Translate: Sae
Koreksi : Nancy
Penerjemah Bahasa Indonesia : DeNandar
Selamat Membaca. 😊
---------------------------------------❤🧡❤-------------------------------------
Bai Luoyin mendengus, "Aku belum pernah makan pangsit selezat ini sebelumnya."
Seolah merasa tidak terganggu, mata indah Gu Hai menatap lekat-lekat pada sisi wajah pria ini. Garis-garis tegas nan kokoh yang halus mengalir di sepanjang wajahnya, sungguh serupa dengan sebuah lukisan, dengan siluet wajah yang sudah dikenalnya, menggambarkan sosoknya yang semakin dewasa dan terlihat semakin rupawan. Satu-satunya hal yang tidak berubah adalah sikapnya yang keras kepala dan sulit ditundukkan. Sama seperti delapan tahun yang lalu, sudut bibirnya melengkung secara gagah perkasa pada bagian atas. Seiring berjalannya waktu, warna merah muda yang pekat telah memudar menjadi warna merah matang yang lembut disertai lapisan keseriusan dan kemurahan hati yang terpancar di bibirnya.
Perasaan yang tak karuan mencengkeram dada Gu Hai, memikat berbagai keinginan yang muncul di benaknya. Dia benar-benar ingin menggigit sepasang bibir tersebut hanya untuk merasakan betapa manis dan lembutnya rasa delapan tahun yang lalu yang kini terasa semakin kuat.
Kepulan napas Gu Hai mengepul dan bercampur dengan napas Bai Luoyin, membentuk lapisan tipis yang memenuhi ruangan. Tiba-tiba, saat atmosfer tampak sudah mulai membara, Bai Luoyin secara spontan menggeser kepalanya ke samping, menyebabkan Gu Hai malah menjamah ruang kosong di antara mereka.
"Aku pulang," Ucap Bai Luoyin sambil berdiri.
Gu Hai segera memegang lengannya seraya mengembangkan sebuah senyuman di sudut bibirnya. "Mari kita makan malam bersama malam ini."
"Tidak usah! " Balas Bai Luoyin dan kemudian dengan tenang mendorong tangan hangat Gu Hai. "Kita tidak sedang berbisnis di sini, jadi tidak perlu menyelesaikan apa pun."
"Tidak boleh berkata seperti itu. Sebagai sesama saudara, kita harus menyelesaikan urusan dengan jelas. Meskipun memang, sebagai saudara kita tidak memiliki hubungan darah."
Leher Bai Luoyin menegang, "Malam ini, aku..."
"Kau tidak ingin melihat-lihat tempatku? " Ujar Gu Hai, menyela Bai Luoyin.
Bai Luoyin meliriknya; wajahnya terlihat ragu-ragu kemudian dengan sedikit bercanda namun agak serius, ia menatap Gu Hai: "Apakah kau menginginkanku melihat tempatmu atau gedung pernikahanmu? "
"Apa bedanya? " Gu Hai samar-samar menjawab sambil memicingkan pandangannya sedikit tajam.
Kata-kata itu menusuk dada Bai Luoyin, menenggelamkan hatinya hingga ke akar-akarnya. "Tidak ada bedanya sama sekali. Ayo pergi."
--
Tempat tinggal baru Gu Hai berada di Xīchéng Qū)*, yang terletak di pusat kota Beijing, dan luasnya hanya sekitar 100 meter persegi. Dibandingkan dengan tempat tinggalnya yang lain, tempat ini relatif kecil, namun lebih dari cukup untuk ditinggali oleh satu orang. Hanya ada satu kamar tidur dan ruang terbesar digunakan sebagai gym. Gu Hai sengaja memberi Bai Luoyin pengenalan singkat, dan seperti yang diharapkan oleh Bai Luoyin, semuanya relatif lebih bersih daripada kamarnya sendiri. Dia tanpa sadar melirik ke tempat tidur, mengamati bahwa ada dua set selimut dan bantal.
"Kapan kau akan menikah? " Tanya Bai Luoyin.
Karena tidak mendengar jawaban, Bai Luoyin menoleh ke belakang; Gu Hai ternyata sudah tidak ada di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARE YOU ADDICTED BOOK 2 -KOBARAN GAIRAH YANG MENGGELORA
RomanceSejak kecil, Bai Luo Yin tinggal bersama ayahnya yang teledor namun penuh kasih sayang, yaitu Bai Han Qi, dan neneknya yang sakit. Saat ia berusia 16 tahun, ibu kandungnya Jiang Yuan menikah lagi. Suami barunya adalah seorang pejabat tinggi militer...