CHAPTER 20 - SEBUAH RASA KEPUTUSASAAN

717 25 2
                                    

Translate: Nancy

Edit : Sae

Penerjemah Bahasa Indonesia : DeNandar

Selamat Membaca. 😊

---------------------------------------❤🧡❤-------------------------------------

Dalam sekejap mata, langit kembali terselimuti oleh tirai kegelapan. Bai Luoyin memutar kepalanya dan melirik Gu Hai, "Apa yang harus kita lakukan? Duduk di sini dan menunggu penyelamatan atau segera kembali? "

"Segera kembali? " cibir Gu Hai, "Lihatlah area ini dikelilingi oleh rawa-rawa, gimana caranya kita bisa keluar? Kau tadi terpaksa menarikku, dan sekarang setelah aku berada di sini, siapa yang akan menarik kita? "

Bai Luoyin berdehem pelan, "Sebelumnya kan kau juga sudah melewati banyak rawa, tapi kau tetap bisa sampai di sini. Apa bedanya jika tinggal satu rawa lagi? "

"Saat itu, aku sedang khawatir, jadi aku mendapatkan segudang motivasi untuk tetap maju! Namun sekarang... Aku sudah tidak punya motivasi. Aku hanya ingin istirahat di sini."

Meskipun Gu Hai melontarkan kata-kata itu dengan mudah seolah-olah hanya sekedar ucapan biasa, kenyataannya, di dalam lubuk hatinya ia merasakan sakit yang teramat dalam. Dirinya sendiri mampu menanggung resiko apapun, namun dia sama sekali tidak bisa membiarkan Bai Luoyin mengalami marabahaya. Melihat Bai Luoyin dalam keadaan selamat dan sehat seperti yang dia harapkan adalah sebuah perjuangan yang tidak main - main. Namun, jika saat ini mereka mulai tidak sabar hingga terjadi sesuatu dalam perjalanan pulang, perjuangannya menjadi sia-sia!

Bai Luoyin menghela nafas selagi dia berbaring di tanah dengan kedua tangan terlipat di bawah kepalanya-salah satu kakinya ditekuk sementara yang lain terentang dengan santai. Meskipun dia sedang mengalami kemalangan dan penderitaan, namun seragam penerbangnya tetap membungkus seluruh tubuhnya dengan sempurna, menjadikannya tetap terlihat bergaya, tampan, dan malah semakin menarik.

"Kenapa kau menatapku? " Bai Luoyin melirik Gu Hai dengan pandangan angkuh.

Saat itu, tatapan mata Gu Hai bagaikan sebuah sinar X, ia menatap pakaian Bai Luoyin untuk mencari tahu lebih dalam apa yang ada di baliknya. Namun tetap saja pandangannya masih sopan. "Siapa yang sedang melihatmu? Kau benar-benar menganggap dirimu adalah sepotong batu giok. Perhatikan dirimu sendiri, kira-kira sudah berapa hari kau tidak mencuci muka? "

Bai Luoyin menyipitkan matanya dan samar-samar menimpali dengan sebuah pertanyaan, "Kau berani sekali bertanya padaku sudah berapa hari aku tidak mencuci muka? Kau seharusnya melihat seberapa tebal lumpur yang menutupi seluruh tubuhmu! Jika aku menusukmu dengan pisau saat ini, tubuhmu tidak akan terkena tusukan dari pisau itu! "

Melihat lumpur di tubuhnya sudah sedemikian kering, Gu Hai dengan nakal menepuk-nepuk pakaiannya dengan kuat hingga area sekitar mereka segera terbungkus oleh asap dari debu kering. Bai Luoyin pun tersedak dan mundur sejauh satu meter.

Ketika Bai Luoyin mendekatinya lagi, Gu Hai sedang menuangkan air ke tangannya.

"Hei, bisakah kau tidak membuang-buang air dengan seenaknya seperti itu? Mendapatkan air untuk minum saja sudah kesulitan, malah kau beraninya memakai air untuk mencuci tangan!!! "

Gu Hai mengulurkan tangannya dan dengan luwes menyeka wajahnya, tampak Bai Luoyin tersentak kaget. Kemudian, dia menuangkan lebih banyak air dan berulang kali menyekanya.

Saat tangan Gu Hai menyentuh wajahnya, Bai Luoyin menyadari bahwa si bodoh ini tidak menggunakan air untuk mencuci tangannya sendiri, melainkan untuk membantu membersihkan wajahnya. Yang membuatnya naik pitam adalah karena dia merasa sedang diolok olok sehingga ia meraung-raung di tempat.

ARE YOU ADDICTED BOOK 2 -KOBARAN GAIRAH YANG MENGGELORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang