri karena mudah kesal dengan kelakuan Jisung yang sebenarnya sangat wajar.

Jisung kembali memeluk Jeno, mengusap punggungnya dengan lembut. Jisung tahu bahwa Jeno kini pasti sudah menyadari tidak seharusnya mengambek dengan afeksi yang seperti itu.

"Aku lagi pengin donat nih, enaknya Dunkin atau Krispy Kreme, ya?" celetuk Jisung, salah satu jurusnya untuk membujuk Jeno.

"Krispy Kreme aja," ujar Jeno singkat, suaranya sedikit teredam karena dirinya sedang menempelkan wajahnya pada dada suaminya, menahan malu tapi tetap mau kalau ditawari donat.

Jisung tertawa kecil, tentu saja Jeno pasti memilih kedai donat yang lebih mahal. Tidak masalah, asalkan Jeno kembali ceria dan tidak mendiaminya lagi, apa sih yang tidak akan Jisung lakukan demi Jeno?

Tease - fin

a/n: Sungno buat @StrawberryLatte6 ^^

Beautiful | Jeno HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang