Jangan Lupa Vote🌹
“Mau pergi joging, Rin?”Karin mengangguk menimpali ucapan Bu Nas. “Karin mau pergi Goes, lebih tepatnya Bu. Izin pinjam sepedanya ya, hehe”
“Oh, pakai saja, kebetulan sepedanya juga jarang dipakai. Ibu boleh titip belikan Ade bubur ayam di kompleks depan, Nak?” Bu Nas memberikan beberapa lembar uang kertas kepada Karin, dan disambut hangat oleh si empu.
Setelah mengambil sepedanya, Karin bergegas berpamitan kepada Bu Nas, “Karin pergi dulu Bu, nanti Karin bawain bubur nya Ade ya. Maafin kalau lama, hehe”
Bu Nas terkekeh, “Pergi nya sama Pierre saja, ya?!”
Karin mendelik, enak aja. Dirinya masih pundung dengan ajudan satu itu kok malah disuruh join. Gak nyaho,
“Lah ngapain Bu, gausah. Lagian Karin goes deket-deket sini doang kok. Gak lama, suer!” Karin spontan menolak.
“Gak ada, nanti kamu pergi nya sama Pierre. Itu perintah Bapak. Sudah, tidak usah menolak.”
“Si Bapak kok protektif banget sih, kan cuman jalan-jalan doang ih.”
“Ya tidak tahu, Bapak kamu tuh.”
Karin berdecak sebal tatkala netranya bersitatap dengan manik coklat milik Pierre yang baru saja keluar dari lorong paviliun, dengan kaos oblong dan celana training hitam membuatnya terlihat menawan. Jangan lupakan juga sepeda ontel yang tengah ia dorong.
‘Outfit biasa loh padahal, kok masuh ganteng banget aja sih.’
Pierre mendekat, bergabung dengan kedua orang tersebut.
“Lapor Bu, saya sudah siap menemani Nona Karin.” Pierre memberi hormat di hadapan Bu Nas.
Karin tersentak, “Buset, formal amat mas.”
Tawa Bu Nas pecah, “Saya serahkan Karin ke kamu, awas sampai lecet. Karin nurut sama Pierre kalau dikasih tau, jangan bandel!”
“Kayak mau kemana aja bu. Yaudah Karin pergi, assalamu'alaikum!” Balasnya, sedetik kemudian meninggalkan Pierre yang masih berdiri.
“Saya pergi dulu, Bu”
Bu Nas menepuk pelan bahu Pierre, “Hati-hati, Yer.”
°°°
Karin mengayuh sepedanya dengan kecepatan rendah. Menikmati silir angin yang menerpa wajahnya.Suasana tempo dulu memang bisa dikategorikan sebagai suasana yang nyaman. Berbeda dengan suasana di tahun 2023. Polusi menjadi penyebab utama tidak bersihnya udara di ibu kota.
Jakarta di masa ini masih asri, bersyukurlah Karin yang masih bernafas bebas di tahun ini.
Gerak-gerik Karin selama perjalanan tak luput dari penglihatan Pierre. Rupanya pria itu tersenyum simpul melihat pemandangan gadis di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK INGIN USAI | Pierre Tendean
Ficción históricaTerlalu ambis akan sejarah, Karin selalu berharap agar dapat diberi kesempatan untuk merasakan yang namanya Time Travel. Terlalu mustahil untuk pemikiran di era modern ini, tapi itu yang Karin alami. Karin berada di zona waktu itu, dimana ia dapat m...