Jangan lupa vote🌹
Akhir bulan Juli menjadi hari bahagia bagi keluarga besar Pak Nasution. Bagaimana tidak, saat ini mereka memutuskan untuk pergi piknik ke Ancol.“Yeay, kita piknik!” Seru Yanti.
“Ade nanti mau bermain pasir di sana, boleh kan mama?” Ujar Ade, girang kala mengetahui ingin pergi rekreasi.
“Boleh asal mainnya sama kak Yanti, dan tidak jauh-jauh oke?”
“Siap, mama!”
Karin kali ini tidak bergabung di mobil Pak Nas. Tidak cukup katanya. Jadilah ia satu mobil dengan Pierre.
Hanya berdua,
Pierre turut hadir juga tentunya dalam kegiatan piknik kali ini.
“Karin tidak papa kan se-mobil dengan Pierre?” Ujar Bu Nas.
“Pake nanya lagi, gapapa lah Bu! Aman-aman, nanti kami standby di belakang ibu biar aman sentosa sampe Ancol.” Heboh Karin,
“Paling bisa, yasudah ayo berangkat.” Titah Pak Nas.
Karin melangkah menuju mobil sedan klasik ala jadul milik Pierre. Niat hati ingin membuka kenop pintu, namun terhalang saat tangan lain lebih dulu terulur.
“Silahkan, Nona manis.”
Karin tertawa menimpali, “Thanks, ayang.”
Pierre mengernyit bingung mendengar ucapan Karin. Lantas bergegas masuk ke mobil dan melaju mengikuti mobil milik Pak Nas.
Selama di perjalanan, hanya terdengar suara mengunyah dari Karin. Pierre pun tak merasa terganggu.
“Pierre, Lo mau?” Karin menyodorkan keripik pisang ke mulut pria itu.
Sedetik kemudian Pierre menerima suapan dari Karin.
“Enak, kan?” Ujarnya dibalas anggukan.
Pierre kembali melirik Karin. “Ekhem, bisa tidak jangan pakai Lo—Gue kalau sama saya?”
Karin yang fokus nyemil memusatkan perhatiannya pada Pierre.
“Boleh. Aku bakal usahain, soalnya aneh aja gitu. Aku lebih sering pakai Lo—Gue.”
“Bahasa mu unik. Saya baru dengar konsonan bahasa mu itu saat bersamamu.”
Karin mematung gugup, “Y-ya kan emang gitu bahasanya! Eh kamu juga jangan pakai kata 'Saya' dong. Udah pacaran tapi bahasanya masih kaku aja.”
Pierre terkekeh mendengar penuturan gadis di sebelahnya.
“Baik, akan saya usahakan.”
Karin melotot, “Tuh kan, ih!”
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK INGIN USAI | Pierre Tendean
Narrativa StoricaTerlalu ambis akan sejarah, Karin selalu berharap agar dapat diberi kesempatan untuk merasakan yang namanya Time Travel. Terlalu mustahil untuk pemikiran di era modern ini, tapi itu yang Karin alami. Karin berada di zona waktu itu, dimana ia dapat m...