The Dog

2.8K 155 7
                                    

Kala itu, matahari akan segera mencapai titik tertingginya, embusan angin dingin pada awal tahun menetralkan teriknya sinar sang surya yang tengah menyelimuti bentangan kota Seoul.

Di salah satu apartemen mewah, tepatnya di lantai 8, seorang berparas rupawan nan manis tengah mengistirahatkan dirinya dari pekerjaan menumpuk yang telah digelutinya sejak sebelum fajar membentang.

Kepulan asap dari secangkir teh melati hangat menghiasi pemandangan si manis dari tempatnya mendudukkan diri tepat di depan jendela unit apatemennya.

Pemandangan langit biru dan gedung-gedung pencakar langit di dekat huniannya membuat si manis lupa diri dan tidak menyadari suara pintu kamar utama yang terbuka dan menampakkan sesosok lainnya yang berjalan mendekat ke arahnya.

"Jeno?" panggil sesosok itu dengan suara beratnya.

Dipanggil begitu, sang pemilik nama langsung mengalihkan pandanggannya ke arah asal pemilik suara yang memanggilnya.

Mata bak sabit sang pemilik nama semakin mempercantik senyumannya kala sepasang mata indahnya mendapati sosok yang memanggilnya itu kini berada di hadapannya, berjongkok di depannya yang tengah duduk di sebuah kursi.

"Jaemin." Tangan ramping Jeno langsung mengusap lembut kepala Jaemin yang kini malah bersandar di salah satu lututnya.

"Kenapa belum berangkat?" tanya Jaemin tanpa mengangkat kepalanya.

"Eoh?" bingung ditanya seperti itu, Jeno menghentikan usapan lembutnya di kepala Jaemin.

Jaemin tidak menjawab seruan imut 'eoh' Jeno barusan, namun pria bersuara berat itu kini membangkitkan dirinya kemudian mendekatkan wajahnya untuk mengecup leher mulus Jeno.

Kecupan yang panjang, hangat dan lagi-lagi membuat Jeno menyadari sesuatu.

Kepala Jeno terdorong kala bibir Jaemin makin rakus meraup leher putih Jeno, merasa tidak cukup hanya dengan kecupan panjang. Jaemin membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya untuk mengecap lembutnya leher Jeno, merasa semakin tidak puas, Jaemin menggigit kulit itu main-main.

"Alpha..." rengek Jeno pelan, tangan rampingnya berusaha mendorong kepala alpha-nya untuk menjauhi lehernya.

Jeno sangat lupa, bahwa hari ini seharusnya dirinya pulang ke rumah maminya, Jeno lupa agrumennya dengan Jaemin tadi malam bahwa dirinya bersikeras yang akan pergi dari apartemen kala rut sang alpha datang kali ini. Dan Jeno lupa bahwa inilah hari di mana Jaemin mengalami rut-nya.

Rengekan Jeno tentu semakin membuat sisi alpha dari diri Jaemin semakin bersemangat, kekuatannya yang berkali-kali lipat dari omeganya jelas tidak akan bisa tunduk begitu saja dari dorongan tangan ramping sang omega.

Feromon maskulin dari Jaemin sudah mencapai indra penciuman Jeno yang tentu saja terlambat disadari sang omega, meski aroma maskulin itu semakin pekat saat rut terjadi.

Rengekan Jeno hanyalah angin lalu, saat Jaemin saja tidak bisa menahan diri, apalagi Jeno? Bagaimana Jeno bisa melawan alphanya yang sedang rut dan tidak terbantahkan itu? Sedangkan feromon Jaemin justru memicu heat Jeno semakin cepat, padahal jadwal heat sang omega masih seminggu lagi.

*

Omega dalam diri Jeno melolong gembira saat alpha-nya mulai memberikan afeksi-afeksi penuh cinta pada tubuh bagian atasnya, memberikan rangsangan agar sang omega mengeluarkan slick yang akan memudahkan mereka untuk mating.

Kecupan demi kecupan dan sentuhan demi sentuhan diberikan Jaemin dengan begitu lembut pada Jeno, meski sang alpha sudah begitu tidak sabarnya untuk segera melakukan penyatuan tubuh dengan sang omega.

Beautiful | Jeno HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang