9

9.3K 364 0
                                    

Mereka pun berjalan beriringan memasuk rumah sakit Citra Medika, disana sudah ada seorang dokter tampan yang tampak langsung berdiri saat melihat dokter Fajrul dan Lavindra. "Pagi dok!" Sapa Lavindra.

"Sekarang kamu siap-siap, temani saya visit ke bangsal anak." Perkataan dokter Friza tampak dingin dan kesal. Tanpa mengucapkan apapun Lavindra langsung ke ruang ganti dan mengganti pakaiannya.

"Saya permisi dok!" Ucap dokter Fajrul yang tak diindahkan oleh dokter Friza. Sepertinya dokter Friza tidak suka saat anak koasnya sering bersama dirinya. Batin dokter Fajrul.

Tak ingin ambil pusing, dokter Fajrul pun bersiap-siap. Hari ini ia juga ada jadwal visit dengan pasien pasca operasi Caesar kemarin.

Waktu berputar terasa sangat cepat, seharian ini Sahira hanya tiduran saja membuatnya sangat bosan. Dan sampai malam pun ia masih asik menonton televisinya.

Tingg!

Dokter Fajrul:
Bagaimana hari ini, Bu? Semoga lebih baik ya! Jangan memaksakan diri kalau memang tidak bisa. Nanti giliran ibu yang saya sidang hehe

Sahira tersenyum, apa-apaan ini. Kenapa tubuhnya jadi panas dingin begini pas baca chat dari dokter Fajrul. Sesaat kemudian ia mengetikkan balasan untuk dokter Fajrul itu.

Me:
Saya baik-baik saja pak dokter! Anda jangan berlebih begitu_-

Sahira kembali meletakkan ponselnya, tidak ingin ketahuan bahwa ia sedang menanti pesan dari dokter tampan itu. Tak lama kemudian ponselnya bergetar, buru-buru ia melihatnya.

Dokter Fajrul:
Btw saya pengen deh ngejalanin UU No 1 Tahun 1974 bareng Ibu hehe

Sebagai seorang pengacara ia tentu tau apa yang dimaksud oleh dokter Fajrul. Itu adalah undang-undang perkawinan, seketika pipinya bersemu merah.

"Udah hilangin tuh gengsinya. Dokter Fajrul itu orang yang paling cocok sama kamu." Sontak Sahira terkejut, entah sejak kapan sang Papa berdiri di sebelah ranjangnya sambil memegang sebuah map dan yang tak kalah mengejutkannya. Papa nya tersebut tampak memandangi apa yang dilakukan Sahira. Termasuk membaca pesan yang dikirim dokter Fajrul.

"Papa!!!!" Pekik Sahira.

"Ini Papa mau nyerahin informasi mengenai klienmu, kebetulan papa tau sedikit info tentang arisan motor itu. Mungkin membantu." Sahira meraih map merah yang dipegang sang ayah.

Gadis bermata hazel itu tampak membacanya dengan seksama. Ia pun tersenyum. Informasi yang diberikan sang papa cukup membantu.

"Terimakasih Pa!"

"Papa tahu darimana?" Tanya Sahira saat merasa belum menceritakan kasus itu.

"Tahu ya dari Sumedang, Hira!" Jawab Fadli sambil tertawa. Sedangkan Sahira cukup kesal dengan candaan papanya.

"Papa tahu dari Milka kemarin." Jawab laki-laki yang juga berprofesi sebagai pengacara itu.

"Yaudah buruan istirahat, katanya besok mau ngantor. Jangan senyum-senyum aja, buruan dikasih kepastian." Ucap Fadli sambil menutup pintu kamar Sahira.

Papanya memang selalu begitu, selalu menggodanya. Sepertinya Sahira tau darimana Lavindra punya bakat bercanda yang sedikit menyebalkan.

Jauh berbeda dari Sahira, saat ini dokter Fajrul sudah sampai rumah dan sedang merebahkan tubuhnya di kasur hangat miliknya. Ia sengaja pulang tepat saat sudah selesai praktek, besok adalah jadwalnya libur. Seperti sebelum-sebelumnya saat hari liburnya tiba ia akan tidak lebih cepat dan besok akan pergi ke tempat gym untuk membentuk massa ototnya sekaligus menjaga tubuhnya agar tetap bugar.

Ia teringat pada gombalan yang ia buat untuk Sahira, ya meskipun lebih ke arah kode keras ketimbang sebuah gombalan. Dokter tampan itu terkekeh geli, ya semoga saja Sahira mau membuka akses untuk dirinya masuk ke hati Sahira.

Cinta Pak Dokter Untuk Bu Pengacara (Sebagian Dihapus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang