Kini sampaikanlah mereka di sebuah kota yang cukup besar di Amerika Serikat. Washington DC, kota sekaligus tempat tinggal orang tua Fajrul selama hampir 7 tahun ini.
Disini juga usaha Harnoko Amirul Fawaz berkembang pesat. Usaha yang bergerak di bidang bisnis properti, perhotelan hingga bisnis kuliner Indonesia.
Saat ini Sahira sedang menikmati kota Washington dari balkon kamar hotelnya. "Sayang! Jangan lama-lama di luarnya, ini musim dingin. Nanti kamu kedinginan." Seru Fajrul saat ia melihat siluet Sahira diluar.
"Iya, Mas sebentar."
Fajrul tampak sibuk mengotak-atik laptopnya. Sahira pun merasa kesal, ia langsung naik ke pangkuan suaminya. Fajrul seolah pura-pura tidak peka saja. Sahira mencoba menarik perhatian Fajrul.
"Mas!" Bisik Sahira tepat ditelinga Fajrul.
"Iya Sayang, kenapa?" Jawab Fajrul masih dengan aktivitas mengetiknya.
Tiba-tiba Sahira mencium bibir Fajrul cepat. Fajrul pun yang diperlakukan seperti itu langsung menarik atensinya dari laptop yang ada di hadapannya.
"Hei, Sayang. Apa nggak dingin pakai baju gini?" Memang saat itu Sahira sedang memakai setelan celana pendek dan kaos pendeknya. Sangat tidak sesuai dengan cuaca diluar sana.
"Kan kalau dingin ada Mas yang hangatin." Seru Sahira sambil berusaha turun dari pangkuan suaminya. Namun sayang, tubuhnya sudah lebih dulu direngkuh Fajrul hingga ia tidak bisa bergerak kemana-mana.
"Kamu yang mancing Mas, Sayang. Jadi kamu harus tanggung jawab karena sudah membangunkan singa yang sedang tertidur ini." Ucap Fajrul tepat di telinga Sahira.
Seketika bulu kuduk Sahira berdiri. Lihatlah kini ia sedang digendong Fajrul dan akan dihempaskan di ranjang king size itu.
Dugaan Sahira salah, Fajrul justru meletakkan tubuhnya dengan perlahan. Untuk kegiatan setelahnya, hanya Fajrul dan Sahira lah yang tau.
Mereka menghabiskan banyak waktu bersama selama 2 Minggu di Washington DC. Dan hari ini adalah jadwal kepulangan mereka ke Indonesia.
Tentunya meninggalkan Mutia dan Handoko, karena mereka harus mengurus bisnis disana. "Ibu titip Fajrul sama kamu ya, Sahira. Semoga dia bisa menjadi orang yang lebih baik lagi sama kamu." Ucap Mutia saat mereka sudah di Bandara.
"Pasti, Bu. Pasti Sahira lakukan." Jawaban Sahira tulus. Sedangkan Fajrul dan Handoko hanya memperhatikan interaksi mereka. Interaksi mertua dan menantunya.
"Hati-hati di jalan ya Rul. Kalau sudah sampai kabarin Ayah." Handoko memeluk putra tunggalnya dan menepuk bahu putranya itu.
Perjalanan kembali ke Indonesia tidak ada halangan atau delay. Dan mereka sampai di Jakarta dini hari. Bersama dengan orang suruhan Fajrul yang menjemput mereka dan langsung membawa mereka kembali ke Mansion Fajrul.
"Silahkan, Non. Silahkan, Den. Duh cantik banget ya Non Sahira." Sambut Bi Atun. Walau sudah dini hari, bi Atun tampak antusias menyambut majikannya.
"Terimakasih Bibi, bibi bisa kembali istirahat terimakasih juga udah menunggu." Ucap Sahira.
"Bibi emang gitu, Sayang. Selalu antusias kalau menyambut orang rumah. " Celetuk Fajrul yang disertai tawa.
Sahira sempat terkesima dengan dekorasi kamar Fajrul yang menurutnya dirinya sekali. "Mas sengaja dekor kamar ini biar kamu nyaman. Ada perpustakaan pribadi juga yang mas desain khusus buat kamu. Kita lihat besok saja ya! Sekarang kita harus istirahat."
Akhirnya Sahira pun tidur didalam dekapan Fajrul. "Selamat tidur, Sayangku." Bisik Fajrul. Jangan kira sahira akan mendengarnya ya! Ia sudah terlelap didalam dekapan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pak Dokter Untuk Bu Pengacara (Sebagian Dihapus)
Fiksi RemajaLatusya Sahira Muktar, S.H., M.Kn. adalah seorang Pengacara kondang yang tak hanya cantik parasnya tetapi juga cerdas otaknya. Merupakan anak pertama dari pasangan designer dan pengacara terkenal, Afifah Aryati dan Fadli Muktar. Ia bertemu dengan se...