Bicara 3

1.5K 122 18
                                    

Jisung harus rela melihat Jeno yang direngkuh Jaemin menuju unitnya yang berada tepat di samping unit Jeno, karena kini akhirnya mereka sepakat untuk mendengarkan dirinya bicara, hanya saja tidak di unit Jeno yang akan meninggalkan kenangan buruk bagi si pemilik unit.

"Silakan bicara, aku dan Jeno mendengarkan," ujar Jaemin setelah mereka bertiga duduk di salah satu ruangan di apartemennya.

"Kali ini, dengarkan aku, ya Jeno?" pinta Jisung.

"Hmm..." hanya itu jawaban Jeno tanpa memandang suaminya.

Jisung mengembuskan napasnya perlahan, "dan kuminta, jangan memotong ucapanku, ya?"

Jisung hanya menerima anggukan dari Jeno, berharap anggukan itu bisa menjadi jaminan bahwa ucapannya nanti tidak akan diinterupsi demi meluruskan kesalahpahaman.

"Pertama, apa yang kau lihat waktu itu adalah kesalahan," Jisung mengacu pada dirinya yang mencium seseorang di hari pernikahan mereka.

Kalimat itu mendapat respons tawa kecil dari Jeno.

"Maksudku, ya aku mengakui aku menciumnya, kami berciuman – tidak, maksudku dia menciumku dan aku segera mendorongnya, tapi kurasa kau tidak melihat sampai aku mendorongnya, itu sebabnya kau bisa menyimpulkan bahwa yang kucium adalah kekasihku."

Mau tidak peduli, tapi penjelasan itu tetap menyakiti hati Jeno. Suaminya mencium orang lain pada hari resepsi pernikahan mereka, itu tetap menyakitkan.

"Saat kita menikah, aku dan dia sudah lama putus, tapi tiba-tiba dia datang ke resepsi kita tanpa diundang dengan niat membuat kekacauan-"

"Ah, bukankah itu artinya kalian sebenarnya masih berhubungan? Untuk apa dia membuat kekacauan jika bukan karena kalian masih mencintai, kan?" itu Jaemin yang memutus ucapan Jisung.

Jeno diam saja saat Jaemin memutus pembicaraan suaminya, seolah memang dia ingin memutus pembicaraan itu melalui asisten pribadinya.

"Karena dia mengincar Jeno," ujar Jisung akhirnya.

*

Bel pintu berbunyi tidak lama setelah Jisung membeberkan bahwa mantan kekasihnya itu mengincar Jeno.

"Aku lihat dulu," ujar Jaemin pada Jeno.

"Jaem," tapi raut wajah Jeno menunjukkan bahwa dia tidak ingin ditinggalkan berduaan bersama suaminya.

Melihat itu membuat Jisung juga tersakiti, apa sebegitu menjijikkannya dirinya sampai Jeno bahkan tidak mau ditinggal hanya berdua bersamanya?

"Izinkan aku membuka pintumu, aku yakin dia orang yang kusuruh untuk kemari," ujar Jisung akhirnya.

"Baiklah."

Jeno tetap tidak mau bertatapan dengan suaminya.

Terdengar suara pintu utama terbuka, ada pembicaraan bisik-bisik, bahkan makian, lalu terdengar langkah kaki yang membawa Jisung dan seseorang lainnya ke hadapan Jeno dan Jaemin.

"Oh, Yang Mulia Lee Jeno?" sapa seseorang yang Jisung bawa, sarat dengan nada sarkas saat melihat Jeno, sambil tersenyum miring.

"Siapa dia?" tanya Jeno pelan pada Jaemin di sampingnya.

Jaemin yang mendengar sapaan sarkas itu langsung berdiri dan melindungi Jeno di balik tubuh tegapnya, segera melindungi bosnya dari satu orang asing itu.

"Kenapa aku harus bertemu Yang Mulia di sini? Tapi, selamat malam," sapa orang itu, lagi-lagi dengan nada sarkars, kemudian melirik Jeno sambil tersenyum tipis.

Beautiful | Jeno HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang