Fattan membuka pintu rumah dengan lesu. Seharian di kantor dengan setumpuk jadwal meeting membuat semua energinya tersedot tak tersisa.
Awal tahun menjadi hal mengerikan bagi Fattan, karena artinya dia harus kerja lebih ekstra.
Kondisi rumah sudah gelap, hanya tersisa cahaya dari lampu di sekitar tangga.
Hari ini Fattan memang pulang terlambat, ia juga sudah mengabari Aeyla juga untuk tidak menunggunya, namun saat Fattan memasuki kamar istrinya itu masih setia menatap layar ponselnya sambil sesekali tertawa pelan.
"Loh? Kok gak kedengeran suara mobilnya?" Tanya Aeyla yang kaget karena Fattan sudah ada di rumah.
"Dianterin sama Jo." Jawab Fattan singkat sebelum akhirnya memasuki kamar mandi.
***
"Ay, ternyata bulan depan aku gak jadi ke Surabaya. Klien ku minta meeting di Jakarta aja. Liburannya kita pending gapapa, ya?" Ucap Fattan di sela-sela makan malamnya.
Aeyla yang sedari tadi hanya diam menonton Fattan makan akhirnya menganggukan kepala, "iya, gapapa masih bisa lain kali kok kita liburan. Yang penting kerjaan kamu lancar." Aeyla tersenyum simpul sambil mengusap punggung tangan Fattan.
"Ayo cepet abisin makanannya, abis itu aku pijitin di kamar. Kamu keliatan cape banget."
Dada Fattan lagi-lagi dilanda sesak. Melihat bagaimana Aeyla berusaha untuk selalu memperlakukannya dan memperhatikannya dengan baik, sementara Fattan masih sering kali memikirkan yang seharusnya tidak ia pikirkan.
"Nanti aku bilang sama Jo deh biar gak bikin kamu lembur, atau kamu butuh asisten tambahan gak? Nanti aku coba tanyain Martha atau Cici, siapa tau mereka ada kenalan."
Fattan menggeleng sambil tersenyum tipis, "gak perlu sayang, sekretarisku di kantor sama Jo udah cukup kok. Emang aku yang minta buat lembur biar kerjaannya cepet beres."
"Yaudah, tapi jangan keseringan lembur ya? Aku gak mau kamu kecapean terus sakit." Ucap Aeyla sambil mengerutkan kedua alisnya. Fattan terkekeh gemas. Terkadang lupa jika
mereka sudah memiliki Azalea."Iya, Mama."
"Oke, Papa! Ayo makannya cepetan abis itu kita bobo di kamar."
Acara pijit-memijit tidak jadi dilakukan, meskipun Aeyla memaksa tapi Fattan lebih memilih untuk memeluk Aeyla saja. Fattan butuh untuk mengisi ulang daya tubuhnya.
Fattan merasakan tangan Aeyla bergerak mengusap kepalanya. Membuat Fattan membuka kedua matanya dan menatap kedua manik indah Aeyla. Keindahan itu masih terlihat jelas meskipun di dalam ruangan yang cahayanya redup.
"Fattan, kalo ada apa-apa kamu cerita sama aku ya? Aku istri kamu, dan kamu bebas cerita apa aja sama aku. Jangan dipendem sendiri, meskipun yang kamu pikirin masalah kerjaan, tapi seengganya bisa bikin sedikit lega kalo kamu berbagi cerita sama aku." Ucap Aeyla dengan lembut. Tangannya masih terus mengusap pelan kepala Fattan. Membuat Fattan mulai terserang kantuk karena merasa nyaman.
"Oke, Papa? Jangan sedih dan cape sendiri ya?"
Fattan memajukan wajahnya, mengecup bibir Aeyla pelan. Hanya sebuah kecupan singkat.
"Makasih, Ay."
"No need to say thanks, Papa." Fattan menangkup wajah Aeyla, mengusap pipinya pelan, jika diingat-ingat sudah cukup lama mereka tidak bermesraan seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Usahakan Rumah Itu
Roman pour AdolescentsSEQUEL LOVE COUNTDOWN Bagi Fattan, pertemuannya dengan Aeyla adalah sebuah takdir, begitupun hubungan mereka. Memang tidak mudah menerima seseorang yang tadinya asing lalu tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan kita. Fattan juga sama kesulitannya. Sul...