Resepsi pun digelar dengan begitu mewahnya, Sahira dan Fajrul berjalan beriringan memasuki ballroom. Untuk resepsi siang ini ia dan Fajrul mengenakan busana adat Jawa Tengah dengan kebaya hitam bludru.
Mereka berdua tampak serasi bak raja dan ratu, seperti pasangan pengantin kebanyakan. Sahira dan Fajrul bersalaman dengan para tamu yang kebanyakan adalah relasi bisnis dari kedua orang tua mereka.
"Sahira, selamat ya!"
"Selamat juga dokter Fajrul."
Kini karyawan dan karyawati Sahira datang bersama Milka. Mereka turut antusias dalam acara pernikahan atasan mereka.
"Makasih Milka, makasih kalian semua udah dateng. Ayo silahkan dinikmati hidangannya." ucap Sahira sambil cipika-cipiki dengan karyawatinya.
"Terimakasih ya!" Sahut Fajrul.
"Hei, Bro!! Selamat ya! Ditunggu kabar baiknya!" Kini dokter Mirza datang bersama istri dan putrinya yang masih balita, bernama Safira.
"Terimakasih, Dok!"
"Foto dulu yuk." Seru Fajrul, yang langsung memberi kode kepada fotografer mereka.
"Sini, adeknya sama aku aja!" Seru Sahira yang langsung disambut dengan tentangan tangan putri dokter Mirza.
"Silahkan dinikmati, Dok! Bu!" Ucap Sahira.
"Tamunya banyak banget, Mas." bisik Sahira.
"Perasaan relasi kita nggak sebanyak itu."
"Mas juga kurang tau, Sayang." Fajrul bergantian membisiki Sahira.
Teman-teman Fajrul dari rumah sakit pun datang, mereka sengaja berombongan agar bisa berfoto bersama pengantin.
Tapi ada satu orang yang belum kelihatan batang hidungnya, dia adalah dokter Friza.
Apa yang dikatakan Lavin tempo hari itu benar adanya? Tetapi sebisa mungkin Fajrul tidak menunjukkan kekhawatirannya pada Sahira. Ia tidak ingin merusak momen bahagia ini.
"Sayang, kamu lapar nggak?" tanya Fajrul.
"Enggak, Mas. Apa Mas lapar? Biar Sahira turun dulu ambil makan." Fajrul tertawa mendengar penuturan suaminya itu.
"Kenapa, Mas? Emang ada yang salah gitu sama aku?"
"Bukan gitu, Sayang. Mana ada pengantin ngambil prasmanan di pestanya sendiri, minta tolong aja. Lagian kamu nggak mungkin jalan pake gaun itu kan, nanti kalo ke injak oang gimana?" Sahira ikut tertawa, kenapa dia sendiri tidak ingat kalau posisinya saat itu adalah seorang pengantin.
Sahira memberi kode pada Milka yang saat itu sedang mengambil piring di meja prasmanan. Milka yang mengerti pun langsung mengambil satu piring lagi untuk Sahira dan Fajrul.
Jangan tanya dimana orang tua Fajrul dan Sahira. Karena mereka sibuk membaur dengan para tamu undangan sampai tidak sempat duduk di kursi pelaminan yang disediakan untuk orang tua.
Sudah menjadi sebuah kebiasaan jika para pengusaha bertemu pasti yang dibahas adalah bisnisnya.
Tak lama kemudian orang yang sempat dipikirkan Fajrul datang. Dia adalah dokter Friza yang tampak datang seorang diri. Di kalangan para dokter di RS Citra Medika, dokter Friza adalah dokter yang tertutup dan cenderung malas bersosialisasi.
Yang mengakibatkan selama apapun berteman, tetap saja tidak akan mampu mengenal diri dokter Friza sebenarnya.
"Selamat menempuh hidup baru, Dok!" Ucap dokter Friza dengan senyum tipisnya.
"Terimakasih telah datang Dok! Silahkan dinikmati hidangannya." Ucap Fajrul ramah.
"Semoga bahagia, Sahira." Tatapan dokter Friza seolah mengintimidasi, entah apa yang ada dibenak dokter Friza. Yang jelas ia menatap Sahira dengan tatapan sulit diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pak Dokter Untuk Bu Pengacara (Sebagian Dihapus)
Teen FictionLatusya Sahira Muktar, S.H., M.Kn. adalah seorang Pengacara kondang yang tak hanya cantik parasnya tetapi juga cerdas otaknya. Merupakan anak pertama dari pasangan designer dan pengacara terkenal, Afifah Aryati dan Fadli Muktar. Ia bertemu dengan se...