0.7 - maaf

97 7 0
                                    

happy friday! aku update siang-siang takut nanti malem kelupaan😁

sudah siap melihat pertumpahan air mata? wkwkwk. jangan lupa vote dan komen plis biar ak semakin semangat nulisnya🥹

happy reading all!



🕊️

Fattan menoleh ke arah pintu saat seseorang membukanya. Aeyla datang bersama Safina. Fattan bisa melihat mata istrinya itu sembab, namun sengaja tak Fattan tanya.

"Adek dimana?"

"Dimana-mana hatiku senang kali." Bukan Fattan yang menjawab, melainka Karin yang sedang merapikan meja yang penuh dengan box makanan.

"Kamu tuh sadar gak sih sekarang udah punya anak? Kalo memang diizinin untuk pergi keluar ya sadar diri jangan kelamaan, anak kamu tuh keracunan susu formula." Ucap Karin ketus. Aeyla langsung berjalan setengah berlari menuju brangkar tempat Azalea tidur.

Selang infus masih tergantung disana.

Aeyla menangis tersedu-sedu sambil terus mengulang kata maaf.

"Cuci tangan dulu, kamu abis dari luar." Titah Fattan sambil menjauhkan tubuh Aeyla dari Azalea. Aeyla pun mengangguk dan pergi ke kamar mandi.

Atensi Fattan beralih pada Safina yang berjalan menghampirinya, "Fattan, sorry banget ya gara-gara pergi sama gue semuanya jadi kayak gini. Aeyla jangan dimarahin ya, Tan. Lo
kalo mau marah sama gue aja. Aeyla udah minta pulang kok dari jam 1 siang, tapi gue minta temenin buat beli kado pacar gue dulu. Maaf ya Fattan." Fattan bisa mendengar Karin berdecih, sementara ia hanya bisa mengangguk pelan.

"Gue pamit ya, tolong bilangin Aeyla makasih udah temenin gue. Semoga Lea cepet sembuh. Sekali lagi maafin gue ya Fattan."

Fattan menghela napasnya dan mengangguk sekali lagi, "iya, makasih ya lo udah anterin Aeyla kesini."

Tak lama setelah Safina pergi, Aeyla datang dengan masih terisak pelan.

"Aku udah cuci tangan, boleh gendong Adek, gak?"

"Jangan, anaknya baru tidur, pulang aja kamu." Karin masih saja sinis dan ketus kepada Aeyla.

"Mama udah." Tegur Fattan pelan. "Kamu makan dulu aja, nanti setengah jam lagi harus kasih Adek ASI." Aeyla mengangguk pelan.

Fattan masih duduk di brangkar, matanya terus memandangi wajah kecil anaknya. Sungguh rasanya seperti mau mati saat tadi melihat wajah Lea begitu pucat. Anaknya itu bahkan terkulai lemas. Hati Fattan sakit, dadanya sesak. Andai jika bisa, Fattan akan meminta agar sakit anaknya pindah kepada dirinya saja.

Tangan Fattan mengusap sudut matanya yang berair. Dan itu tidak luput dari tatapan Aeyla.

Fattan menghela napasnya sebelum menghampiri Karin yang duduk di sebelah Aeyla.

"Mama pulang aja. Udah ada Aeyla sama Fattan disini, kasian Papa kalo pulang kerja gak ada yang nyambut." Karin mengangguk pelan.

"Yaudah mama pulang, kalo ada apa-apa jangan lupa hubungin mama, ya?"

Fattan mengusap punggung tangan mamanya lembut, lalu menganggukan kepala. "Makasih Mama udah mau Fattan repotin."

"Lea juga cucu mama." Mata Karin menatap pada Azalea yang masih tertidur, lalu kembali
mematap Fattan. "Jangan lupa makan ya? Kamu belum makan dari siang."

"Iya, Mama."

"Yaudah, mama pulang." Karin bangkit namun ia berbalik pada Aeyla yang ternyata juga sudah berdiri sambil menunduk, "jangan kamu tinggal-tinggalin lagi anak sama cucu mama. Meskipun udah diizinin tapi tolong tau diri kalo kamu udah punya tanggungjawab lain. Ada nyawa lain yang harus kamu jaga."

Kita Usahakan Rumah ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang