21

6.9K 258 0
                                    

Sahira membuka map itu, sekilas tidak ada yang salah. Didalamnya hanya terdapat sebuah amplop berukuran sedang. Perhatian Sahira langsung tertarik pada amplop. Sekali lagi ia mengecek map tersebut apakah ada keterangan atau nama pengirimnya.

Sahira membuka amplop itu, terdapat secarik kertas. Sahira membuka kertas itu, kertas yang ditulis dengan tinta berwarna merah.

Selamat siang, Nona Sahira.

Kau pasti bingung kan siapa yang mengirim semua kekacauan ini. Hei! Aku selalu mengagumi dirimu setiap malamnya. Bahkan aku hampir tidak bisa tidur memikirkannya.

Selama bertahun-tahun aku menaruh rasa padamu, pernahkah kamu menganggap keberadaan ku?

Itu semua belum ada apa-apanya, Nona! Kamu akan mendapatkan pembalasan setimpal karena tidak menikah denganku.

Semoga suka dengan kejutan hari ini.

Tertanda:
Pengagummu

Sahira meremas kertas itu, siapa yang mengirimkan ini semua. Ia merasa tidak ada yang mengaguminya. Ia juga tidak merasa melakukan kesalahan dengan menyakiti hati orang lain.

Sahira membuka remasan kertas itu. Memperhatikan dengan jeli, tapi percuma saja. Sahira tidak mengerti ini semua. Ia mengambil ponsel dan segera menghubungi Fajrul.

"Mas, kamu sibuk? Aku ke rumah sakit sekarang ya!"

"Nggak sibuk, Sayang. Baru selesai praktek. Tumben kamu pengen kesini, ada apa? Terjadi sesuatu?"

"Nanti aku cerita, Mas. Sekarang juga aku langsung berangkat ke sana."

"Hati-hati di jalan, Sayang."

Wanita yang berprofesi sebagai pengacara itupun langsung menyambar kunci mobil dan tasnya. Tak lupa membawa kertas tersebut. Ia berjalan tergesa-gesa, bahkan tidak sempat berkata apapun pada Milka atau yang lainnya.

Sahira berkemudi dengan pikiran berkecamuk, ada rasa bimbang dan ketakutan yang kentara di wajah manis Sahira.

Sesampainya di rumah sakit, Sahira berjalan cepat menuju ruangan suaminya. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang, ia hampir terjatuh namun lengannya ditarik oleh orang tersebut.

"Lain kali hati-hati, Bu Sahira." Dia adalah dokter Friza yang tak sengaja ditabraknya.

"Maaf, maaf dokter. Saya buru-buru." Tanpa Sahira sadari sepeninggal dirinya. Laki-laki itu tampak mengamati Sahira sampai hilang di ujung koridor rumah sakit.

Tok tok tok!

"Masuk!"

Ceklek!!

"Sayang!!" Seru Fajrul saat melihat Sahira langsung menghamburkan pelukannya, bahunya tampak bergetar karena menangis.

"Hei, Sayang. Kamu kenapa? Heii!" Fajrul panik bukan kepalang. Siapa yang tidak panik ketika melihat sang istri yang datang kemudian langsung menangis.

"Sayang?!!" Nihil, Sahira tidak memberikan penjelasan apapun. Fajrul lebih memilih diam dan menunggu sampai Sahira berhenti menangis.

Cinta Pak Dokter Untuk Bu Pengacara (Sebagian Dihapus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang