5. TIU - Sebuah Rasa?

861 81 6
                                    

Jangan lupa vote🌹

     Karin menatap pantulan dirinya di cermin yang tersedia di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Karin menatap pantulan dirinya di cermin yang tersedia di kamarnya. Dress beige yang ia kenakan sangat kontras di tubuh putihnya. Dengan tatanan rambut yang ia biarkan terikat dan sebagian terurai membuat penampilannya jauh lebih elegant.

Karin menyentuh kedua pipinya saat kilas balik peristiwa kemarin sore mengenai ajudan Pak Nas itu hinggap di benaknya.

Ya, kemarin sore. Antara Karin dan Pierre.

Selepas ajakan pesta dansa Pierre utarakan, besoknya Karin dibuat terkejut oleh ulah Pierre yang dengan tiba-tiba memberikannya beberapa totebag hadiah.

Karin.. pakai ini saat pesta besok. Akan ku jemput jam 7 malam.”

“AAAAAAA, PIERRE KENAPA SIH LO TUH MANIS BANGETTTT! LUCU BANGET LAGI IHHHHHHHH MAMAAAAAAA COWO TAHUN 65 EMANG GA ADA OBAT MAA”

Karin memukul-mukul sisir yang ia pegang ke tembok sebagai pelampiasan.

Selepas ucapan lantang yang ia utarakan, terdengar suara ketukan keras dari luar kamar.

“Kakak cantik! Dicari om Pierre tuh di depan.”

Spontan dengan gesit Karin meraih sepatu heels nya dan bergegas keluar menemui ajudan tampan itu.

Berbeda dengan Pierre, pria itu kini dilanda rasa nervous , ia takut Karin akan ilfeel kepadanya.

Lamunan Pierre pecah akibat suara heels menggema di seluruh ruangan.

Tak.. tak.. tak..

Matanya membulat sempurna melihat sosok di hadapannya yang kian dekat.

Karin,

Terlihat menawan dengan dress yang ia berikan kemarin sore. Parasnya yang kian ayu membuat Pierre sulit mengalihkan pandangan darinya.

“Ekhem. Pierre, pulangnya jangan terlalu malam ya” Sahut Bu Nas memecah hening kedua muda-mudi tersebut.

Karin yang ditatap sedemikian rupa oleh empunya terlebih dahulu berpamitan kepada Bu Nas dan berlalu menuju mobil yang telah terparkir di halaman rumah.

Pierre berniat menyalimi Bu Nas sebelum intrupsi lain terdengar di telinganya.

“Kalau memang suka, kejar.”

°°°

Di sini lah mereka sekarang, di tempat terselenggaranya acara.

Karin melirik pria di sebelahnya yang kini tampak diam. Dia heran, selama perjalanan menuju tempat acara Pierre hanya diam dan tak banyak bicara.

Ya walaupun emang biasanya gitu, tapi yang kali ini beda coey. Kayak gimana gitu kalau misalnya dia diem doang selama perjalanan. Kesannya kayak ngobrol sama arwah.

TAK INGIN USAI | Pierre Tendean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang