Happy reading!!
Sedangkan di tempat lain, Fajrul sudah menyelesaikan prakteknya lebih awal. Sebelum jam makan siang, ia sudah bersiap-siap untuk ke kantor papa mertuanya.
"Vin, kalau ada yang cari saya. Bilang saya lagi keluar sebentar ya!" Ucap Fajrul pada asistennya.
"Siap pak Dokter."
Fajrul pun mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. 15 menit kemudian ia sampai di kantor Pengacara Fadli Muktar.
"Selamat siang, saya ingin bertemu dengan pak Fadli. Apakah beliau ada?" Tanya Fajrul sesampainya di meja resepsionis.
"Apakah bapak sudah membuat janji dengan beliau?"
"Sudah, Mbak. Sampaikan pada beliau saya menantunya, ingin bertemu." Resepsionis itu tampak terkejut, sepertinya dirinya masih asing dengan menantu bosnya itu.
Setelah menelpon atasannya, resepsionis itu mempersilahkan dokter Obgyn itu masuk.
"Papa!" Sapa Fajrul sesampainya di ruangan Fadli.
"Eh Fajrul. Duduk, Nak." Fajrul tampak duduk di kursi dihadapan mertuanya.
"Apa yang membawa kamu kemari, Rul?" Tanya Fadli. Entah kenapa firasat nya buruk akhir-akhir ini. Berbarengan dengan Fajrul yang tiba-tiba ke kantornya juga menyisakan tanda tanya dibenak pengacara kondang itu.
"Pa, sebelumnya maaf kalau Fajrul mengganggu waktu Papa, sebenarnya ada yang ingin Fajrul tanyakan sama Papa." Fajrul menjeda ucapannya.
"Ada yang meneror Sahira dan karyawannya, Pa. Dan juga ada yang sengaja menaruh kardus berisi tikus mati di halaman rumah kami."
Fajrul menceritakan semua kejadian yang Sahira alami. "Fajrul ingin bertanya, apa sebelum Fajrul sudah ada yang datang pada Papa untuk meminang Sahira?"
Fadli tampak terkejut meskipun ia sudah menyamarkan keterkejutannya itu. Pria dua anak itu tampak menghembuskan napas gusar.
"Sebenarnya Papa sudah merasakan firasat buruk akhir-akhir ini, Rul. Ternyata ini yang terjadi." Fadli berusaha mengingat.
"Ada satu orang laki-laki, dia datang pada Papa waktu itu. Saat Sahira sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan seleksi masuk magisternya. Itu sudah lama hampir 4 atau 5 tahun lalu. Untuk nama persisnya sebentar Papa ingat-ingat dulu."
"Namanya kalau tidak salah Bagas. Ya! namanya adalah Bagas, tapi Papa tidak menyetujui keinginan pemuda itu. Karena Papa mempertimbangkan banyak hal. Dan yang paling memberatkan adalah Bagas tidak mengenal Sahira, Rul. Mereka sama sekali tidak saling kenal. Entah dapat dari mana informasi kalau Papa ini orang tua Sahira. Ia kembali dengan wajah murung dan sejak saat itu Papa tidak pernah bertemu pemuda itu lagi."
Fajrul tampak berpikir, foto yang didapat dari Lavindra adalah saat Sahira wisuda. Dan lamaran itu datang ke mertuanya saat Sahira mempersiapkan seleksi Magister.
"Pa, apa setelah lulus S1 Sahira langsung melanjutkan ke S2?" Celetuk Fajrul setelah hening lama.
"Iya, ia langsung ikut seleksi. Dan tidak ada jeda waktunya."
Ia tersadar bahwa nama lengkap dokter Friza adalah Friza Bagas Rahardian. Dan satu fakta bahwa Sahira dan dokter Friza adalah satu universitas, namun berbeda gedung fakultas. Apakah yang datang saat itu adalah dokter Friza. Tapi bagaimana mungkin ia ingin menikahi wanita yang sama sekali tidak mengenal dirinya.
"Terimakasih untuk informasinya, Pa. Fajrul minta tolong supaya papa membantu menyelesaikan kasus ini."
"Pasti, jika begitu besok papa akan mulai ikut meng-handle kantor Sahira. Selalu kabari Papa jika ada perkembangan apapun ya!" Fajrul pun pamit undur diri. Tujuan berikutnya adalah ke studio Abi. Masih ada waktu sampai jam makan siang berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pak Dokter Untuk Bu Pengacara (Sebagian Dihapus)
Teen FictionLatusya Sahira Muktar, S.H., M.Kn. adalah seorang Pengacara kondang yang tak hanya cantik parasnya tetapi juga cerdas otaknya. Merupakan anak pertama dari pasangan designer dan pengacara terkenal, Afifah Aryati dan Fadli Muktar. Ia bertemu dengan se...