Glek

2.1K 105 12
                                    

Aroma stroberi dari sebuah lipbalm menguar di seluruh penjuru kamar mandi, siapa pelakunya? Tentu saja Lee Jeno, yang pada musim dingin kali ini bibirnya jadi begitu kering.

Usai menenangkan bibirnya yang mengamuk karena kering, Jeno akhirnya membawa kaki jenjangnya keluar kamar mandi dan menuju dapur, memeriksa apa mi instan buatannya sudah matang atau belum.

Dalam perjalanan menujur dapur, Jeno melirik ke arah pacarnya yang sedang asik bermain game online di ponselnya, awalnya Jeno ingin melewatinya begitu saja, tapi sepertinya makhluk yang sedang asik bermain itu juga harus ditawari makanan.

"Lele, mau makan mi juga?" tanya Jeno dengan suara lembutnya.

"Eung?"

"Mau makan mi juga? Kalau mau, kakak sekalian bikinin," yah begitulah jadinya jika memacari pria yang lebih muda, terkadang Jeno merasa sepeti orang tua yang repot mengurus bayinya.

"Nggak," jawab Lele alias Chenle singkat.

Jeno menghela napasnya dan menggelengkan kepala, lalu kembali melanjutkan niatnya ke dapur.

Slurp slurp

Suara tidak senonoh dari seruputan kuah mi yang dimakan Jeno kini memenuhi ruang TV, dan tidak dipungkiri Chenle yang tadi sedang asik bermain game pun jadi sedikit teralihkan karena suara itu.

Fokus Chenle kini tidak lagi game dalam ponselnya, melainkan pacarnya yang terlihat begitu kiyowo saat sedang fokus makan sambil menonton TV.

Lalu suara tawa bak lumba-lumba sampai juga ke telinga Jeno, membuatnya menolehkan wajahnya ke arah si pemilik suara itu.

"Kenapa, kamu mau minya?" tanya Jeno.

"Kiyowo!" seru Chenle, lalu bertopang dagu untuk menatap lekat wajah Jeno.

Jeno memutar matanya, malas dengan respons Chenle saat ditawari makanan. Tidak mau ambil pusing dengan sikap random Chenle, lebih baik Jeno kembali menikmati mi rebusnya.

Jeno tidak tahu saja, sebenarnya sejak dia mulai menyantap minya, sepasang mata sipit Chenle sudah intens menatapnya.

Chenle memperhatikan Jeno yang membuka mulutnya untuk memasukkan segulung mi, menutup mulutnya, lalu mulai mengunyah dengan mulut tertutup dan bibir yang agak maju – ah, seperti minta dicium saja, sih!

Diam-diam, Jeno sebenarnya sudah menyadari bila dirinya sudah ditatap begitu lekat oleh pacarnya yang lebih muda itu. Seperti pepatah terkenal itu, kita pasti akan merasakan jika sedang ditatap intens oleh orang lain, dan itulah yang juga dirasakan Jeno.

Kepingin, kan? Siapa suruh tadi menolak dibuatkan mi? Batin Jeno mencibir.

Kini giliran Chenle yang tidak menyadari bila dirinya sedang ditatap balik oleh Jeno, sebab fokusnya adalah bibir lucu Jeno.

Jeno pun menyadari ke mana arah mata sipit Chenle itu menatap, maka Jeno dengan sengaja menjilat bibir bawahnya dengan gerakan teramat sangat pelan.

Glek

Chenle terlihat jelas sedang menelan ludahnya.

Ha! Bocah ini pasti ingin makan mi juga, lagi Jeno mecibir dalam hatinya.

"Kamu mau juga, kan?" ujar Jeno akhirnya.

"Hah?" seperti sedang tertangkap basah, Chenle malah jadi gelagapan begitu Jeno tiba-tiba saja bicara padanya.

"Sini, aku kasih sesuap. Kalo kurang, aku bikin mi lagi," Jeno lalu mengayunkan tangannya, memberi isyarat agar Chenle duduk di sampingnya.

Chenle pun segera beranjak dari duduknya dengan kecepatan kilat, merebut mangkuk yang sedang dipegang Jeno dan meletakkan mangkuk berisi mi yang sudah tinggal sedikit itu ke meja.

Bagai slow motion seperti adegan menegangkan di film-film, Jeno keheranan saat Chenle malah meletakkan mangkuk minya ke meja, dan mata Jeno perlahan membulat saat dilihat Chenle malah seperti ingin menindihnya.

Jeno tidak sempat berteriak kaget karena ulah Chenle yang tiba-tiba saja malah mengukungnya di sofa, dan tidak bisa memberontak karena Chenle mengunci kedua pergelangan tangannya di atas kepalanya.

"Hmmp!"

Chenle meraup bibir manis Jeno seolah Chenle sudah kelaparan selama beberapa hari.

Jeno ingin protes, apa lagi dia sedang di tengah-tengah menikmati minya, jika sedang makan kan tidak boleh langsung rebahan!

Namun Jeno tidak bisa menolak aura Chenle yang begitu dominan dan manly saat sedang menicum bibirnya. Jadilah Jeno mulai pasrah dan ikut dalam alur ciuman Chenle.

Merasa gerakan tangan Jeno jadi gelisah, Chenle pun peka dan perlahan menjauhkan wajahnya dari wajah Jeno.

Jeno langsung mengambil napas dengan rakus.

"Siapa bilang aku mau makan mi? Aku kan mau cium kamu," ujar Chenle dengan nada datar.

Jeno mengerutkan alisnya mendengar itu, ingin marah, tapi kenapa harus marah jika pacarnya ingin berciuman, iya kan?

Glek - fin

a/n: Chenno buat @StrawberryLatte6 dan @zafi67 semoga suka ^^

Beautiful | Jeno HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang