Pagi hari pun menyapa, matahari tampak perlahan naik dari peraduannya. Begitupun Sahira yang berusaha untuk bangun, mengingat hari ini ada meeting dengan para pegawainya. Bukan meeting penting hanya saja meeting rutinan setiap bulannya.
Ia baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuhnya. Badannya masih terasa kurang nyaman namun harus ia paksa demi para bawahannya.
"Non Sahira udah bangun?" Panggil ART yang bernama Bi Mirna.
"Udah Bi, masuk aja."
Setelah dipersilahkan masuk, wanita paruh baya itu tampak mengamati penampilan nona mudanya. "Non Sahira mau ke kantor? Bukannya Non masih sakit ya?" Sahira tersenyum.
Aura pucat masih kentara menghiasi wajah manisnya. "Nggak apa-apa Bi, lagian aku mau meeting sama pegawai kantor."
"Yaudah Non, bibi ambilkan makanan dulu ya?"
"Nggak perlu Bi, aku mau makan di meja makan. Ada Papa sama Mama kan?" Tanya Sahira sambil mengemasi keperluannya dalam tas selempangnya, termasuk pembalut ganti.
"Bapak udah ke kantor pagi-pagi banget, kalo Ibu ada janji sama calon pengantin mau fitting baju. Bibi diminta jagain Non dirumah." Jelas Bi Mirna.
"Oh iya nggak papa, bibi duluan aja kebawah nanti aku nyusul."
Saat akan menutup pintu kamar, kepalanya sedikit berdenyut. Lantas ia segera meneguk air putih untuk menetralkan sakitnya. Cukup lama Sahira terduduk di kursi tak jauh dari kamarnya. Dirinya harus segera mengisi perutnya agar mendapat sedikit tenaga.
Sahira sedang berusaha berjalan tegak seraya mencari pegangan, dengan perlahan ia menuruni tangga meskipun dengan pandangan yang mulai mengabur. Bahkan tangga yang ia pijak terlihat sangat banyak.
Tubuhnya menyerah, akhirnya ia limbung. Sahira pikir ia akan jatuh hingga tangga terakhir. Namun ia merasakan ada yang menahan tubuhnya, apakah bi Atun? Telinganya berdengung dan membuatnya tidak menangkap suara apapun.
"Sahira!! Heii Sahira bahaya!" Teriak seorang laki-laki yang berlari kearahnya. Namun nihil saat ia meraih tubuh Sahira yang sudah lemas itu, Sahira sama sekali tidak menggubris bahkan tidak merespon panggilannya.
Laki-laki itu adalah dokter Fajrul, ia sudah mengabari Sahira atas kedatangannya membawakan vitamin dan tablet tambah darah untuk gadis yang super sibuk itu. Penjaga rumah itu mempersilahkan dokter Fajrul masuk dan mengatakan nona mudanya masih berisitirahat.
Namun saat akan mengetuk pintu yang sudah terbuka, netranya langsung tertuju pada gadis yang tampak kesulitan menuruni anak tangga. Dan refleks dokter Fajrul berlari saat Sahira mulai kehilangan kesadarannya.
"Sahira!! Heii!!" Dokter Fajrul menepuk pipi Sahira pelan berharap bisa mengembalikan kesadarannya, bahkan ia sampai lupa meminta tolong pada orang rumah.
"Astaga Non Sahira!" Sebuah suara mengejutkan dokter Fajrul.
"Bibi?"
"Non Sahira kenapa pak dokter? Tadi bibi lagi siapin makan disuruh sama non, katanya non mau turun tapi kok lama nggak turun ini bibi mau nyusul." Bi Marni tampak sangat histeris melihat nona mudanya.
"Sudah Bi, bibi bantu saya buka pintu kamarnya Sahira. Biar Sahira saya yang gendong."
Wanita itu langsung mengangguk dan segera menuruti perintah dokter majikannya itu.
Segera Sahira ia baringkan dengan perlahan dan menyelimutinya. Sejenak ia memandangi penampilan Sahira, ia sudah lengkap memakai baju formal. Sudah dipastikan Sahira akan pergi ke kantor jika pakaiannya sudah begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pak Dokter Untuk Bu Pengacara (Sebagian Dihapus)
Novela JuvenilLatusya Sahira Muktar, S.H., M.Kn. adalah seorang Pengacara kondang yang tak hanya cantik parasnya tetapi juga cerdas otaknya. Merupakan anak pertama dari pasangan designer dan pengacara terkenal, Afifah Aryati dan Fadli Muktar. Ia bertemu dengan se...